vingt trois

2.2K 148 11
                                    

Setelah kejadian itu, Haruto tampak menghindari Jeongwoo. Bukan karena marah, dia hanya malu apalagi setiap matanya tidak sengaja bertemu dengan mata tajam itu, Jeongwoo akan melempar senyum tipis membuat jantung Haruto berdetak tak karuan.

Malamnya, Haruto berdiri tepat di pembatas balkon. Kepalanya mendongak keatas menatap langit yang entah mengapa banyak sekali bintang bintang. Haruto pun tersenyum manis melihatnya, tangannya ia gunakan untuk merapatkan baju tidurnya di saat ia merasakan angin malam menusuk tulangnya.

Tiba-tiba saja ingatan tentang dirinya dan Jeongwoo yang berciuman siang tadi muncul di otaknya dan membuatnya merona malu. Ia pun menggelengkan kepala mencoba mengusir ingatan itu dari otaknya namun nihil.

Ponsel di sakunya bergetar, dengan segera ia buka pesan yang masuk ke ponselnya. Dahinya mengernyit bingung pasalnya ia mendapat pesan dari nomor tak di kenal.

+6019531
Boleh aku masuk?

Haruto menghembuskan nafasnya pelan, ia tau siapa pengirimnya. Sudah jelas itu Jeongwoo. Haruto terlihat menimang-nimang apakah ia mengijinkan Jeongwoo atau tidak. Akhirnya pilihan jatuh pada opsi pertama.

Haruto
Masuklah.

Tidak menunggu lama, pintu kamar Haruto pun terbuka. Haruto tetap memandang pemandangan di hadapannya tanpa berniat membalikkan badannya untuk sekedar melihat Jeongwoo yang masuk ke kamarnya dan tanpa ia sadari pula Jeongwoo mengunci kamarnya dan menyembunyikan kunci itu di meja belajar Haruto.

GREP

Haruto terkejut tentu saja. Ia pikir mereka akan canggung setelah insiden ciuman tadi namun ia salah, Jeongwoo semakin berani untuk masuk ke kamarnya dan sekarang memeluknya dari belakang. Haruto enggan bersuara, ia malu tetapi membiarkan Jeongwoo mundusalkan wajahnya di ceruk lehernya.

Matanya terpejam saat lagi-lagi ia merasakan kecupan kecupan basah di sepanjang leher jenjangnya dan berusaha mati-matian menahan suaranya ketika Jeongwoo mencium titik sensitif Haruto.

"Haru.." panggil Jeongwoo dengan suara serak dan rendah membuat bulu kuduk Haruto meremang.

"Hm?"

"Kapan kamu mau kembali ?" tanya Jeongwoo. Haruto menatap pemandangan di depannya sembari tersenyum manis.

"Lusa mungkin? Kak Yoshi juga ikut" jawab Haruto. Ia tidak melarang apapun yang kini Jeongwoo coba lakukan asalkan tidak melewati batasannya. Kini Jeongwoo ganti mendusal ke leher kanan Haruto dan lagi-lagi Haruto harus menahannya. Jika satu suara saja keluar, dia tidak bisa menjamin besok dia masih bisa berjalan atau tidak.

"Tumben"

"Mau ketemu Junghwan." Jeongwoo menghentikan sejenak kegiatannya dan menatap bingung Haruto.

"Maksudnya?" Haruto terkekeh pelan dan itu membuat Jeongwoo terpanah. Harutonya sangat menawan.

"Kakakku menyukai adikmu." jawab Haruto. Jeongwoo terkejut tentu saja pasalnya Yoshi dan Junghwan itu jarang sekali bertemu mungkin 2 sampai 3 kali, itupun tujuh tahun yang lalu.

"Mereka hanya bertemu dua atau tiga kali seingatku itu--"

"kalau kata kak Yoshi sih cinta nggak ada yang tau" ucap Haruto sembari tertawa pelan. Jeongwoo yang melihat itu pun ikut tersenyum dan kembali mendusal di leher Haruto.

"Lehermu tidak pegal mendusal begini?" tanya Haruto

"tidak. Aku merindukan ini semua. Terimakasih mau memberiku kesempatan untuk mendekatimu lagi. Terimakasih keluargamu mau menerimaku kembali" ucap Jeongwoo lirih. Haruto pun membalikkan badannya untuk menatap Jeongwoo dengan jelas. Bisa ia lihat mata itu penuh dengan penyesalan yang membuncah.

Endless Love [Completed] ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang