"Sayang, hari ini aku belanja ya?"
Sambil menyendokkan cereal ke dalam mulut Karin, Tina memandang ke dalam kamar. Pagi yang cerah itu, menyemangatinya untuk memulai aktivitas rumah tangga.
"Iya, Sayang. Sama Karin nanti belanja?"
Frans berjalan keluar kamar sambil memasang kanci kemeja. Karin yang menguyah makanan sambil tersenyum, membuat pipi gembulnya terlihat lucu. Frans berdiri diam sesaat memandangi. Matanya berbinar senang.
"Ya sama Karin, Sayang. Jam delapan-an nanti," jawab Tina.
Cereal susu yang dicampur dengan white toast dan irisan coklat tabur tentu terasa lezat bagi Karin. Sambil mengutak-atik boneka, Karin mengunyah tanpa henti.
Setelah berdiri di depan kaca lemari perabot untuk merapikan pakaian, Frans berjalan mendekati meja makan dan duduk di sebelah Karin. Pipi gembul Karin yang sedang mengunyah, disentuhnya dengan ujung telunjuk. Karin terkikih.
"Asyik. Nanti Karin ikut, Ma?" tanyanya memandang Tina.
"Iya, Sayang. Temani Mama nanti, ya?"
Tina mencubit pipi gembul Karin. Lalu, Tina berdiri dan mengambil piring. Disendokkan nasi dan tak ketinggalan gulai semur. Setelah diletakkan piring di depan Frans, dituangkan kopi ke dalam gelas. Juga diletakkannya di depan Frans.
"Terima kasih, Sayang. Enak nih," ucap Frans saat melihat Tina mengambilkannya makanan.
Pagi ini Tina sangat menikmati pekerjan di rumah baru. Sebuah rumah tua yang eksklusif di daerah pinggiran kota. Pagi-pagi tadi ia menyempatkan memasak makanan untuk sarapan Frans dan Karin.
"Sekolah Tina mulai aktif lagi lusa, Sayang. Besok mungkin kita bisa antar Karin untuk daftar ulang di sekolahnya yang baru itu," ucap Frans sesaat setelah Tina meletakkan piring nasi dan gelas kopi.
"Kamu kan lusa juga mulai aktif kerja lagi ya, Sayang?" tanya Tina.
Karin masih terlihat asyik dengan bonekanya.
"Lusa, Sayang. Aku perlu meeting sebentar dengan staf kantor," jawab Frans sambil mengunyah nasi.
"Ayo, Karin. Habisin makanannya."
Tina hendak menyuapkan kembali cereal ke dalam mulut putrinya itu. Namun, Karin masih bermain dengan boneka. Diliriknya Frans yang sedang mengunyah.
"Gak terlalu sibuk nanti mungkin? Pulang cepat rencana, Sayang?"
Tina masih memegang sendok berisi cereal untuk Karin. Belum disuapkan ke dalam mulutnya. Frans yang menoleh ke arah Tina karena ditanya, kelihatan mengunyah lebih cepat.
"Pulang seperti biasa, Sayang. Ehm ... atau nanti liat deh," jawab Frans kemudian.
Keliatannya semur yang dimasak Tina tadi pagi sangat lezat. Nasi di piring Frans hampir habis.
---
"Tanda-tangan Kepala Kantor Cabang masih diwakilkan ke Pak Harris ya, Bu?"
Hendra bertanya kepada Winarsih sambil berdiri di depan pintu ruangan. Pagi itu, ia datang awal ke kantor. Bertemu dengan Winarsih yang baru masuk dari pintu depan, Hendra bergegas mencegatnya.
"Masih, Pak Hendra. Pak Frans mulai aktif kerja lusa, " jawab Winarsih.
Winarsih terlihat terkejut dengan pertanyaan yang tiba-tiba itu. Kartu kehadiran tidak jadi dimasukkan ke mesin absen. Masih terpegang di tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perempuan Sang Pengagum Rahasia
Mistério / SuspenseWarning: Cerita Dewasa Perempuan Sang Pengagum Rahasia --- Sepasang suami istri pindah ke rumah baru. Rumah itu sudah tua. Salah satu tetangga mereka diam-diam memperhatikan keluarga ini. Dengan bersikap ramah terhadap Karin, anak Frans dan Tina, t...