ALVABILLA 11

1.7K 81 0
                                    

Dengan wajah berbinar, Alvaro memasuki rumahnya sembari bersiul. Sebelum ke kamarnya, ia lebih dulu menengok sang ibu. Itu sudah menjadi rutinitasnya setiap hari.

Begitu pintu terbuka, tampaklah seorang wanita paruh baya dengan penampilan kacau yang sedang disuapi oleh suaminya. Dalam keadaan yang bisa dibilang tidak baik-baik saja, suaminya tetap setia mendampingi dan merawatnya. Cinta suaminya begitu besar.

"Pi," panggil Alvaro pada ayahnya.

"Sayang, ini Alvaro udah pulang," ucapnya pada sang istri.

Alvaro mencium punggung tangan ibunya. Ia menatap lekat wajah sang ibu yang pucat. Ibunya sangat menyayangi Billa. Sudah beberapa kali beliau menanyakan soal Billa yang tidak pernah menjenguknya. Dulu Alvaro hanya diam ketika sang ibu dengan semangatnya bertanya soal keberadaan Billa. Kini ia datang membawa kabar bahagia.

"Mami mau ketemu Cia, nggak?" Cia adalah panggilan kesayangan Billa dari ibunya Alvaro.

"Cia? Mana? Mana, Cia?" tanyanya antusias.

"Besok Cia ke sini, Mi," jawab Alvaro.

"Cia udah ketemu?" Alvaro mengangguk.

"Ya, sudah. Sekarang waktunya tidur." Dewa menginterupsi Alvaro agar ia segera meninggalkan kamar.

Di samping itu, Billa sedang melamun. Apa lagi jika bukan tentang Alvaro? Empat tahun mereka tidak bertemu, bahkan saling kontak. Billa tidak tau apa yang terjadi pada keluarga Alvaro selama empat tahun belakangan ini. Ia tidak mau mencari tau tentang lelaki itu karena rasa kecewanya sudah terlalu besar.

Adler menceritakan segalanya. Tentang kakak Alvaro yang meninggal dan ibunya yang mengalami gangguan kejiwaan. Pasti berat sekali menjadi Alvaro. Ia jadi menyesal karena selalu berusaha membuat Alvaro pergi dari hidupnya.

"Hei, Sweetheart. Ngapain di sini? Masuk!" Suara bariton ayahnya membuat lamunan Billa buyar.

"Daddy tau soal kondisi keluarga Alvaro?" tanya Billa yang mengabaikan perintah ayahnya.

"Tau. Ngobrolnya di dalam aja," jawab Antoni sembari menarik pelan tangan Billa.

"Kok kalian gak ngasih tau aku?" Billa menatap kesal sang ayah.

"Memangnya kamu bakal peduli kalau kami cerita? Denger nama Alvaro aja kamu langsung marah-marah," sinis Antoni.

Memang benar. Waktu itu Billa juga tidak akan mau peduli karena yang hanya ada di pikirannya hanyalah kesalahan Alvaro.

"Kasihan, Alvaro," lirih Billa menyesali sikapnya selama ini pada Alvaro.

"Gitu masih mau ngejauh dari Alvaro?" tanya Antoni ketus.

"Daddy kenapa jadi ketus sama Billa, sih? Billa udah baikan sama Alvaro tau," rengek Billa.

"Beneran?" Antoni menatap putrinya tak percaya.

"Tau, ah! Daddy gak asik!" Billa meninggalkan sang ayah dengan menghentak-hentakkan kakinya kesal.

"Lu yang gak asik!"

***
Billa mematut dirinya di cermin. Sebentar lagi Alvaro akan menjemputnya untuk bertemu calon mertua. Alvaro sudah ia klaim menjadi miliknya. Hanya miliknya. Berani mendekati Alvaro, ia takkan tinggal diam. Kejadian dulu tidak akan terulang lagi. Apapun yang terjadi, Alvaro hanya miliknya, selamanya hanya miliknya.

Ia berjalan menuju halaman rumah dengan senyuman ceria. Ia juga menyapa para maid dan bodyguard. Wajah tambah berbinar kala melihat mobil Alvaro memasuki halaman rumah neneknya.

"Kak Al!"

Alvaro tersenyum tipis kala mendengar Billa memanggilnya seperti dulu kala. Tak sia-sia perjuangannya selama satu bulan ini untuk meluluhkan Billa yang sangat keras kepala.

Alvaro membukakan pintu mobil untuk Billa. "Silakan, Tuan Putri."

Billa memalingkan wajahnya yang sudah merah merona karena ulah Alvaro. Alvaro yang seperti ini yang membuatnya jatuh hati.

"Maaf," lirih Billa membuat Alvaro mengernyit bingung.

"Maaf karena Billa gak ada saat Kak Al lagi terpuruk. Kenapa Kak Al masih mau sama cewek kayak Billa? Billa itu jahat, Kak Al," cerocos Billa membuat Alvaro memperlambat laju jalan mobilnya.

"Karena aku cuma mau sama kamu. Kamu gak jahat, Sayang. Wajar aja kalau kamu bersikap kayak gitu, karena kamu saat itu lagi sakit hati sama aku," balas Alvaro sembari menggenggam tangan Billa.

"Kita, kan, gak ada hubungan apa-apa. Kok Kak Al panggil Billa Sayang, sih?"

"Ngode, nih, ceritanya?" goda Alvaro seraya terkekeh.

"Iya. Kak Al gak peka, sih. Mau ada hubungan apa enggak, Kak Al itu cuma milik aku!" Billa menatap Alvaro tajam.

ALVABILLATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang