AUL#10

1.4K 129 6
                                    

Tidak ada yang lebih melelahkan selain bekerja lembur setiap hari. Sudah lima hari ini Dea harus bekerja ekstra untuk menyelesaikan pekerjaannya yang menumpuk. Saat ini hanya Dea sendiri yang tinggal di kantor, pegawai yang lain sudah pulang sejak dua jam yang lalu.

Dea menghentikan pekerjaannya sesaat, ia mengambil ponsel yang berada di sampingnya dan menelfon seseorang.

"Halo, Tante. Gimana Lisa, udah tidur?"

"Udah, baru aja dia tidur. Rewel nanyain kamu terus kapan pulangnya." jawab Sonia

"Maaf, ya, Tante. Aku jadi ngerepotin, hari ini terakhir aku lembur kok. Aku mau selesaiin semuanya malam ini juga."

"Kamu itu, kerja itu boleh, tapi jangan terlalu maksain diri. Kamu harus jaga kesehatan, kalau kamu sampe tumbang kasihan Lisa." omel Sonia.

Yah, begitulah Dea. Jika sudah menyangkut pekerjaan, ia akan mengerjakannya secara totalitas agar klien tidak kecewa dengan hasil yang dikerjakannya. Dea yakin, usaha keras itu tidak akan pernah sia-sia. Walaupun tidak membuahkan hasil secepatnya, suatu saat itu akan berguna untuk dirinya sendiri.

"Iya, Tante. Aku jaga kesehatan, kok, tante tenang aja. Satu jam lagi pekerjaanku selesai."

Dea mendengar Sonia menghela nafas. Ia tahu kalau tantenya sangat menghawatirkannya, bahkan pertama Dea datang ke Jakarta Sonia menawarkan untuk tinggal di rumahnya. Dea yang enggan untuk menerima kebaikan tantenya, ia lebih memilih rumah kontrakan untuk tinggal bersama Lisa.

"Yasudah, kamu selesaiin dulu itu kerjanya. Tante tunggu di rumah, ya."

"Iya, Tante."

Dea pun mengakhiri obrolannya dengan Sonia. Dea meregangkan tubuhnya, sepertinya ia harus ke toilet untuk menyegarkan mata yang sudah mulai mengantuk.

Setelah lebih segar, Dea berniat untuk kembali bekerja. Tapi, tiba-tiba pintu toilet yang seharusnya tidak terkunci tidak bisa dibuka. Rasa cemas mulai menjalar difikiran Dea, ia coba terus memutar-mutar gagang pintu agar segera terbuka.

"Seseorang, tolong bukain pintu toiletnya. Di dalam masih ada orang! kenapa malah dikunci, sih!"

Dea berusaha berteriak dan meminta tolong. Tapi sepertinya di kantor ini sudah tidak ada orang lagi, tidak mungkin, kan, ia semalaman harus tidur di dalam toilet. Itu nggak lucu sama sekali.

Dea menengadah ke atas, ia melihat jendela yang tidak terlalu besar. Dea sedikit berfikir, kenapa jendela di toilet ini dibuat terlalu tinggi. Kegunaannya untuk apa?

Dea melihat sekeliling toilet dan melihat ada satu kursi yang berada dipojokan. Ia mengambil kursi tersebut dan mencoba memanjat, tapi sayangnya jendela itu terlalu tinggi dan hanya bisa dicapai oleh ujung jarinya.

"Kamu nggak boleh nyerah Dea, ini bukan hal yang susah untuk dihadapi!" gumam Dea menyemangati dirinya sendiri.

****
Drrtt.. Drrttt.. Drrtt...

Suara getaran ponsel mengagetkan Eris yang tengah tertidur lelap di atas meja kantornya. Dengan setengah sadar, ia melirik ponsel itu dan tertera nama Vina di layarnya.

Eris segera mengangkat telfon dari adiknya itu.
"Kenapa, Dek?" tanya Eris parau.

"Kenapa apanya, Mas! Mas pasti tidur di kantor lagi, kan? kapan Mas pulang? udah mau tengah malam ini. Mas nggak ingat sama anak-anak dirumah?" omel Vina membabi buta.

Eris melihat jam ditangannya, ternyata ia tidak sengaja tertidur lagi di kantor. Ini memang kebiasaan Eris, jika ia merasa sangat lelah, tanpa sadar Eris akan tidur dengan sendirinya di ruang kerjanya.

Eris menghela nafas. "Mas ketiduran lagi. Yaudah, mas sekarang pulang. Yang lainnya udah pada tidur?"

"Udah, tadi anak-anak pengen banget makan malam bareng Mas." ucap Vina.

"Mas minta maaf, ya. Besok mas usahakan buat makan malam di rumah bareng anak-anak."

"Yaudah, mas hati-hati pulangnya. Kalo capek itu tidurnya di rumah, bukan di kantor."

Lagi-lagi Vina mengomeli dirinya. Sejak kepergian istrinya, Eris memang lebih sering tidur di kantor daripada di rumah. Masalah anak-anak selalu Vina yang mengurus.

"Iya, kamu cerewet banget, sih, sama kayak bunda."

"Karna aku anaknya." jawab Vina gamblang, "Mas kalo nggak di cerewetin nggak bakalan ngurus diri sendiri. Coba aja mas nikah sama Dea, dia bakalan ngurusin mas sama kayak kak Sinta."

"Semuanya butuh proses, Vin. Dea nggak mudah buat mas deketin, kamu kan tahu sendiri gimana dia, kamu sahabatnya."

"Iyadeh, iya. Sekarang mas pulang aja, aku mau pulang nih ke rumah bunda."

"Iya. Mas pulang."

Eris mematikan sambungan telfonnya, ia pun merapikan berkas-berkas yang sudah selesai diperiksa. Setelah semuanya rapi, Eris pun bergegas untuk pulang ke rumah.

Sampai di depan ruangan para staf, Eris mendengar suara ponsel berdering. Apa masih ada jam segini pegawainya yang bekerja lembur? Eris menghampiri meja dimana ponsel itu terus berdering.

"Bukannya itu ponsel Dea?" gumam Eris.

Eris melihat sekeliling ruangan, tapi ia tidak melihat orang yang tengah dicarinya.

"Apa ponselnya tertinggal di kantor? tapi kenapa tantenya menelfon terus?"

Eris terus bertanya-tanya kenapa ponsel Dea sampai tertinggal di kantor seperti ini. Tanpa berfikir lebih dalam lagi, Eris langsung mengangkat telfon nya.

"Dea, kamu dimana? dari tadi tante telfonin kenapa nggak di angkat? katanya kamu bakalan cepat pulang, ini udah mau tengah malam kenapa masih belum sampai juga?"

Terdengar suara khawatir dari Sonia. Eris langsung mengeluarkan suaranya.

"Maaf, Tante. Ponselnya Dea ketinggalan di kantor." jawab Eris.

"Kamu siapa? dimana keponakan saya? jangan-jangan kamu penjahat, ya?"

Sonia sangat khawatir, mengingat masa lalu Dea dengan pria membuat Sonia menjadi was-was jika ada pria yang tak dikenal mendekati keponakannya, apalagi sudah tengah malam begini dan bukan Dea yang mengangkat telfon nya.

"Tante jangan khawatir, ini saya yang waktu itu mampir ke rumah Dea. Saya Eris, atasannya. Dea nggak ada disini, sepertinya dia udah pulang dan lupa membawa ponselnya." jelas Eris dengan tenang.

"Oh, nak, Eris. Maaf, tante khawatir kalo Dea kenapa-napa. Tante bisa minta tolong, Dea pasti masih di halte bus. Jam segini udah nggak ada lagi bus yang beroperasi. Kalo kamu nggak keberatan bisa antarkan Dea pulang ke rumah?"

"Baik, saya akan cari Dea. Sekalian saya mau mengembalikan ponselnya."

"Makasih banyak, ya , Eris. Tante sangat terbantu."

"Iya, sama-sama tante." Eris pun memutus sambungan telfon nya.

Eris yang hendak beranjak dari ruangan para staf mendengar suara benda terjatuh dari arah toilet. Langsung terbesit dalam benak Eris kalau Dea pasti terkunci di toilet. Petugas kantor yang menjaga kantornya biasanya akan mengunci toilet jika sudah jam sepuluh.

Eris langsung bergegas mengambil kunci toilet yang berada di tempat penyimpanan. Dengan tergesa-gesa ia berlari kembali menuju toilet wanita, saat hendak membuka kunci toilet Dea memanggil namanya dari atas.

"Pak Eris?"

Eris menengadahkan kepalanya ke atas, Eris sangat terkejut melihat Dea sudah berada di jendela toilet.

"Kamu... kamu ngapain?"

****
Up lagi niihh.. Maaf ya kalo partnya pendek-pendek, emang sengaja soalnya. Aku nulis setiap part itu cuma seribu kata atau lebih dikit. Biar nggak pada bosan bacanya.

Selamat membaca 😚😚

23 Februari 2021

Ayah untuk LisaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang