ALVABILLA 21

980 34 2
                                    

Alvaro melangkah dengan santai menuju ke arah sang kekasih yang tengah bercengkrama dengan para temannya. Takutnya Billa ada masalah atau membutuhkan sesuatu.

"Ada apa?"

"Eh, gak ada apa-apa kok. Kak Al kenapa kesini?"

"Oh, kirain kamu butuh sesuatu." Alvaro menatap Martha tajam dan mengisyaratkan sesuatu. Martha mengerti, ia pun menggeser duduknya agak jauh.

"Loh, Kak Al gak ke kelas?" tanya Billa heran.

"Nggak." Alvaro meletakkan kepalanya di meja kantin dengan telapak tangan Billa yang menjadi bantalannya.

Billa tersenyum simpul. Ia mengelus rambut berwarna kecoklatan milik Alvaro. Ketiga orang itu hanya menatap keuwuan Billa dan Alvaro cengo. Kemudian bangkit, hendak meninggalkan sejoli itu.

"Kalian mau kemana?" tanya Billa dengan tatapan polosnya.

"Pergi lah. Yakali, kita disuruh ngeliatin kalian mesra-mesraan," jawab Martha.

"Di sini aja. Nanti Billa ke kelasnya sama siapa?" rengek Billa.

"Ada aku," sahut Alvaro dengan suara tertahan.

"Yaudah, deh. Nanti Billa bareng Kak Al aja."

Sepeninggalan ketiga temannya, Billa menatap wajah tampan Alvaro penuh arti. Ia tersenyum tipis, lalu memperhatikan sekitar kantin. Tidak ada satupun siswa, kecuali dirinya dan Alvaro. Ibu kantin pun juga tak terlihat. Mungkin, sibuk masak di dapur. Kemudian memandang Alvaro kembali.

Cup!

Mata Alvaro langsung terbuka sempurna. Bagaimana tidak, ia dibuat terkejut dengan kelakuan pacar polosnya itu. Tidak ada angin, tidak ada hujan, tiba-tiba ia mendapatkan ciuman.

"Udah mulai nakal, hm? Siapa yang ngajarin?" Alvaro merengkuh tubuh gempal gadisnya. Mengecup beberapa kali pipi chubby gadis itu.

"Kak Al," jawab Billa polos.

Ya, tidak salah! Alvaro memang sering mencuri ciuman dikala gadis itu tengah lengah. Oh, jadi gadisnya itu sekarang pandai meniru. Bahaya juga. Bisa-bisa Billa akan meniru hal-hal negatif yang tidak sengaja orang-orang sekitarnya lakukan. Bisa-bisa otak polos gadisnya tercemari.

"Denger, Billa. Gak semua hal bisa kamu tiru. Kamu harus bisa membedakan mana yang baik, mana yang buruk." Wejangan dari Alvaro tidak bisa diterima sepenuhnya oleh otak Billa.

"Yang kayak gimama emang?" tanya Billa bingung.

"Contohnya, kayak kata-kata kasar. Teman-teman kamu pasti sering ngomong kasar. So, jangan ditiru," jawab Alvaro.

"Gak ngerti."

"Yaudah, ayo aku antar kamu ke kelas."

Billa masih memikirkan perkataan Alvaro yang membuatnya bingung sekaligus penasaran. Memang seperti apa kata-kata kasar itu? Billa tidak tau. Huh, membuatnya penasaran saja.

***
Galina makin terang-terangan memperlihatkan rasa sukanya pada salah satu anak didiknya. Ia mulai pilih kasih. Membuatnya beberapa kali mendapat teguran dari siswa maupun guru atas tindakannya itu. Galian menyadari kesalahannya. Kini ia berusaha untuk bersikap profesional.

Baru akan berusaha profesional, sekarang ia dihadapkan dengan pemandangan yang membuat hatinya panas. Di depan matanya, ada dua sejoli yang asyik suap-suapan di kantin.

"Alvaro! Come with me!" titah Galina tanpa mau bantahan.

Alvaro mengecup singkat kening Billa, kemudian mengikuti Galina dengan langkah santai. Sebenarnya, Alvaro merasa ada yang aneh dari guru barunya tersebut. Galina pernah memarahinya tanpa alasan yang masuk akal. Bahkan, hanya kesalahan kecil dan sepele saja sampai membuat Galina kebakaran jenggot.

"I don't like seeing you close to Billa I am jealous," ucap Galina membuat Alvaro mengerutkan keningnya.

(Aku tidak suka melihat kamu dekat dengan Billa. Aku cemburu.)

"Jealous?"

"Ya. Because I love you," ungkap Galina.

"Are you aware of what you said?"

"Of course, Alvaro. I love you since the first time we met."

"I think you're crazy." Alvaro meninggalkan Galina yang masih shock atas penolakan Alvaro. Sudah jelas, bukan, jika Alvaro menolaknya?

Galina baru pertama kali jatuh cinta. Dia tidak tau harus menyikapi perasaan yang ia miliki itu seperti apa. Yang ia inginkan hanyalah memiliki orang yang ia cintai itu. Dan orang itu adalah Alvaro Mike Philips. Kekasih Abilla Aloysia Bruna Werner---anak atasannya sendiri.

ALVABILLATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang