CHAPTER 8

353 45 0
                                    

Nana segera keluar dari mobil hitam milik Rey.  Sebelum Nana masuk ke rumahnya Rey segera mengejar dari belakang mencekal tangan Nana.

"Ehh tunggu!"

Nana berbalik. "Apaansih!!!"

Rey melepaskan cekalannya. "Galak amat sih. Lo ga mau bilang terima kasih atau apa ke udaj gue anterin pulang" ucap Rey.

Nana tersenyum. "Oh iya gue ada sesuatu buat lo"

Senyum Rey mengembang sangat antusias. "Apaan?"

"Coba lo tutup mata dulu deh" ucap Nana.

"Oke gue tutup mata dulu, awas lo ya jangan bohong" Ucap Rey.

"ck, engga. Gak bohong gue" ucap Nana.

Rey menutup matanya. Nana menjulurkan lidahnya meledek Rey. Nana tersenyum jahil. 'Rasain gue kerjain lo' batin Nana.

Nana mengendap-ngendap masuk kerumahnya dan segera lari masuk ke dalam.

"Na, udah belom?" tanya Rey.

"Udah!!!!" teriak Nana.

Rey melek. "Hah? Ko suaranya jauh sih"

Rey menoleh ke arah kamar Nana. Rey mendelik "Lo!!!" sambil manunjuk Nana.

"hahahahahhaa rasain lo! Pulang sana!!!!" ucap Nana langsung menutup jendelanya.

"sial gue dikerjain. Awas aja nanti" ucap Rey lalu segera masuk mobil melajukannya dan meninggalkan kediaman Nana.

"Dia memang baik tidak pernah berubah. Oma percaya kamu bisa jagain Nana."

-

"Dengerin kakak. Rencana kita kali ini ga boleh gagal. Ingat!! Gara gara dia papa kita meninggalkan"

"......"

"Sandrina..."

"Kak Jefan?"

Jefan kaget lalu segera mematikan telponnya dan memasukkannya ke dalam saku celananya.

Jefan berbalik. "iya sayang kenapa?"

"Lagi telpon siapa kak?" tanya Aqeela.

"eehm. Ee engga ituu.. Cuma temen kaka aja. Oh iya Aqeela kesini mau ngapain?" tanya Jefan.

"Ohh iya aku mau ngajak kakak nonton. Temenin yaaa?" ucap Aqeela. "Ya? Ya? Ya?"

"yaudah ayo ayo kakak temenin" ucap jefan.

"Yesss!!" Aqeela mengepalkan tangannya. "Ayo kak" ajak Aqeela menggandeng tangan jefan.

'Syukur Aqeela gak curiga' Batin Jefan.

Aqeela sangat menyayangi Jefan. Baginya dia bukan hanya kakak tapi sekaligus ayahnya.

-

"Kenapa ya? Ibu kok akhir2 ini jadi berubah. Salah sedikit saja aku di marahin" ucap Rasya.

Lalu beranjak dari tempat tidurnya mengambil bukunya dan duduk kembali di atas kasurnya.

Rasya adalah anak yang cerdas. Untuk melanjutkan ke jenjang menengah atas ia harus mati2an mendapatkan beasiswa. Mau tidak mau dia harus mempertahankan nilainya agar tetap bisa bersekolah.

Setiap malam dia selalu membuka buku pelajaran untuk besok. Rasya merasa lelah sampai dia ketiduran.

Ibu rasya masuk ke kamar Rasya. "Rasyaa?"

Ibu Rasya menghela nafas. "Sudah tidur rupanya." lalu duduk mengusap kepala Rasya. "Seharusnya kamu tidak perlu merasakan perihnya hidup seperti ini tapi karena kesalah ayahmu lah yang menyebabkan kamu harus seperti ini"

NANA, AKU KEMBALITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang