AUL#25

1.1K 98 12
                                    

Sambil fokus menyetir, sesekali Eris memperhatikan Dea yang sepertinya sedang tidak enak badan.

"Kamu kenapa? lagi sakit? dari tadi mas perhatiin wajah kamu agak pucat."

Dea menggeleng. "Nggak apa-apa, Mas. Semalam aku nggak bisa tidur, agak lemes aja."

"Mau periksa ke dokter?"

"Nggak perlu, kalo aku istirahat yang cukup juga nanti baikan lagi."

Eris meminggirkan mobil dan berhenti sejenak. "Kita tunda dulu aja, ya, ke kantor KUA nya. Lebih baik kamu istirahat aja di rumah sekarang."

"Mas nggak usah terlalu khawatir, aku cuma kurang tidur aja, kok. Mas, kan, bisanya cuma hari ini. Besok sibuk kerja lagi, setelah urusan kita selesai aku bakalan istirahat di rumah."

Eris menghela nafasnya. "Yaudah. Nanti kalo kamu merasa nggak enak bilang aja, jangan di paksain."

Dea mengangguk. Eris kembali menjalankan mobilnya menuju kantor KUA untuk mendaftarkan pernikahan mereka. Dea ingin menceritakan mimpinya semalam kepada Eris, namun ia masih sedikit ragu.

"Mas..."

"Kenapa?"

"Tadi malam aku mimpi, mimpi buruk. Ada orang yang ingin ngambil Lisa dari aku."

Mendengar itu, Eris tertegun namun tetap fokus menyetir. Dengan segera Eris kembali merubah raut wajahnya seperti semula, ia tidak ingin Dea mengetahui apa yang di sembunyikannya selama ini.

"Kamu mikirin mimpi itu semalaman sampai nggak bisa tidur?"

"Iya, Mas. Aku takut kalau tiba-tiba laki-laki itu datang buat ngambil Lisa."

"Udah, nggak usah dipikirin. Itu kan cuma bunga tidur, kalaupun itu nyata, ada mas yang akan melindungi kamu sama Lisa dari pria itu."

"Tapi, Mas..."

"Kamu percaya sama Mas, kan?"

Dea mengangguk lemah, meskipun ia percaya pada Eris, namun perasaannya tak kunjung tenang. Mungkin memang hanya perasaan tentang masa lalunya saja yang membuat Dea begitu khawatir saat pertama kali setelah beberapa tahun kembali melihat Fajar.

Untuk sekarang Dea harus fokus pada pernikahannya, ia tidak boleh membuat Eris lebih khawatir lagi. Setelah selesai dengan semua urusannya, Eris mengantarkan Dea pulang ke rumahnya.

"Ibu kamu nggak ada di rumah?" tanya Eris.

"Paling pergi jemput Lisa ke sekolahnya, Mas."

"Oh, iya, udah waktunya buat anak-anak pulang sekolah, ya. Yasudah, mas jemput anak-anak dulu, nanti sekalian bawa anak-anak mampir kesini."

"Iya, Mas. Hati-hati."

Eris kembali masuk ke dalam mobilnya dan pergi meninggalkan Dea untuk menjemput buah hatinya ke sekolah. Tinggal hitungan hari pernikahan Dea dan Eris akan terlaksana, ia akan menjadi suami Dea dan ayah dari anaknya. Eris tidak akan pernah membiarkan siapapun menyakiti Dea dan Lisa termasuk pria yang sudah membuat masa kelam di hidup Dea.

"Masak apa ya buat makan siang anak-anak?" gumam Dea sambil menutup pintu rumahnya, ia langsung menuju dapur dan membuka kulkas, melihat apa yang bisa ia masak hari ini.

Saat memilah-milah, suara ketukan pintu terdengar.

"Ibu udah pulang? cepet banget jemput Lisa nya, nggak ketemu sama mas Eris ya di sekolah." ucap Dea sambil berjalan untuk membukakan pintu.

"Iya, Bu, sebentar, Dea bukain." ucap Dea sedikit meninggikan suaranya karena ketukan pintunya tak kunjung berhenti.

"Kok ibu cepet banget jem-"

Perkataan Dea terhenti ketika melihat siapa yang berdiri di hadapannya saat ini. Seketika tubuhnya membatu, suaranya tercekat seolah ada sesuatu yang menahannya untuk keluar, ia tidak mampu untuk bergerak sedikitpun seakan kakinya terpaku kuat.

"Aku mau bicara." ucapnya membuka keheningan.

