"Pak Barjo udah datang, Sayang? Tadi aku minta tolong dia datang ke rumah untuk memperbaiki jendela itu."
Frans bertanya melalui telepon kepada Tina. Sambil mendengarkan suara Tina di telepon, ia menyempatkan untuk menandatangani sejumlah lembaran rencana beli yang diajukan kepadanya.
"Baguslah. Artinya udah beres ya?" tanyanya lagi.
Saat lembaran-lembaran yang disodorkan kepadanya untuk ditandatangani sudah selesai, Frans mengembalikan lembaran-lembaran berkas itu ke staf yang berdiri menunggui.
"OK, Sayang. Sampai ketemu nanti," ucapnya sambil menutup telepon.
---
"Ma, ada surat dari guru. Tadi dikasih ke Adek," ucap Karin saat tiba di rumah.
Di tangannya ada sebuah surat berwarna coklat yang mau diserahkan ke sang ibu.
"Mana, coba mama liat. Surat apa ...."
Sambil menunggui Karin yang duduk di samping sedang melepaskan sepatu, Tina membuka surat itu. Setelah melepaskan kedua sepatu, dengan cepat Karin berlari masuk ke dalam kamar. Baju seragam sekolah sudah diganti, segera pula Karin beranjak ke ruang makan. Ia ke wastafel dahulu untuk mencuci tangan.
"Ma, Karin makan ya?"
Karin meminta izin ke Tina untuk mengambil makanan. Lalu, dibukanya kain penutup piring-piring yang tersusun di atas meja makan. Sambil menyendokkan nasi ke piring, ia menoleh sekilas ke arah sang ibu. Tina yang terlihat sudah selesai membaca, mengambil beberapa barang yang ada di meja dan berdiri.
"Yuk, makan. Mama juga mau makan nih," kata Tina kemudian.
Ia berdiri melipat surat tadi dan berjalan mendekati Karin yang sedang duduk makan.
"Udah cuci tangan dulu, Sayang?"
Tina tersenyum melihat Karin.Diusapnya lembut rambut panjang sang putri semata wayang.
"Udah, Ma. Udah cuci tangan," jawab Karin.
"Ada perlombaan Matematika lho, Ma. Karin diajak ikut oleh Bu Guru tadi di kelas."
Sambil mengunyah, dengan semangat Karin menceritakan undangan yang tertulis dalam surat yang Tina baca tadi. Di kelas, sang guru telah mengumumkan.
"Iya. Tuh di surat, Mama baca surat permohonan ijin orangtua siswa untuk ikut perlombaan," jawab Tina sambil menyendokkan nasi juga ke piring.
"Tina gak ambil sayurnya lagi, Dek?"
Tina menuangkan sayur dan kuah ke piring Karin. Setelah itu, Tina duduk di sebelah Karin dan makan.
"Mama kasih izin kalo Karin mau ikut lomba itu," kata Tina selanjutnya.
"Mau, Ma. Karin mau ikut," seru Karin.
Ia bertepuk-tangan. Nasi di piring dengan semangat dihabiskan karena mendengar Tina memberikan izin untuk Karin ikut berlomba.
---
Saat Frans sedang mengerjakan sebuah pelaporan, telepon genggamnya berbunyi. Lalu diangkat. Sesaat ia ragu untuk menerima telepon itu. Namun kemudian, diterimanya juga.
"Hallo, ya?" sapa Frans setelah membuka layar telepon.
"Selamat sore, Bu Firda. Apa kabar?" tanyanya ramah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perempuan Sang Pengagum Rahasia
غموض / إثارةWarning: Cerita Dewasa Perempuan Sang Pengagum Rahasia --- Sepasang suami istri pindah ke rumah baru. Rumah itu sudah tua. Salah satu tetangga mereka diam-diam memperhatikan keluarga ini. Dengan bersikap ramah terhadap Karin, anak Frans dan Tina, t...