"Selamat malam, Sayang. Hari ini aku meeting terus. Maaf pulangnya kemalaman."
Frans tiba-tiba muncul. Senyum terkembang lebar. Tubuh jangkung atletis yang menjadi kesukaan Tina, terlihat datang dari balik pintu yang dibuka. Mata elangnya berbinar sambil menatap Tina saat menutup pintu.
Tina yang tersenyum membalas, berdiri dari duduk menonton TV. Frans berjalan mendekat, kedua tangan terentang memperlihatkan kegembiraan yang ingin diceritakan. Diraih pinggang Tina dan dikecup pipi berkulit putih bersih itu.
Kecupan itu berubah menjadi ciuman yang lama dan dalam itu. Tina yang merasa ada sesuatu yang akan disampaikan sang suami, mengajak duduk di sofa ruang tamu. Frans menyelonjorkan kaki sejenak dan melepas sepatu.
"Ada meeting penting apa, Sayang? Tumben meeting-nya sampe malam. Ada kabar bagus?"
Tina mengambil dan meletakkan sepatu Frans ke rak dekat pintu masuk. Sambil berjalan, ia bertanya. Lalu, mengambil tas kerja suaminya itu dan meletakkan di meja kamar.
"Ada berita bagus, Sayang. Aku dapat promosi jadi kepala kantor cabang," jawab Frans.
Frans tidak ingin menunggu hingga sang istri ke luar kamar. Ia langsung memberi kejutan.
"Wah ... masa? Pindah ke mana, Sayang?"
Dari dalam kamar, Tina bertanya. Kemudian bergegas berjalan ke luar. Tidak sabar, ia segera memeluk sang suami yang sedang duduk. Sesaat mereka berpelukan erat. Lalu, kedua kaki diangkat ke sofa dan Tina dibaringkan di pangkuan.
"Ke kota Harjomakmur."
Frans menundukkan kepala sambil tersenyum. Terlihat tubuh Tina yang mungil itu, seakan hilang di dalam rengkuhan pelukan Frans. Kepala Tina yang terbaring di pangkuan, mendongak dengan mata membinar.
"Mulai kapan, Sayang?"
Namun, Frans tidak menjawab. Senyuman Tina yang mengembang, mengundang bibir Frans untuk mengecup. Tubuh yang dirundukkan itu, menautkan bibir mereka yang selalu hangat dalam bercinta.
Kedua tangan yang terjepit tubuh Frans, dibiarkan tetapi dengan mengangkat kepala, bibir Tina membalas lumatan bibir sang suami yang hendak menjawab pertanyaannya. Lidah langsung terjulur ke dalam mulut, dengan dengkus napas yang memburu. Namun, seperti teringat akan sesuatu, Frans melepaskan ciuman.
"Menurut surat keputusan efektif bulan depan, Sayang."
Frans kembali menundukkan kepala lalu, memagut bibir istrinya itu. Membalas ciuman yang menggebu, kedua tangan Tina dilingkarkan ke leher Frans. Bongkahan bulat pantat Tina, menggelinjang saat lenguhan lirih ke luar dari sela bibir.
"Oooh, Frans!"
Sambil memagut, tangan kanan Frans menyelinap ke bawah, meremas bongkahan pantat yang membulat.
"Oooh, Frans!"
Kembali terdengar desahan lirih Tina menikmati remasan tangan Frans. Namun kini gantian Tina yang seakan teringat sesuatu. Ia melepaskan ciuman dan bergegas menegakkan tubuh.
"Makan dulu, yuk. Abis tu mandi. Baru kita lanjut cerita di kamar."
Frans yang semula terlihat manyun, berubah jadi tersenyum karena mendengar kata-kata terakhir sang istri. Tina bangkit dari pangkuan sambil menarik tangan Frans. Ia memang telah menyiapkan makan malam. Walau makanan itu sudah pasti dingin karena pulang terlambat, Frans menuruti dan ikut berjalan ke meja makan.
---
"Sayang, kamu ada kenalan di kota Harjomakmur?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Perempuan Sang Pengagum Rahasia
Mistério / SuspenseWarning: Cerita Dewasa Perempuan Sang Pengagum Rahasia --- Sepasang suami istri pindah ke rumah baru. Rumah itu sudah tua. Salah satu tetangga mereka diam-diam memperhatikan keluarga ini. Dengan bersikap ramah terhadap Karin, anak Frans dan Tina, t...