Chapter 11

163 36 80
                                    

Gyehun dan Sungjun tengah berada di taman rumah sakit, keduanya duduk di salah satu kursi taman dan kini sama-sama fokus menatap ke arah depan dengan senyum sama-sama mengembang.

Sudah 5 hari sejak Sungjun dirawat di rumah sakit, dan sejak saat itulah Gyehun tak pernah absen sehari pun untuk menemani sang pujaan hati di rumah sakit, Gyehun bahkan merawat Sungjun dengan baik, orang tua Sungjun merasa bersyukur karena Gyehun ternyata begitu menyayangi Sungjun dengan tulus.

Bahkan Gyehun pernah mengatakan kalau ia akan izin tidak masuk sekolah selama Sungjun sakit, maklum lah seme bucin, tapi Sungjun langsung ngambek, ia tak ingin Gyehun bolos sekolah hanya karena menjaganya, jadilah Gyehun menurut dan memilih menjaga serta merawat Sungjun saat pulang sekolah hingga malam hari.

5 hari mungkin terdengar singkat, tapi Gyehun dan Sungjun tak perduli mau sesingkat atau selama apapun kebersamaan mereka, keduanya sama-sama punya arti bahagia yang sama, yaitu kebahagiaan yang cukup sederhana ketika kamu bersama seseorang yang kamu cintai hingga titik napas terakhir, dan hanya bersama satu orang yang sama hingga akhir.

Rasanya kata bahagia benar-benar begitu sederhana saat kamu bersama dengan seseorang yang kamu cintai.

Orang yang benar-benar tepat untukmu dan orang yang benar-benar ditakdirkan untukmu.

Gyehun dan Sungjun layaknya dua insan yang terikat oleh benang merah dimana takdir memang mengikat keduanya satu sama lain hingga tak kan ada benang lain yang bisa memutus ikatan cinta mereka.

Keduanya menikmati semilir angin dan juga udara menyejukkan yang begitu terasa di pori-pori kulit mereka, bahkan Sungjun merasa kalau momen ini sudah cukup membuatnya merasa bahagia.

Momen kebersamaan nya dan Gyehun adalah momen yang sederhana tapi begitu membahagiakan, Sungjun tak akan menampiknya lagi, Sungjun memang sudah jatuh cinta pada laki-laki yang ia anggap menakutkan saat pertama kalinya bertemu, namun seiringnya waktu berjalan Sungjun akhirnya tau kalau Gyehun tak seburuk yang ia pikirkan.

Sungjun dan Gyehun menoleh berbarengan hingga manik keduanya bersitatap disertai senyum yang begitu tulus satu sama lain.

"Sungjun."

"Hum."

"Aku sayang kamu." Sungjun tersenyum tipis penuh makna, "aku juga." balas nya dengan jujur dan tanpa keraguan.

Gyehun terkekeh, satu tangannya terangkat pelan hingga akhirnya mendarat dengan sempurna di pipi Sungjun, ia mengelus lembut pipi Sungjun dan Sungjun menikmati tiap sentuhan dari yang lebih tua.

"Aku sempat ragu sama perasaanku dan juga sempat ngerasa kalau aku gak cukup pantes dan hebat buat bersama dan menjaga kamu, tapi sekarang aku ngerti, aku ngerti dari semua alasan pertemuan hingga kedekatan kita saat ini bukan karena kebetulan semata, tapi ini memang sudah takdir, termasuk takdir saat aku akhirnya benar-benar jatuh cinta sama kamu."

Sungjun menggenggam tangan Gyehun yang masih bertengger di pipi nya, "kakak gapapa kalau aku pergi kan?"

Gyehun tersenyum kecut, "aku ikut kamu kalo gitu." Sungjun tersenyum sendu, "ah, jangan gitu, aku bakal berjuang buat sembuh, tapi kakak harus setia nunggu aku."

"Aku gak bisa janji, karena janji aja gak cukup, aku lebih suka menunjukkan kesetiaan dengan tindakan."

"Aku malu." Sungjun menurunkan tangan Gyehun lalu dirinya yang memang merona segera membuang muka, Gyehun terlihat gemas, ia berdehem pelan, lalu kembali fokus menatap ke arah depan, "jadi kita udah tau perasaan masing-masing, eum, gimana kalo kita mengikat perasaan satu sama lain?"

Sungjun menoleh, ia bisa melihat garis wajah tegas Gyehun meski dari samping, tapi ada yang lumayan lucu, telinga Gyehun memerah dan bibirnya sedikit bergetar, sepertinya Gyehun gugup.

Sweet Relationship (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang