"Haru.."
Dua pasang mata itu saling bersitatap, rindu dan sesak yang di rasakan keduanya. Haruto mematung di depan pintu masuk, matanya masih terfokus pada laki-laki di depannya. Mantan suaminya, orang yang sangat tidak ingin dia temui namun selalu ia rindukan. Jeongwoo melangkahkan kakinya mendekat hingga suara Haruto menginterupsinya.
"berhenti di situ, Tuan. Tidak perlu repot-repot menghampiri saya." ucap Haruto dingin. Hati Jeongwoo sakit mendengar ucapan Haruto namun dia menuruti perkataan mantan istrinya.
Haruto pun melangkahkan kakinya menuju kursi rapat dan menatap satu per satu orang yang di dalam ruang rapat itu.
'jadi benar artikel itu?' ucap Haruto dalam hati . Haruto kali ini berusaha fokus walaupun pikirannya terbagi antara pekerjaan dan orang yang kini duduk di hadapannya.
"baiklah kita mulai saja. Sebelum itu perkenalkan nama saya Watanabe Haruto, CEO serta pemilik perusahaan WH Group." ucap Haruto. Jeongwoo tersenyum getir, kini keinginannya bertemu Haruto terwujud namun melihat Haruto yang bersikap seolah-olah mereka tidak pernah saling mengenal membuatnya sakit.
Junghwan yang melihat situasi kian memburuk, memutuskan untuk mewakilkan Jeongwoo untuk berbicara.
"Perkenalkan kami perwakilan dari JH Corps. Park Jeongwoo selaku CEO dan pemilik JH Corps" ucap Junghwan.
"Baiklah kita mulai saja" ucap Hyunsuk.
Rapat di mulai hingga dua jam lamanya. Haruto dan Jeongwoo sama sama berusaha untuk profesional. Haruto yang mencoba untuk menjawab setiap pertanyaan yang di ajukan Jeongwoo begitupula Jeongwoo yang berusaha menjawab pertanyaan yang di lontarkan Haruto. Hingga hasil akhir telah di putuskan.
"Senang bekerja sama dengan anda, Tuan." ucap Haruto sembari mengulurkan tangannya. Jeongwoo menatap tangan itu, tangan yang dulu selalu ia genggam kemanapun ia pergi, tangan yang dulunya tersemat cincin pemberiannya. Matanya memburam dan dia berusaha menahan tangisnya. Tangannya menyambut uluran tangan Haruto. Jeongwoo sedikit erat menggenggam tangan itu. Dia terlalu rindu pada laki laki cantik di hadapannya. Matanya menatap mata bulat cantik itu. Tidak ada yang berubah, Haruto masih sama di matanya hanya saja tubuh mantan istrinya itu terlihat lebih kurus dari sebelumnya dan kantung mata Haruto sangat jelas terlihat membuat jantung Jeongwoo berdenyut sakit.
Haruto sedikit menghentakkan tangannya saat Jeongwoo enggan melepaskan jabatan tangan mereka.
"baiklah rapat ini dapat di akhiri. Terimakasih tuan Jeongwoo dan tuan Junghwan karena telah memenuhi undangan kami." ucap Hyunsuk. Haruto segera membereskan berkasnya dan hendak melangkah keluar hingga sebuah suara membuatnya menghentikan langkahnya sejenak.
"bisa kita bicara?" tanya Jeongwoo.
"maaf, saya sibuk. Mungkin anda bisa berbicara dengan wakil atau sekretaris saya. Terimakasih." ucap Haruto dingin. Tangannya bergetar saat membuka knop namun cekalan di tangannya membuatnya terdiam dan enggan menoleh ke belakang.
"Haru dengarkan hyung." Haruto menolehkan kepalanya saat mendengar suara Jihoon. Jihoon tersenyum lembut sembari menepuk pelan pundak Haruto.
"sudah cukup lari nya, Haru. Inilah saatnya kamu menyelesaikan masalahmu dan Jeongwoo. Bukankah kamu akan memberitahunya tentang Eunseo?" ucap Jihoon.
"T-t-tidak aku berubah pikiran. Dia tidak akan pernah bertemu Eunseo sampai kapanpun. Aku tidak akan mengijinkan dia bertemu Eunseo" ucap Haruto. Jihoon tentu terkejut namun melihat kondisi Haruto yang kini terlihat gelisah dan panik membuatnya mengalah untuk kali ini.
BLAM
Haruto menutup pintu itu dan berlari menuju ruangannya sendiri. Berkali-kali tangannya ia tepukkan pada dadanya yang kini terasa sangat sesak begitupun dengan nafasnya yang kini terdengar berat dan tidak beraturan. Setelah sampai ruangannya, Haruto pun membuka laci meja dan mengambil botol berisi pil anti depresan. Ia pun meminum pil tersebut dan menyambar air putih di sebelahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Endless Love [Completed] ✅
RomanceWelcome to JeongHaru story everyone!!!! This is my first story about JeongHaru, hope you guys enjoy the story 😊