01. KEMBALINYA AKU TANPA DIA.

828 109 34
                                    

HAI HAI HAIIII......

APA KABAR SEMUANYA? SEMOGA SEHAT DAN BAHAGIA SELALU MENYERTAI KALIAN SEMUA YAA, AAMIIN.

APAKAH KALIAN SUDAH SIAP UNTUK KEMBALI MENYAKSIKAN KISAH INI?

APAKAH KALIAN SUDAH SIAP UNTUK SETIAP KEJUTAN YANG ADA DI KISAH INI?

APAKAH KALIAN SUDAH SIAP DENGAN SETIAP RESIKO CERITA INI?

APAKAH KALIAN AKAN SELALU MENDUKUNG AKU DALAM MENULIS CERITA INI?

SEMOGA KALIAN SELALU SETIA DENGAN CERITA INI YAA.

TERIMAKASIH UNTUK ANTUSIASNYA DI CERITA MUP.

SAYANG KALIAN SEMUA.


SELAMAT MEMBACA🧡

"Aku kembali lagi cantik. Apa aku juga boleh memintamu kembali lagi untukku? Apa itu bisa? Tuhan, aku mau dia. Kisah ini terlalu sakit untuk aku jalani tanpa adanya sosok kuat dan menyenangkan itu."
— Nathan Khalandra.

"Selamat menjalani kisah dan awal baru, aku harap aku akan tetap abadi di cerita manapun."

———————————

Pukul 00:08 WIB.

Suara dentuman musik terdengar cukup keras. Ramai orang yang berjoget ria melepas beban yang ada di dirinya masing-masing. Melupakan sejenak masalah yang hari ini mereka dapatkan.

Di tempat itu, terdapat seorang lelaki terkulai dengan terus meracau tak jelas di mini bar dengan minuman alkohol yang sudah ia habiskan entah untuk gelas yang keberapa. Lelaki itu nampak frustasi, kehilangan arah, merasa sunyi seperti kehilangan jati diri.

"Pulang!" salah satu temannya menarik kasar jaket lelaki yang sedang tertawa, menertawai takdir yang begitu jahat di buat oleh semesta.

"Gue bakalan mati, hahahaha," ucap lelaki itu sembari berjalan sempoyongan tak tentu arah.

"Gue mati."

"Bian." panggil salah satu temannya saat mereka sudah sampai di parkiran "Lagi?"

"Seperti yang lo liat, Fahri." Abian mengusap wajahnya kasar. Sampai kapan ini akan berakhir?

"Nath." panggil Fahri berusaha menyadarkan Nathan yang sudah mabuk berat "Sampai kapan?"

"Gue mau mati," racaunya.

Abian menggeram dengan buku-buku tangannya yang terkepal keras "LO GAK BISA NYIKSA DIRI LO TERUS NATHAN!"

"MAU SAMPAI KAPAN LO HA?! INI UDAH TIGA TAHUN! TIGA TAHUN!"

"TIGA TAHUN DIA UDAH TENANG DISANA. DAN LO HARUS IKHLAS!" teriak Abian menarik baju Nathan.

"Lo pikir pake otak!" tekan Abian menunjuk kepala Nathan.

Nathan menatap Abian kosong, tapi setelahnya ia tertawa. Entah apa yang lucu.

Bukan, itu bukan tawa bahagia. Itu tawa penuh luka, tawa penuh kesakitan. Ia sedang menertawakan takdir dirinya.

"Ikhlas itu bohong, yang ada terpaksa lalu terbiasa," lirih Nathan.

"Lo gak bisa terus-terusan kaya gini. Mabuk-mabukan, larut dalam kesedihan. Lo pikir cuma lo doang yang kehilangan? Kita juga kehilangan Nathan! Kita kehilangan sosok yang kuat, yang hebat."

MENEPI UNTUK PERGI 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang