AUL#05

1.7K 130 0
                                    

Dua gadis berseragam SMA dengan senyuman paling cerianya mampu membuat semua orang juga merasakan  cerahnya pagi ini. Mereka menyusuri jalanan dengan sedikit bersenandung. Saat diperjalanan menuju sekolah, mereka melihat seorang nenek membawa bakul dipunggungnya.

"Selamat pagi, Nenek. Mau ke pasar, ya?" tanyanya pada sang nenek yang tengah berjalan membawa beberapa sayuran.

"Oh, Nak Dea sama nak Vina. Iya, biasa nenek mau jualan sayur." jawab nenek itu dengan senyumannya.

"Sini Dea bantuin, Nek. Kasian nenek bawanya sendirian."

Vina menyikut lengan Dea dan berbisik di telinganya. "De, lo gimana, sih. Nanti kita bisa telat ke sekolahnya, gue nggak mau, ya, di hukum lagi."

"Nggak lama kok, Vin. Kan kasian neneknya, lagian sekolah kita sama pasar searah. Nggak bakalan rugi bantuin orang yang sedang kesusahan." jawab Dea dengan berbisik juga.

Dea mengambil bakul yang di gendong di punggung nenek itu.

"Apa nanti nak Dea ndak telat masuk sekolahnya?" tanya nenek itu.

"Iya, betul, tuh, Nek. Vina juga udah kasih tau Dea, dia nggak mau dengerin." jawab Vina spontan.

"Nggak papa, Nek. Ayo, jalan."

Dea tidak menghiraukan perkataan Vina. Nenek itu mengangguk dan mengikuti langkah Dea. Vina hanya bisa menghela nafasnya pasrah. Dea tidak akan pernah mendengarkan perkataannya jika menyangkut untuk membantu seseorang, walaupun dia akan terlambat ke sekolah.

"Lo baik banget, sih, De. Itu yang gue suka dari lo." Vina pun mengikuti langkah Dea menuju pasar.

Saat sampai di pasar, Dea membentangkan tikar dan menyusun sayurnya. Ia menatap Vina yang hanya berdiri memperhatikan.

"Vin, bantuin, dong. Katanya kamu nggak mau telat ke sekolah, malah cuma liatin aja."

Vina menyengir kuda kemudian mengangguk, ia membantu Dea menyusun sayur-suyuran yang akan di jual oleh nenek.

"Nenek sekarang bisa jualan, Dea berangkat sekolah dulu, ya, Nek."

"Makasih, ya, Nak Dea, Nak Vina, sudah mau membantu nenek."

Dea tersenyum dan mengangguk. "Iya, sama-sama, Nek. Kami pamit, ya."

Setelah berpamitan, Dea pergi meninggalkan nenek itu. Dengan terburu-buru mereka melangkah pergi ke sekolah, sebab jam sudah menunjukkan pukul 07:10 wib. Lima menit lagi sebelum bel masuk berbunyi.

Dari kejauhan, Dea melihat satpam yang sedang mendorong gerbang sekolah. Lagi-lagi mereka telat ke sekolah.

"Kan, apa gue bilang, kita telat lagi, De." ucap Vina dengan geram.

Dea tidak menanggapi perkataan Vina dan tetap berlari menuju gerbang sekolah.

"Pak, tolong bukain pintunya, dong. Kami cuma telat dua menit, kok, Pak." rengek Vina dengan wajah memelasnya.

Pak satpam yang hendak pergi, membalikkan badannya melihat Dea dan Vina yang tengah berdiri di depan gerbang.

"Kalian lagi. Setiap hari selalu saja telat, apa yang kalian lakukan di rumah?" tanya pak satpam itu dengan nada jutek.

"Maaf, Pak. Tadi di jalan saya ketemu sama nenek yang biasanya jualan di pasar itu, kasian kan, Pak kalo nenek itu bawa barangnya sendirian. Jadi saya bantuin, jadi bolehin kami masuk, ya, Pak?" jelas dan bujuk Dea.

Pak satpam itu menghela nafasnya kasar dan membukakan gerbang untuk Dea dan Vina.

"Kali ini bapak maafkan. Kalo besok kalian telat lagi, jangan harap ya bapak kasih ampun."

Ayah untuk LisaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang