AUL#06

1.6K 144 0
                                    

Vina langsung mematikan sambungan telfonnya dan keluar dari kamar untuk melihat apakah benar Dea ada di depan rumahnya tengah malam begini. Saat Vina membuka pintu, betapa terkejutnya Vina melihat keadaan Dea yang sangat berantakan.

"DEA!!"

Vina langsung merangkul tubuh Dea ke dalam dekapannya. Vina merasakan tubuh Dea bergetar sangat hebat, pasti terjadi sesatu padanya.

"Lo tenang, ya. Sekarang kita masuk dulu."

Vina membawa Dea ke dalam kamarnya, memberikan Dea air minum agar gadis itu lebih tenang.

Dea memeluk tubuhnya sendiri dan terus saja menangis, membuat Vina kehilangan cara untuk mengetahui apa yang terjadi padanya. Vina duduk di samping Dea, ia merapikan rambut Dea yang berantakan.

Sejak mereka menjalin persahabatan, Vina tidak pernah melihat Dea yang merasa putus asa seperti ini. Tidak sanggup melihat, Vina langsung memeluk tubuh gemetar Dea dengan erat. Vina membiarkan Dea menangis sejadi-jadinya dalam pelukannya.

"Semuanya udah hancur, Vin. hiks."

Vina mengelus lembut rambut Dea. "Lo yang tenang. Sekarang cerita sama gue, apa yang terjadi? kenapa keadaan lo bisa kayak gini."

Dea mengurai pelukannya dengan Vina. Dengan sisa kekuatannya, Dea mulai bercerita.

Di perjalanan pulang dari rumah Vina, Dea bersenandung kecil. Ia sangat suka menyanyi, meyanyikan lagu tidur yang selalu dinyanyikan oleh ibunya dulu waktu Dea masih kecil.

Peri malam datanglah dalam tidurku.
Bawa mimpi buruk dan tinggalkan mimpi indah.
Peri malam buatlah esok hariku menjadi lebih indah.
Berikanlah kebahagiaan selalu padaku.

Dea menghentikan senandungnya, ia melihat seseorang dari kejauhan berjalan dengan agak sempoyongan. Sepertinya sosok itu tidak asing bagi Dea. Dea menghampiri orang itu saat sudah yakin ia mengenalinya.

"Mas Fajar, ngapain jalan malam sendirian? biasanya kan bawa mobil."

Fajar menatap Dea dengan mata sayunya, saat ia mengenal siapa yang berada di hadapannya Fajar tersenyum. Saat mendekati Dea, Fajar tidak sanggup menahan tubuhnya dan dengan sigap Dea langsung menangkap tubuh Fajar yang hendak terjatuh.

Dea mencium bau alkohol dari tubuh Fajar. Laki-laki ini tengah mabuk berat.

"Mas kenapa sampai mabuk berat begini? nggak baik minum-minuman berakohol, Mas. Aku anter mas Fajar pulang."

Dengan sekuat tenaga, Dea berjalan sambil memapah Fajar menuju rumahnya. Dea sedikit kesusahan karena tubuh Fajar yang lebih besar darinya.

"Kamu... nggak tau apa yang sedang saya alami, saya butuh minuman itu untuk menenangkan fikiran."

"Orang tua saya terus-terusan mendesak saya untuk memiliki keturunan. Tapi istri saya sangat susah untuk mempunyai seorang anak."

Dea hanya diam mendengarkan cerita Fajar sambil terus berjalan.

"Saya... saya sangat mencintai istri saya, tapi orang tua saya terus saja menyuruh saya untuk menceraikan Dina dan menikah dengan wanita lain. Bagaimana bisa saya melakukan hal itu."

Setelah sampai di depan rumah Fajar, Dea meminta kunci rumahnya. Dengan susah payah Fajar merogoh kantong celananya dan memberikan kunci pintu rumahnya.

Dea membawa Fajar ke ruang tamu, ia membaringkan tubuh Fajar di atas sofa. Dea mengambilkan segelas air putih dan meminumkannya pada Fajar.

"Mas Fajar minum air putih dulu, ya. Biar agak segaran."

Ayah untuk LisaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang