Sesampai di depan rumahnya, dengan sigap Frans memutar kendaraan memasuki halaman. Dibukanya pintu dan segera berlari ke dalam rumah.
"Tina! Karin sudah sampai di rumah?" tanyanya dengan suara besar sambil berjalan menuju kamar.
Frans berdiri tercenung di pintu kamar itu. Dilihatnya ranjang itu telah kosong. Tak ada siapa pun di atas ranjang itu. Selimut terhampar di lantai. Kursi yang tadi pagi ia letakkan di dekat ranjang sudah terbalik. Sontak Frans segera berlari ke kamar mandi.
"Tina! Tina!" teriak Frans sambil berlari.
Dibukanya pintu kamar mandi yang tertutup. Kosong. Tak ada siapa pun. Diusapnya wajahnya dengan kasar. Dijambak-jambak rambutnya.
"Tina!"
Seakan ingin memastikan Tina ada di kamar, kembali Frans berjalan ke kamar. Tidak ada siapa pun.
"Huh! Mati aku!"
Dihembuskannya napas sambil menyandarkan punggung ke dinding. Lalu pelan-pelan ia jatuh terduduk di lantai. Pikirannya kalut. Pikirannya buntu. Frans berpikir keras. Apa yang sedang terjadi ini? Siapa yang melakukan ini? Begitu pikirnya berulang-ulang.
Sambil duduk di lantai, dijambak-jambak rambutnya dengan keras. Ditampar-tampar pipinya dengan keras.
"Pikir! Pikir! Dimana mereka!" gumam Frans sambil menampar-nampar pipinya.
Sesaat mata Frans melihat sesuatu di bawah ranjang. Sambil berdiri, diraihnya selimut yang terhampar di lantai. Dilipatnya dan kursi yang terbalik itu ditegakkan. Lalu selimut itu diletakkan di situ. Sambil menunduk Frans berusaha menjangkau benda yang dilihatnya tadi. Ternyata telpon genggam milik Tina. Setelah dapat, sambil duduk kembali di lantai Frans membuka telpon genggam itu. Hei, telpon genggam itu sedang merekam sesuatu. Rekamannya masih menyala.
"Apa ini?"
Frans kemudian mematikan rekaman itu dan membiarkan rekaman itu tersimpam di memori telpon. Lalu dibukanya rekaman video itu.
Dalam rekaman itu, dari kolong ranjang terlihat sepasang kaki memasuki kamar. Orang yang sedang memegang rekaman terlihat sedikit beringsut. Lalu kaki yang berjalan memasuki kamar tadi, berbalik arah dan berjalan keluar. Orang yang memegang telpon genggam itu kemudian perlahan keluar dari bawah ranjang. Saat ia sudah keluar dari bawah ranjang, tiba-tiba ada orang yang menerobos masuk ke dalam kamar dan orang yang memegang telpon genggam itu kembali berusaha masuk ke kolong ranjang sambil berteriak kencang.
"Fraaaans ... Fraaaans ...!"
"Tina! Tina!" teriak Frans saat mengenali suara yang ada di dalam rekaman itu. Ternyata Tina merekam saat-saat sebelum ia diculik.
Setelah menenangkan diri, kembali Frans mengamati rekaman itu.
Di dalam rekaman itu, saat hendak berbalik masuk ke kolong ranjang, Tina melemparkan telpon genggamnya. Namun telpon genggam itu tidak memperlihatkan apa-apa lagi karena saat dilemparkan, lensa kameranya mengarah ke lantai. Lalu dimatikannya rekaman video tadi.
"Haaaaargh ...!"
Frans berdiri dan meninju dinding lemari kamar sambil menggeram.
Braaak!
Suara hantaman itu terdengar cukup keras.
"Bangsat ... kau menghancurkan keluargaku! Awas ...!"
Frans menghardik sambil memukul-mukul dinding lemari itu.
"Awas, aku cari kau! Aku cari kau!"
Frans menghardik sambil berjalan mengelilingi kamar itu.
"Baiklah. Aku tenang dulu. Aku tenang dulu!"
Sambil mengepalkan tinju ke telapak tangan yang satunya, Frans masih berjalan berputar-putar di dalam kamar itu.
"OK, OK. Aku tau!" serunya sambil duduk dan mengambil telpon genggam itu kembali.
Frans kemudian masuk ke bawah ranjang. Ia melakukan seperti yang Tina lakukan di saat-saat sebelum ia diculik. Ia mencoba meresapi kejadiannya. Sambil memutar rekaman, ia berbaring di bawah ranjang. Di saat bagian rekaman menunjukkan saat dimana Tina keluar dari ranjang dan ditangkap oleh penculiknya, Frans yang mencoba merekonstruksikan kejadian itu, tiba-tiba menyadari sesuatu.
"Tina melihat wajah orang itu!" serunya sambil duduk kembali di lantai.
Dibukanya rekaman tadi sekali lagi dan ia sengajakan memutarnya lebih lama. Disimaknya rekaman itu dengan lebih teliti. Hingga di bagian rekaman dimana Tina memanggil-manggil namanya, Frans mereka-reka bahwa di saat itu Tina sedang berusaha melepaskan diri dari cengkraman penculiknya. Tidak ada suara lain kecuali teriakan Tina memanggil namanya. Tiba-tiba wajah Frans berubah menjadi marah.
"Robin! Awas kau! Ternyata kau, Robin ...!"
Teriakan Tina sayup-sayup terdengar dari dalam rekaman itu hingga menghilang.
---
Bersambung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perempuan Sang Pengagum Rahasia
Mystery / ThrillerWarning: Cerita Dewasa Perempuan Sang Pengagum Rahasia --- Sepasang suami istri pindah ke rumah baru. Rumah itu sudah tua. Salah satu tetangga mereka diam-diam memperhatikan keluarga ini. Dengan bersikap ramah terhadap Karin, anak Frans dan Tina, t...