Dea tidak menjawab, ia hanya diam membisu seperti tidak mendengar perkataan pria itu. Kenapa ia datang lagi? setelah semua hal pahit yang di lewatinya selama lima tahun terkahir akan segera berakhir. Kenapa di saat-saat bahagianya, pria yang sudah menghancurkannya datang kembali. Apa tidak cukup untuknya penderitaan yang di berikannya selama ini?

Tidak mendengar jawaban dari Dea, Fajar kembali mengulangi perkataannya.

"Aku mau bicara soal Lisa."

Mendengar kata Lisa, Dea menatap Fajar dengan tajam. Tatapan kebencian yang selama ini di simpannya untuk pria yang ada di hadapannya ini.

"Kamu nggak berhak bicara soal Lisa, sekarang kamu bisa pergi." jawab Dea.

Dea harus kuat, ia tidak boleh lemah di hadapan pria brengsek ini. Kali ini Dea tidak akan pernah tinggal diam jika dia menyakiti dirinya lagi, selama ini Dea tidak mencarinya karena Dea tidak ingin berurusan dengan pria yang tidak bertanggung jawab sama sekali. Walaupun perbuatannya itu tidak disengaja, bukan berarti Fajar bisa lepas tangan atas tindakannya yang sudah membuat Dea sampai hamil.

"Dengerin aku dulu, aku cuma mau Lisa hidup bahagia, berkecukupan dan nggak kekurangan apapun."

Dea menyeka air matanya. "Lisa udah bahagia hidup sama aku, kamu nggak usah ikut campur atas kehidupan Lisa. Aku bisa mengurus Lisa dengan baik, dia nggak kekurangan apapun, jadi nggak perlu khawatir."

Fajar hendak memegang pundak Dea, namun Dea langsung menghindar.

"JANGAN SENTUH!" teriak Dea, "tangan kotormu itu nggak akan pernah bisa mengembalikan apapun yang kamu renggut di masa lalu, lebih baik sekarang kamu pergi."

"Aku masih bersikap baik sama kamu, aku tau aku salah. Aku berusaha buat nebus semua kesalahan aku dengan cara membahagiakan Lisa, jika kamu mau menikah dengan pria itu silahkan, kasih Lisa buat aku supaya kamu bisa bahagia sama pria yang akan kamu nikahi."

Lisa tertawa miris. "Aku nggak akan pernah ngasih Lisa ke kamu. Liat, betapa egoisnya kamu, minta maaf aja enggak atas apa yang udah kamu lakuin ke aku," Dea menarik nafasnya dalam, "oke, cukup. Sekarang kamu pergi."

Dengan cepat Dea menutup pintu dan menguncinya, ia tidak tahan berhadapan lama-lama dengan pria yang tidak tahu malu itu. Fajar terus menggedor-gedor pintu rumah Dea, namun Dea tidak menggubrisnya sama sekali.

"Dea, aku kesini mau ngomong baik-baik sama kamu. Kalau kamu nggak mau nyerahin hak asuh ke aku, mama aku akan bertindak dan itu akan lebih parah lagi. Kamu nggak akan pernah bisa ketemu Lisa lagi jika mama aku yang turun tangan."

Melihat tidak ada respon lagi dari Dea, Fajar memilih untuk pergi. Setelah mendengar mobil Fajar pegi, Dea meringkuk dalam pelukannya. Mimpinya jadi kenyataan, Fajar datang menghampirinya untuk mengambil Lisa darinya. Dea harus apa?

Dea menyeka air matanya, sekarang ia tidak sendirian. Ada orang-orang yang selalu mendukung Dea dalam keadaan apapun, Dea memiliki ibu, ayah, sahabat dan orang yang di cintainya saat ini. Mereka pasti akan membantu Dea untuk menjaga Lisa, Dea yakin itu.

"Nggak boleh lemah, Dea kamu harus kuat. Kalau kamu lemah, kamu akan selalu di tindas oleh orang yang lebih kuat."

Dea berusaha untuk menegarkan hatinya. jika ia terus bersedih dan memikirkan hal negati, semua itu hanya akan membuat dirinya lebih depresi. Untuk saat ini, Dea hanya perlu mengahadapi badai apa yang akan menghadangnya untuk bahagia. Dea yakin, bahagia yang sesungguhnya akan datang pada dirinya suatu hari nanti.

*****

Setelah 3 bulan nggak update. Maaf ya teman-teman lamaa.. 🙏🏻😊

Semoga sukaaaa😘 segini aja duluu.. 👋







9 Maret 2021









Ayah untuk LisaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang