ALVABILLA 03

3.1K 149 0
                                    

"Pokoknya, aku mau liburan ke Athena!" pekik Billa sembari menghentakkan kakinya.

"Seminggu lagi kita harus kembali ke Indonesia, Abilla!" ucap Antoni---Ayahnya Billa masih bersabar menghadapi anaknya yang sedang rewel.

Antoni dan Chalinda---sang istri memang terbiasa memanjakan Billa. Sehingga sampai sekarang, kemauan gadis itu harus terpenuhi. Kalau tidak, ia akan menangis sepanjang hari dan berakhir demam.

Minggu depan keluarga Werner harus segera ke Indonesia dan menatap di sana dalam jangka waktu yang lama karena ibu dari Chalinda yang juga merupakan nenek dari Billa dan Adler---sang kakak jatuh sakit. Di Indonesia tidak ada keluarga yang mau merawatnya. Alhasil, Chalinda dan keluarga lah yang harus turun tangan.

"Daddy udah janji mau ngajak aku ke Mount Parnitha! Aku mau ke sana!" teriak Billa disertai tangisan.

"Tapi, kita harus ke Indonesia, Sayang. Nenek lagi sakit. Kamu gak sedih lihat Nenek sakit?" jawab Chalinda.

"Sedih. Tapi, Billa pengen liburan!" ucap Billa masih dengan tangisannya.

Antoni menghela napas. Daripada melihat anaknya menangis terus begitu, lebih baik ia menuruti saja kemauan anak itu. Tanpa memberitahu Billa yang masih meraung-raung, Antoni menghubungi orang suruhannya untuk mencarikan tiket pesawat.

Besok pagi ia dan keluarganya akan terbang ke Greece. Mungkin, hanya beliau, istrinya, dan anak bungsunya saja. Biar Adler langsung terbang ke Indonesia dan mengurus ibu mertuanya.

"Nangisnya mau dilanjut atau kamu prepare sekarang?" Antoni menatap datar Billa yang langsung berhenti menangis.

"Prepare?"

"Belen! ven aquí! Ayuda a Billa a limpiar." Bukannya, menjawab kebingungan Billa, Antoni malah memanggil pengurus Billa.

(Belen! Kemarilah! Bantu Billa beres-beres.)

Kesibukannya membuat Antoni harus mencari seseorang yang bersedia mengurus keperluan putrinya. Chalinda juga sibuk dengan pekerjaannya sebagai psikiater.

"Ih, Daddy kok gak jawab, sih?!" kesal Billa hendak siap menangis lagi.

"Ikut Belen dan beresin barang-barang kamu. Besok pagi kita berangkat ke Greece," ucap Antoni.

Sontak Billa memekik senang. Greece adalah salah satu negara yang belum ia kunjungi. Billa menantikan hal ini sudah sangat lama. Setiap liburan, pasti kakak atau orangtuanya pasti mengajak ke Jerman atau Indonesia. Padahal, ayahnya selalu menceritakan pengalamannya saat liburan ke Mount Parnitha dan berjanji akan mengajaknya ke sana, tapi selalu ditunda karena alasan ini-itu.

***
Alvaro memandang adik sepupunya datar. Pasti dia ingin membicarakan tentang Ragil yang kemarin ia hajar. Alvaro bersiap pergi, namun perkataan Calista mengurungkan langkahnya. Alvaro menatap serius Calista. Adik sepupunya itu tidak mungkin berbohong.

"Gak usah bohong," sahut Alvaro datar.

"Gue gak bohong, Al! Masa lo gak percaya sama gue? Katanya, gue salah satu orang yang lo percaya setelah dia?" Calista kesal dengan Alvaro.

"Kenapa gak ada yang ngabarin gue?" tanyanya dengan kekehan miris.

Alvaro merasa kecewa dengan 'mereka' yang tidak memberikan kabar padanya. Apa sekarang ia tidak penting? Apa sekarang mereka telah menemukan penggantinya? Tidak. Itu tidak boleh terjadi. Hanya ia saja yang berhak menjaga princess mereka. Tidak boleh ada pria lain yang menjaga 'dia'.

Calista meringis. "Sebenarnya, gu--gue udah dikasih tau kalo jangan sampai bilang ke elo. Mereka mau ngasih lo kejutan. Minggu depan ulang tahun lo, kan? Nah, mereka bakal ke sini minggu depan," jelas Calista.

"Gue gak tega lihat lo terus-terusan mikirin dia. Jadi, gue kasih tau aja. Gue mau lihat keceriaan di wajah Kakak gue lagi," lanjut Calista sembari memeluk Alvaro.

Alvaro mengelus surai rambut Calista dengan kasih sayang. Meski, sering dibuat kesal dan murka oleh Calista, Alvaro tak menampik bahwa ia sangat menyayangi adik sepupunya itu.

"Thanks. Lo selalu ada buat gue," lirih Alvaro.

"Gue Adek lo. Udah tugas seorang Adek buat selalu ada di samping Kakaknya," balas Calista sembari mempererat pelukannya.

ALVABILLATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang