S D G M 12

2.2K 192 60
                                    

Hallo

Kalo ada typo tandain ya

Jangan lupa vote dan komen, gratis kok ga bayar.

Happy reading
.
.
.

"Lo liat aja kelakuan dia, masih gangguin atau ngga?" tanya Beby balik.

"Masih, sering ngasih makanan ke Pak Ardan." ceplos Gea.

"Gatel,"

"Pelacur,"

"Strees,"

"Pelakor,"

Kata-kata hinaan terus keluar dari mulut Gea tanpa henti. Gea memutar bola matanya malas. "Pelakor kek dia pantes mati,"

"Emang lo bukan pelakor?" tanya Cece diakhiri tawa kecil.

"Bukan, dia yang pelakor!" ketus Gea.

"Siapa namanya?" tanya Beby.

"Kuyang," jawab Gea malas.

"KUYANG DULU BUKAN LAH YANG SEKAYANG!! Cakep bat suara gue," nyanyi Cece dengan wajah pede nya. Gea dan Beby menatap Cece malas.

"Suara lo jelek, gak usah nyanyi!" ujar Gea sambil menatap Cece sengit.

"Lo juga ya!" Cece melempar kulit kacang ke muka Gea.

"Si Bianca udah punya suami,"

***

Beby berjalan ke meja rias untuk mengeringkan rambutnya yang basah setalah keramas. Ardan sedang pergi keluar sebentar untuk membeli martabak telur, karna dirinya menginginkan itu.

Tadi orangtua nya kesini, hanya ingin mengambil Geo. Mereka meminta izin untuk membawa Geo menginap di rumah mereka. Ardan dan Beby mengiyakan saja, mungkin mereka kangen dengan Geo.

Sudah selama ini hubungan pernikahan Ardan dan Beby berjalan, tapi Beby tak kunjung hamil. Beby selalu memikirkan hal itu, dirinya takut Ardan meninggalkannya.

Sudah ada beberapa orang yang mengatai dirinya, sorry 'mandul'. Beby menganggap omongan mereka hanyalah angin lalu. walau sebenarnya Beby sering sekali memikirkan tentang itu.

"Itu tuh, bu. Udah nikah lama tapi belom hamil-hamil," ucap Ibu-ibu yang sedang menyapu halaman. Pas sekali, Beby melewati mereka.

"Dia udah punya anak kan? Jangan-jangan hamil di luar nikah," timpal Ibu-ibu yang satunya.

Beby merasa salah, karna memilih untuk melewati jalan yang ini. Seharusnya ia melewati jalan yang sering ia lewati.

"Bisa jadi bu, lagian anak muda jaman sekarang mainnya gak bener," Ibu-ibu yang mengenakan baju merah, menatap Beby sekilas.

"Untung aja anak saya mainnya bener, selalu sama anak perempuan," lanjut Ibu-ibu itu.

"Bagus itu, bu. Jagain terus anaknya, jangan sampai kayak dia." nyinyir Ibu-ibu dengan rambut yang di konde setinggi monas.

Si Duda Ganteng Milikku Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang