Sejak kedatangan Calista satu jam yang lalu, Billa tak henti-hentinya tertawa. Sahabatnya itu selalu melontarkan lelucon. Calista masih sama seperti dulu. Keras, bar-bar, tapi humoris. Calista adalah sahabat terbaik bagi Billa. Jujur saja, di Barcelona teman-temannya tidak ada yang seperti Calista. Membuatnya seringkali merindukan sahabatnya itu.
"Eh, kapan-kapan kita harus liburan ke Athena, Calista. Kamu tau gak, di sana itu tempatnya indah banget. Ih, Billa jadi mau kesana lagi," ucap Billa menceritakan tentang liburannya ke Greece pekan lalu.
"Boleh juga. Tapi, gue pengen banget ke Ibiza. Lo pasti sering kesana, kan?" balas Calista.
Wajah Billa yang semula ceria berubah murung.
"Mana ada. Daddy, Mommy, sama Kak Adler sibuk. Mereka juga gak izinin aku pergi sendiri. Padahal, aku pengen banget liburan ke Ibiza, Valencia, dan banyak lagi, deh," jawab Billa dengan nada sedih.
"Jelas gak boleh lah! Kalau lo dibiarin pergi sendiri yang ada nyasar entar. Eh, jadi lo gak pernah liburan di Spanyol?" ucap Calista.
"Iya juga, ya. Gak pernah, Calista. Daddy sama Mommy kalau liburan ngajaknya ke Jerman atau Indonesia," balas Billa.
"Oy, girls! Lagi ghibahin apa, nih?" sahut Adler yang entah kapan datangnya.
Billa dan Calista memutar bola mata jengah. Terlebih lagi Calista, pria itu membuatnya benar-benar jengah. Adler tidak berhenti menggangunya dan hampir membuat Ragil marah.
"Kakak jauh-jauh dari kita aja, deh," ketus Billa.
"Berdosa kali kau, Nak. Durhaka lu sama Kakak," ucap Adler dramatis.
"Komuknya tolong dikondisikan. Pengen nampol," celetuk Calista sembari menatap Adler malas.
"Kok kamu ikut-ikutan, sih, Yang! Gak belain aku," rajuk Adler membuat Calista bergidik ngeri.
"Ih, Kak Adler! Calista itu pacarnya Ragil. Kakak gak boleh ganggu Calista! Sama Amelia aja sana!" sahut Billa tidak terima.
Adler memang kakaknya, tapi cinta tidak bisa dipaksakan, bukan? Billa juga turut menyaksikan kisah cinta Calista dan Ragil. Keduanya saling mencintai dan memiliki cinta yang kuat. Meskipun, terkadang ada drama putus-nyambung. Billa tidak rela kalau sampai mereka berdua putus, apalagi karena kakaknya.
"Amelia saha?" tanya Calista penasaran.
"Ciee, Ayang Calista cemburu, ya," goda Adler, mengabaikan ucapan adiknya.
"Enak aja! Gue malah bersyukur kalau lo sama si Amelia itu pacaran," sahut Calista tidak terima.
"Amelia itu temen Billa, Calista. Dia suka sama Kak Adler, tapi Kak Adler gak pernah nglirik Amelia. Jahat banget, ya," jelas Billa.
"Ho'oh. Sok ganteng banget," balas Calista sembari menatap Adler sinis.
"Seperti apa yang selalu lo omongin. Cinta gak bisa dipaksakan," ucap Adler dingin sembari beranjak pergi.
Billa dan Calista menatap kepergian Adler dengan melongo. Jadi, Adler ngambek? Padahal, Billa dan Calista niatnya hanya bercanda.
***
Keluarga Werner sedang makan malam seraya membahas tentang sekolah Billa. Werner High School adalah sekolah milik mereka. Dan rencananya, Antoni akan menyekolahkan Billa di sana.Billa masih bimbang. Di sana ada Calista, pasti akan seru kalau mereka satu sekolah. Namun, di sana juga ada Alvaro. Billa tidak mau terlalu banyak berinteraksi dengan pria itu. Bukan hanya Alvaro, ada juga satu orang yang dulu ikut andil atas kejadian dulu. Kejadian yang membuatnya membenci Alvaro.
"Gimana, Billa? Kamu mau sekolah di sana?" tanya Antoni.
Billa tak menjawab. Ia malah memainkan makanan yang ada di piring.
"Kenapa? Lo gak mau sekolah di sana?" Kini giliran Adler yang bertanya.
"B--billa bingung," cicit Billa.
"Ngapain bingung? Udahlah, Dad. Billa sekolah di sana aja. Lebih gampang ngurusnya," sahut Adler yang mendapat delikan dari sang adik.
"Udah-udah. Habisin makanan kalian dulu. Bahas sekolahnya nanti aja," ucap Chalinda menengahi.
Selesai makan, Antoni kembali membahas soal sekolah Billa. Pembahasan itu berakhir dengan keputusan Billa yang menyetujui untuk bersekolah di Werner High School. Karena di sana ada Calista dan pastinya akan sangat menyenangkan. Soal Alvaro, Billa tidak ambil pusing lagi. Ia bisa menghindar bila bertemu dengan Alvaro.
Keesokan harinya, Billa mulai mempersiapkan segala keperluan sekolah. Mulai besok ia akan mulai masuk sekolah. Siang ini, rencananya Billa ingin mengajak Calista ke Mall.
"Daddy sama Mommy ada urusan sebentar. Billa jagain Nenek, ya," ucap Antoni.
"Siap, Daddy!"
"Kalau mau pergi sama Calista, nunggu Kakak pulang dulu. Jangan tinggalin Nenek sendirian," pesan Chalinda.
"Siap, Mommy!"
"Anak pinter," puji Antoni membuat Billa tersenyum malu.
"Bye, Mommy, Daddy!" Billa dadah-dadah ke arah mobil orangtuanya yang mulai meninggalkan halaman rumah.
Billa pun masuk kembali ke rumah. Merasa bosan, ia pun memutuskan untuk menengok sang nenek. Siapa tau beliau membutuhkan sesuatu. Sebenarnya, neneknya sakitnya tidak terlalu parah. Beliau masih bisa berjalan sendiri. Namun, Antoni dan Chalinda tidak mau ambil resiko.
"Nenek Sayang!" panggil Billa.
"Hai, Princess. Besok kamu mulai sekolah, ya?" balas Linda.
"Iya, Nenek. Nanti siang Billa mau belanja keperluan sekolah sama Calista," jawab Billa antusias.
"Oh, ya? Tolong, ambilkan dompet Nenek di laci meja," titah Linda.
Billa pun menuruti perintah neneknya. Linda menyodorkan sebuah Black Card ke arah cucunya. Billa menatap neneknya polos. Untuk apa neneknya memberikannya sebuah kartu seperti milik ayah dan ibunya?
"Ini buat kamu," ucap Linda.
"Buat apa, Nenek?" tanya Billa masih belum mengerti.
Linda tersenyum simpul. Cucunya ini memang kelewat polos. Bahaya juga kalau ada orang jahat yang akan memanfaatkan kepolosannya.
"Buat kamu belanja nanti," jawab Linda.
"Billa maunya uang, Nenek," ucap Billa polos membuat Linda tertawa kecil.
"Ambilkan dompet yang satunya lagi," titah Linda.
Linda memberikan puluhan lembar uang berwarna merah pada cucunya. Untung saja ia sempat menyuruh asistennya untuk menarik uang tunai. Linda sangat tau jika nanti cucu keduanya itu akan meminta uang tunai. Billa mana mengerti kartu-kartu seperti itu.
"Yeay! Makasih, Nenek!" seru Billa senang sambil memeluk neneknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALVABILLA
Teen FictionTentang dua insan yang terpisah lama, lalu dipertemukan kembali. Start : 5 November 2021 Finish : -