"Ya, ampun. Aku kemalaman pulangnya,"
Frans terbangun dan melihat ke jam di dinding kamar itu. Segera ia meloncat dari tempat tidur dan berjalan cepat ke kamar mandi. Sekilas mencuci muka dan bergegas mengenakan kembali pakaian yang berserakan di lantai. Tidak sempat ia perhatikan wajah Firda yang sedang memandangi.
"Mesti pulang sekarang? Aku ditinggal?"
Terbangun karena tempat tidur yang bergerak saat Frans beranjak turun untuk mengambil pakaian, Firda yang melihat Frans sedang bergegas segera bertanya. Selimut teruntai di bulatan buah dada putih bersihnya yang membulat.
"Aku punya keluarga, Firda! Aku punya istri. Aku punya anak!" tukas Frans.
Tanpa menoleh, ia merapikan pakaian. Sepatu kembali dikenakan, Frans duduk di kursi meja kamar.
"Tak sepantasnya aku melakukan ini!"
Frans berseru sambil meremas rambut. Seakan melupakan persetubuhan yang baru dilakukan bersama Firda, ia memandang dengan wajah yang cemberut. Setelah berpakaian lengkap kembali, Frans bergegas melangkah ke luar kamar.
Tinggallah Firda yang murung dan sedih. Dibukanya selimut dan turun dari ranjang. Dengan tubuh yang telanjang, dari jendela kamar Firda melihat sebuah mobil yang bergerak cepat meninggalkan halaman parkir.
"Tina," ucapnya pelan sambil mengepalkan tangan.
---
"Nyonya, terima kasih atas malamnya yang indah," sapa penyekap Tina sambil menuangkan sisa air minum yang telah dicampurnya dengan pil tidur.
Tina masih tertelungkup. Tali-tali pengikat dilepaskan oleh penyekapnya saat Tina diperkosa. Dipaksanya Tina meneguk air yang telah dicampurnya dengan pil tidur terlebih dahulu. Kini pakaian Tina berserakan di lantai. Dibiarkannya Tina di lantai lalu ia berjalan santai keluar rumah. Di luar sudah gelap. Lampu-lampu jalan sudah menyala tapi lampu di rumah Tina masih padam.
Selang duapuluh menit kemudian, Tina mulai pulih kesadarannya.
"Ough, sakitnya tubuhku,"keluhnya sambil mengangkat kepala. Pelan-pelan ia bangkit.
"Oh, tidak. Tidak. Dia memperkosa aku!" kata Tina saat menyadari tubuhnya yang telanjang.
Dilihatnya tubuhnya yang basah kuyup. Ia tertidur di genangan air. Dikumpulkannya segenap tenaga yang tersisa untuk meraih pakaiannya. Rumahnya gelap. Dilihatnya di luar pun juga sudah gelap. Hanya cahaya dari lampu jalan yang masuk melalui jendela rumahnya yang menerangi. Dengan tertatih-tatih, Tita berjalan dalam kegelapan. Sambil meraba-raba ke dinding, Tina akhirnya dapat mencapai pintu kamar mandi.
"Oh, Tuhan. Dia memperkosaku. Ya, Tuhan!" seru Tina dengan suara pelan. Dibukanya kran shower. Ia terduduk di bawah shower.
Di luar terdengar suara sebuah mobil yang memasuki halaman. Pintu mobil itu ditutup dengan cara dibanting. Terdengar juga langkah kaki seseorang yang berlari memasuki teras dan membuka pintu rumah dengan kasar.
"Tina! Tina!" teriak Frans dari ruang tamu.
Lalu dengan terburu-buru Frans menghidupkan lampu ruang tamu dan berlari ke kamar.
"Tina! Tina!" teriak Frans lagi.
Langkah kakinya yang berjalan cepat mendekati kamar mandi membuat Tina merapatkan tubuhnya yang sedang duduk di bawah shower.
"Ya, ampun. Tina!" teriak Frans dengan kencang setelah menghidupkan lampu kamar mandi. Dilihatnya Tina yang duduk telanjang di bawah shower yang mengucurkan airnya.
"Tina, apa yang terjadi?" tanyanya sambil duduk merangkul Tina yang menggigil kedinginan.
"Apa yang terjadi? Siapa yang melakukan ini?" tanya Frans. Pakaiannya basah terguyur air yang jatuh dari kran shower.
Dengan cepat Frans berdiri mengambil sebuah handuk yang digantung di hanger dekat pintu kamar mandi. Dibungkusnya tubuh Tina yang menggigil kedinginan dan digendong ke kamar. Sambil setengah berlari, Frans menggendong Tina ke kamar tidur. Air dari pakaian yang basah menggenangi lantai di sepanjang langkahnya.
Di kamar dibaringkan dan diselimutinya tubuh Tina dengan selimut. Dibukanya lemari pakaian dan dengan acak diambil sebuah pakaian tidur yang kering. Ditegakkannya tubuh telanjang Tina dan dipakaikan baju tidur itu. Lalu diselimuti kembali. Pakaian Frans sendiri basah kuyup. Lantai kamar itu basah oleh air yang menetes dari pakaiannya.
"Siapa yang melakukan ini, Sayang?" tanya Frans yang berjongkok di samping ranjang. Diselusnya rambut Tina yang basah.
Tina hanya menatap nanar ke langit-langit kamar. Tak bersuara sedikit pun. Tubuhnya masih menggigil. Dengan berbaring miring, tubuhnya meringkuk di bawah selimut. Tangannya digenggamkan sambil gemetar. Bibirnya gemetar. Tubuhnya semua gemetar.
Frans menatap Tina dengan wajah penuh penyesalan. Tak disangkanya ia mengalami situasi seperti ini. Hatinya merasa sangat berdosa. Wajahnya menatap Tina yang terbaring menggigil dengan penuh penyesalan.
---
Bersambung
KAMU SEDANG MEMBACA
Perempuan Sang Pengagum Rahasia
Mystery / ThrillerWarning: Cerita Dewasa Perempuan Sang Pengagum Rahasia --- Sepasang suami istri pindah ke rumah baru. Rumah itu sudah tua. Salah satu tetangga mereka diam-diam memperhatikan keluarga ini. Dengan bersikap ramah terhadap Karin, anak Frans dan Tina, t...