Bak sedang dikejar harimau, Frans berlari hingga menabrak pintu kamar. Lalu bangkit dan terus berlari keluar rumah. Sampai di pinggir jalan, sesaat ia menunggu kendaraan yang lalu-lalang untuk bisa menyeberang. Lalu kembali berlari sekencang-kencangnya ke halaman rumah Robin yang berada di seberang jalan.
Diterjangnya pintu itu hingga lepas dari engselnya. Lalu Frans berlari masuk ke dalam kamar mencari Robin. Tak ada siapa pun di kamar. Kembali ia berlari memasuki kamar yang lain. Juga tak ada siapa pun yang ia temui. Sesaat kemudian Frans berlari menuju dapur dan kamar mandi. Semua nihil. Rumah itu kosong.
Frans mencoba menenangkan diri. Sambil berdiri di depan TV, Frans mencoba kembali merekonstruksikan apa yang sekiranya dilakukan oleh Robin sebelum menculik Tina. Dipejamkannya mata. Napasnya naik-turun.
"Pikir! Pikir!" gumamnya sambil memejamkan mata.
Tiba-tiba Frans membuka mata. Segera ia berlari menuju kamar Robin. Dibongkarnya isi laci di meja yang ada di kamar itu. Dikeluarkan semua isinya. Tiba-tiba dari antara barang-barang yang dikeluarkan itu, jatuh sebuah pistol. Frans tersentak.
Diambilnya pistol itu dan dibuka magazinnya. Pistol itu penuh berisi peluru. Lalu diselipkannya pistol tadi ke balik celananya. Kembali ia membongkar laci-laci yang lain. Tak ada apa pun seperti yang ingin ia cari. Frans menghela napas panjang sambil menundukkan kepala.
"Huuuuuh ...!" desahnya dengan helaan napas berat.
"Pasti ada sesuatu! Pasti ada sesuatu di sini!" gumamnya sambil berjalan ke luar kamar.
Saat berjalan, tak sengaja ekor matanya melihat sebuah laptop di atas sebuah meja di ruang tamu. Dibukanya laptop itu. Frans tercengang. Tampilan di layar laptop itu adalah monitor CCTV. Ada empat CCTV yang terhubung ke ruangan-ruangan sebuah rumah. Rumah itu adalah rumahnya!
"Bangsat! Bangsat kau, Robin ...!" teriak Frans.
Sambil berdiri ia melayangkan sebuah pukulan ke meja itu. Frans sangat marah. Dicobanya untuk tenang kembali. Waktu terus berjalan. Ia telah kehilangan Karin dan sekarang Tina.
Apakah mereka diculik oleh orang yang sama, pikir Frans berulang kali.
Lalu Frans kembali duduk. Dibongkarnya isi masing-masing laci meja itu. Semua isinya ditumpahkan ke lantai. Tapi tak ada satu pun petunjuk yang ia dapatkan. Frans mulai putus asa. Ia mencoba menenangkan dirinya. Sambil menyandarkan punggung ke kursi, ia mencoba mereka-reka apa yang akan dilakukannya, seandainya ia adalah Robin. Tiba-tiba Frans teringat sesuatu.
Dibukanya kembali layar laptop tadi. Dikeluarkannya tampilan CCTV dari layar laptop. Lalu ditelitinya satu per satu icon yang ada di desktop komputer. Ditemukannya satu icon bergambar surat bertuliskan Email. Dengan cepat dibukanya dan me-login untuk masuk ke dalam email tapi ia terhalang oleh password.
"Sialan!" hardiknya dengan suara menggeram.
Frans kembali putus asa. Tiba-tiba Frans teringat sesuatu. Segera ia kembali berlari ke dalam kamar. Diambil celana yang tergantung di dinding. Dirogoh saku-saku celananya. Beberapa celana yang tergantung itu tidak menyimpang apa-apa di sakunya. Juga beberapa baju yang tergantung.
Dilihatnya jam yang tergantung di dinding. Sudah hampir 3 jam dari tadi saat ia menjemput Karin. Lalu Frans kembali berlari ke kamar mandi. Dicarinya celana yang tergantung. Dirogohnya juga saku-saku celana yang tergantung itu. Di dalah satu celana ia menemukan secarik lembaran kertas. Sebuah alamat.
"Jalan Agrowinangun No. 82 Harjomakmur."
Demikian dibacanya berulang-ulang. Dahinya mengernyit. Ia tak tahu alamat ini.
Tak berputus-asa, Frans kembali membuka laptop tadi dan mencari lokasi alamat tersebut.
"Dapat kau, Robin!" umpatnya sambil mengepalkan tangan.
Dipotretnya layar lapotop itu untuk merekam gambar lokasi alamat yang ditunjukkan oleh Googlemaps. Lalu Frans berdiri dan berlari keluar rumah. Dilihatnya pintu rumah Robin yang lepas dari engselnya karena ia terjang saat akan masuk.
"Matilah situ!" hardiknya dan langsung menyeberangi jalan.
Setelah mengambil kunci mobil dan sebuah stik dari kamarnya, Frans bergegas keluar dan mengunci pintu rumah. Dengan cepat dinyalakan mesin mobil lalu dilarikannya mobil itu dengan kencang ke alamat yang tadi ia temukan.
---
Bersambung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perempuan Sang Pengagum Rahasia
Gizem / GerilimWarning: Cerita Dewasa Perempuan Sang Pengagum Rahasia --- Sepasang suami istri pindah ke rumah baru. Rumah itu sudah tua. Salah satu tetangga mereka diam-diam memperhatikan keluarga ini. Dengan bersikap ramah terhadap Karin, anak Frans dan Tina, t...