treize

1.7K 162 9
                                    

Tuan Park dan Nyonya Park hanya bisa menatap nanar pintu coklat di hadapan mereka. Bisa mereka dengar bunyi pecahan-pecahan benda di dalam sana silih berganti. Junhoe hanya bisa menghela nafas berat, pasalnya setelah sampai di mansion utama keluarga Park, Jeongwoo hanya diam tanpa mau mengucapkan bahkan satu huruf pun. Bahkan saat Junhoe memberi taunya jika Jeongwoo bukanlah lagi direktur utama Park Corps, Jeongwoo hanya diam menatap kosong ke depan.

Flashback

Tuan Park,Nyonya Park dan Jeongwoo telah sampai di mansion utama mereka. Junhoe segera mendudukan dirinya di sofa ruang keluarga di susul oleh Nyonya Park. Jeongwoo yang hendak menaiki tangga seketika berhenti mendengar perintah sang appa.

"Duduk di sini Jeongwoo. Ada yang mau appa bicarakan" perintah Junhoe. Tanpa mengatakan apapun, Jeongwoo melangkahkan kaki jenjangnya menuju ruang keluarga dan mendudukkan dirinya di single sofa tepat di hadapan appa dan eommanya.

"Sesuai yang eomma mu katakan. Hukumanmu akan di putuskan oleh appa sendiri." ucap Junhoe. Di tatapnya mata anaknya yang kosong seolah tidak tertarik dengan ucapan appa nya.

"Jabatanmu appa cabut. Mulai sekarang kamu harus berusaha kembali dari awal." ucap Junhoe. Diam. Hanya itu yang di lakukan oleh Jeongwoo membuat sang appa menghela nafasnya.

"Jeongwoo? Kamu dengar ucapan appa?" tanya Junhoe. Jeongwoo seketika menatap appa nya datar tanpa emosi.

"Ya. Apa pembicaraan ini sudah selesai? Ujar Jeongwoo dingin.

"Ya." jawab Junhoe. Jauh di dalam hatinya, dia tidak tega untuk mencabut jabatan Jeongwoo karena berkat anak sulungnya itu Park Corps berkembang pesat dan aman terkendali. Tapi dia perlu menghukum putra sulungnya.

Jeongwoo bangkit dari duduknya dan melangkahkan kakinya menaiki tangga dan terdengar debuman keras saat Jeongwoo membanting pintu kamarnya membuat Tuan dan Nyonya Park menghela nafas.

Flashback end

"Yeobo, bagaimana ini? Tidakkah kita harus mendobrak kamar Jeongwoo. Aku khawatir dia berbuat hal yang berbahaya." ucap nyonya Park khawatir. Junhoe merangkul istrinya untuk kembali ke kamar mereka. Junhoe hafal sekali sifat putranya, ia yakin putranya tidak akan mencoba melakukan hal yang membahayakam dirinya sendiri.

"ayoo biarkan dia sendiri. Dia perlu melampiaskan semuanya. Jika dia sudah lebih tenang, baru kita ajak bicara lagi." Jawab Junhoe.

.

.

.

Gelap, pecahan kaca dan keramik memenuhi ruangan tersebut. Bahkan tidak ada celah bagi nya untuk mencari jalan yang masih bersih. Seluruh penjuru lantai sudah di penuhi pecahan kaca dan keramik.

Laki-laki tampan itu duduk di balkon sembari menatap kosong kedepan. Pakaian yang semua rapi kini kusut dan di hiasi beberapa bercak darah. Matanya kosong namun lelehan airmata itu rupanya enggan berhenti.
Tangannya yang menggenggam ponsel itu tidak berhenti memanggil seseorang namun hanya jawaban operator lah yang dia dapatkan.

"Haruu.. ini Jewu sayang. Jawab sayang" namun lagi lagi kekecewaan yang ia dapatkan. Operator masih setia menjawab panggilannya. Jeongwoo pun menulungkupkan wajah di lututnya, hingga tak lama kemudian wajahnya terangkat dengan cepat kala ponsel di genggamannya bergetar menandakan seseorang tengah mengiriminya sebuah pesan. Hatinya yakin jika itu adalah Haruto.

Namun saat membuka ponselnya, tatapan kecewa dan sedih itu kembali. Bukan Haruto melainkan sosok yang sangat ia kenal. Ia pun membuka pesan tersebut.

Junkyu
Jeongwoo, maafkan aku atas semua yang terjadi. Jika dirimu mengatakan jika kamulah sumber masalah dari semua ini maka dengan tegas aku jawab kamu salah. Aku tidak sebaik yang kamu kira, Jeongwoo. Aku mencoba memonopoli dirimu agar tetap bersamaku dan mengabaikan Haruto. Aku sengaja melakukan itu semua karena Aku terlalu mencintaimu. Aku jahat Jeongwoo. Maka dari itu maafkan aku. Aku janji aku akan datang kembali untuk memperbaiki semuanya. Maafkan aku Jeongwoo dan selamat tinggal.

Endless Love [Completed] ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang