04. RINDU YANG PILU.

437 64 37
                                    

HALO HALO SEMUANYA....

APA KABAR NIH?

LAMA BANGET KAN GAK UPDATE HUHU

MAAPIN YA KARNA MENGHILANG BEGITU LAMA

SEMOGA GAK BOSEN-BOSEN YA BACA CERITA AKUNYA HEHE

TERIMAKASIH JUGA UNTUK YANG SELALU SETIA NUNGGU CERITA INI UPDATE

SELAMAT MEMBACA🧡

"Lukanya tak kunjung sembuh."

Malam sudah semakin larut tapi kedua mata Nathan tak ingin untuk terlelap tidur. Nathan memandang langit-langit hotel yang ia tempati ini, kedua temannya sudah terlelap tidur terlebih dahulu sejak tadi di kasur masing-masing, karna hotel ini terdapat tiga tempat tidur dalam satu kamarnya.

Nathan mengusap wajahnya dan menyugar rambutnya lalu ia bangkit dan menuju balkon hotel untuk melihat keindahan kota Jogja di malam hari dengan lampu yang berkerlip warna-warni. Mengeluarkan kotak dari dalam saku celana pendeknya, Nathan menatap lama kotak itu dan langsung membuangnya ke kotak sampah. Ingin rasanya Nathan menikmati isi yang ada di kotak itu dan menghembuskan kepulan asap di udara, tapi langsung di tepis oleh Nathan karna pasti Zea tidak akan suka melihatnya memakai barang itu.

Berbicara tentang Zea, Nathan menjadi rindu dengan sosok itu. Ini adalah kota kelahiran nya dan ini adalah kota yang sering Zea kunjungi saat masa liburan. Mengingat itu kedua orang tua Zea juga sekarang sudah jarang berada di Jakarta, mereka lebih sering menghabiskan waktu di Jogja setelah kepergian Zea.

Beberapa kali Nathan berkunjung ke rumah Zea dan rasanya pun tetap sama, Zea seperti masih ada di sekitarnya. Setiap Nathan berkunjung pun Bunda Zea selalu menangis, foto-foto Zea dan kamarnya pun tidak ada yang berubah sama sekali.

"Aku harap kamu tau kalau aku rindu kamu, Ze." Nathan menatap hamparan langit hitam itu berharap Zea dapat melihatnya dari sana dan merindukannya.

"Aku jadi tau alasan kenapa kamu suka banget ke Jogja dan liat langit malamnya dari ketinggian, ternyata indah Ze."

Keheningan dan kesunyian kembali menyelimuti, Nathan masih nyaman untuk berdiri dan terus memandangi lampu-lampu serta langit hitam ini. Tepat pukul 02:34 Nathan kembali masuk dan mulai merebahkan tubuhnya untuk beristirahat, ia harap esok menjadi baik meski sosok itu sudah pergi menuju keabadian.

-o0o-

"Fahri, Nathan, Abian, bangun dong." Aurora terus mengetuk pintu hotel itu berharap ketiga curut di dalamnya bangun "Ini udah pagi woy, ayo dong kita jalan-jalan."

Aurora menyandarkan tubuhnya pada pintu, sudah sepuluh menit lebih ia berdiri di depan pintu kamar hotel ini untuk membangunkan ketiga lelaki itu, Aurora pun sudah siap dan rapih untuk pergi berkeliling Jogja.

Dengan tak kehabisan akal Aurora mengeluarkan ponsel nya dan menelpon Nathan berharap orang itu akan mengangkat nya.

"Yes berdering, bentar lagi pasti di angkat." Aurora tersenyum lebar saat sambungan telpon itu terhubung.

"NATHAN BANGUN DONG," pekik Aurora langsung.

Nathan yang baru tidur beberapa jam langsung terlonjak kaget dan melihat siapa yang menelponnya.

"Lo ngapain nelpon gue jam enam pagi?" tanya Nathan masih dengan mata yang berat untuk bangun.

"Kita ini di Jogja bukan Jakarta, jadi harus memanfaatkan waktu dengan baik. Ayo kita jalan-jalan," ucap Aurora antusias.

"Rora, ini masih terlalu pagi," gumam Nathan berharap Aurora mengerti.

"Gue udah siap padahal."

"Gak ada orang jalan-jalan jam enam pagi. Semuanya masih tutup jam segini."

MENEPI UNTUK PERGI 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang