4

5.7K 595 44
                                    


🥀__🥀

Seminggu berlalu sejak fakta mengejutkan itu terkuak. Aca masih belum bisa memproses semuanya, mulai dari dirinya yang tengah mengandung, kemudian sang kekasih yang ternyata sudah menikah dengan wanita hamil juga. Aca merasa tertipu, apalagi jelas diingatannya bahwa perut wanita itu lebih besar daripada Aca yang bahkan masih belum terlihat. Aca terkekeh pelan, menikmati fikirannya yang kalut dengan melihat taman belakang dari balkon kamarnya, hari ini matahari seakan enggan menunjukkan dirinya, hujan sedari pagi membasahi seluruh kota Jakarta. Seolah ikut merasakan kesedihan yang tengah Aca alami.

"Kakak" Setelah mengetuk pintu, Jingga memasuki kamar Aca.

"Didepan ada tante Thira sama om Tyo. Katanya mau ketemu kakak, aku disuruh bunda panggilin" Aca menatap Jingga ragu. Untuk apa keluarga Marvin mengunjunginya?? Untuk mempertegas bahwa Marvin tidak dapat bertanggung jawab?? Bukan kah itu sedikit jahat??

Beda yang difikirkan, beda pula yang dilakukan. Aca mengulurkan tangannya, meminta Jingga meraih dan menggenggam tangannya selama perjalanan menuju ruang tamu. Tidak ditolak oleh Jingga, karena ia tahu bahwa kakaknya butuh tenaga extra untuk menghadapi keluarga Marvin. Keduanya berjalan beriringan, ketika diruang tamu, Thira meminta Aca untuk duduk diantaranya dan Tyo yang ditolak dengan gelengan pelan oleh Aca.

"Apa kabar nak?? Kamu sehat? Makan kamu udah bisa?" Aca jelas tahu ada kekhawatiran terselip disana, ia dan Thira lumayan dekat.

"Aku sehat mi— ah tante, kemarin juga dikasi suplemen makan sama dokter jadi sedikit terbantu" Thira terdenyum kecut, hatinya sakit ketika mendengar Aca memanggilnya tante.

"Aca..." Tyo seperti ragu akan berbicara, takut-takut apa yang akan ia tawarkan ditolak oleh keluarga didepannya. Aca tidak menjawab, ia hanya menaruh seluruh atensinya pada Tyo.

"Kita faham betul ini kesalahan Marvin, papi sama mami minta maaf nak. Kamu tau kan Ca kalau papi sama mami udah nganggep kamu kayak anak sendiri? Maksud dari kedatangan papi dan mami kesini, kita mau menawarkan pertanggungjawaban untuk Aca. Kalau Aca bersedia, Jevin akan nikahin Aca, jadi anak yang Aca kandung gak bakal lahir tanpa ayah"

"TYO!! Maksud kamu apa!!" Bunda yang sudah dari kemarin menahan emosi, kini dapat ia keluarkan lagi.

"Maaf Di, tapi yang Tyo bilang itu bener. Cuma ini opsi terbaik yang kami fikirkan. Di, aku faham kamu dan Jay, kalian gak akan nerima uang sepeserpun dari Marvin. Bisa jadi pun kalian memutus hubungan sama kami. Di, aku gak mau kehilangan salah satu cucu ku, jadi tolong biarin Jevin tanggung jawab" Thira hampir menangis mengatakan itu, ia sayang Aca tapi ia juga tidak bisa menyatukan Aca dengan Marvin.

"Gak gini caranya Thi, jangan karena kesalahan satu anak kamu, yang satunya lagi malah nanggung kesalahannya dengan mengorbankan masa depannya. Jevin masih muda, dia pasti punya pilihannya sendiri"

"Om, tante, maaf saya menyela. Tapi perkara tanggung jawab ini adalah ide saya sendiri. Saya yang menawarkan diri, awalnya papi dan mami pun menolak, tapi saya yang memaksa, apabila Aca mau maka pernikahan bisa kita atur secepatnya dan saya akan membawa Aca ditempat saya bertugas. Mungkin akan menjauhkan Aca dari om dan tante, tapi opsi itu juga dapat menjauhkan Aca dari bajingan itu. Mungkin itu akan bagus untuk Aca dan kandungannya" Baik Jay, Diana, Jingga maupun Aca sama-sama terkejut dengan pernyataan Jevin. Lelaki itu bicara seperti tidak ada beban.

"Kalau begitu, semuanya kembali lagi ke Aca. Kalau Aca bersedia, saya dan Diana juga setuju" Jay mengiyakan karena ia tahu watak anak bungsu Tyo yang tengah menatap Aca tulus ini. Lelaki yang pulang kerumah bisa dihitung jari karena lebih senang berada dirantauan.

Aca menggigit bibirnya, jujur saja ini adalah tawaran yang menarik. Ia dan anaknya bisa di jauhkan dari Marvin.

"Gimana Ca?" Thira kembali bertanya,

"Kalau memang Aca gak ma—"

"Aca mau mami!" Aca menjawab tegas memotong ucapan Thira, bahkan ia sudah kembali memanggil Thira dengan sebutan mami.




Dalam diamnya, Jevin tersenyum. Senyumnya sangat tulus, siapa pun yang melihat itu bisa merasakan ketulusan itu termasuk Diana, Jayden dan Jingga yang tatapannya tidak pernah lepas dari lelaki itu.





🥀__🥀






Shshshshshshhs aku update pagi soalnya tadi malem lupaa, maaaaaaf

Pregnant Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang