"Rumahnya dibuat tahun 1800-an dan dengan gaya arsitektur Belanda. Hanya renovasi dan belum ada penambahan konstruksi baru. Semua masih asli seperti pertama dibangun."
Sambil menunjukkan foto-foto sebuah rumah kepada Frans dan Tina, seorang pria sesekali memerhatikan Tina. Ia duduk dengan diapit Frans dan Tina. Pertemuan antara Frans dengan penyewa rumah, berlangsung di sebuah cafe. Frans mengajak Tina, istrinya untuk memastikan kecocokannya. Di meja bar, Frans dan Tina mendapatkan penjelasan tentang rumah yang akan mereka sewa.
"Halaman cukup luas ya, Pak?" tanya Tina.
Tangannya memilih-milih foto. Lalu, dipegang sebuah foto rumah dari atas meja yang memerlihatkan halaman.
"Cukup luas, Bu. Luas tanah enam puluh meter persegi. Luas bangunan sendiri hanya tiga puluh enam meter persegi. Di belakang ada kebun kecil. Di halaman depan kosong hanya rumput dan tanaman hias." jawab si pria.
Ia menunjuk ke foto yang Tina pegang. Sikapnya sangat ramah.
"Wah, cocok banget sama hobby aku lho, Sayang. Aku suka rumah ini," ucap Tina.
Perlahan tangannya berusaha meraih jemari Frans. Saat Tina sedang begitu, bahunya bersenggolan dengan bahu pria yang sedang menjelaskan rumah tadi. Tanpa terlihat Tina, mata pria itu terpejam menikmati sentuhan bahu Tina.
"Iya, Sayang. Kamu kan suka olahraga dan juga suka berkebun?" sahut Frans kemudian.
"Ambil ya, Sayang?" rayu Tina kemudian.
Tubuhnya berusaha merapat ke Frans dan kembali menyentuh bahu pria. Dengan memundurkan tubuh ke belakang, ia mempersilakan Tina untuk dapat lebih dekat ke Frans.
Wajah pria itu terus memerah dan pucat. Seakan-akan ia sedang menahan rasa agar tak ingin diketahui oleh Frans atau pun Tina.
"Baiklah. Kami ambil deh, Pak. Istri saya suka sekali dengan rumah ini," sahut Frans kemudian.
"Pembayaran sekarang atau bisa ditransfer, Pak?" tanya Tina.
Pria tampak tergagap.
"Eh eh, sebagai tanda jadi Bapak Ibu bisa bayarkan sepuluh persen dulu ke saya. Sisanya bisa ditransfer ke nomor rekening," jawab pria itu.
Lalu, ia mengeluarkan kartu nama dan memberikan kepada Frans. Dari saku baju, diambilnya sebuah pena dan menuliskan nomor rekening bank. Lalu, diserahkan semua foto berikut yang sudah dituliskan tadi.
Tina pun mengeluarkan sejumlah uang dari dalam tas dan menyerahkan kepada pria itu. Si pria juga menuliskan sebuah kuitansi tanda terima uang dan kembali menyerahkan kepada Tina. Setelah selesai dengan pembayaran awal, pria itu pun menyerahkan kunci-kunci serta menjelaskan kunci-kunci tersebut.
Frans dapat merasakan kegembiraan Tina saat menerima kunci-kunci rumah yang mereka sewa. Sudah dibayangkannya bahwa Tina akan menggemari berkebun setiap sore dan berolahraga setiap pagi. Sore itu sesampai di rumah, Tina dan Frans segera membereskan sejumlah barang yang akan mereka bawa ke kota Harjomakmur. Tak ketinggalan, Karin ikut sibuk membantu. Perjalanan pindah ke kota lain ini menyibukkan dan semakin mendekatkan mereka satu sama lain.
---
"Beres semua. Pembayaran di muka juga sudah diserahkan ke saya," kata seorang pria di telepon.
Sesaat kemudian ia terdiam mendengarkan suara yang sedang berbicara di ujung telepon.
"Mereka akan masuk rumah dalam dua hari ini," katanya kemudian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perempuan Sang Pengagum Rahasia
Misterio / SuspensoWarning: Cerita Dewasa Perempuan Sang Pengagum Rahasia --- Sepasang suami istri pindah ke rumah baru. Rumah itu sudah tua. Salah satu tetangga mereka diam-diam memperhatikan keluarga ini. Dengan bersikap ramah terhadap Karin, anak Frans dan Tina, t...