Ruang TV yang biasanya diisi oleh teriakan Jingga dan tawa ayah kini terasa sunyi, suara detikan jarum jam seolah mendukung suasana itu menjadi semakin menakutkan. Aca, Jingga dan ayah sama-sama menundukkan kepala, menghindari tatapan tajam bunda yang hanya tertuju pada Aca. Mereka semua terdiam, tidak ada yang mau membuka kata bahkan sekedar basa-basi. Sesekali terdengar helaan nafas bunda. Kecewanya bunda sudah tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata.
"Trus sekarang kamu mau gimana?" Pertanyaan bunda di balas gelengan refleks oleh Aca, ia sendiri pun tidak tau harus bagaimana.
"Bunda salah apa Ca? Bunda salah didik kamu? Kamu sama Jingga diajari kok sex education sama ayah, bunda. Kami mengajari kalian hal yang dianggap tabu oleh masyarakat sekitar karna kita gak mau kalian buta arah. Ca, kalo udah kayak gini kamu mau gimana?"
"Bunda, maaf" Hanya dua kata itu yang sanggup Aca keluarkan. Lidahnya kelu, perasaannya tidak jelas ditambah pusing dan mualnya yang tidak berkurang.
"Kamu gak perlu minta maaf Aca. Kata maaf tuh gak bakalan ada kalo kamu gak ngelakuin kesalahan. Kamu baru lulus kuliah Ca, jalan kamu masih panjang. Yang bunda tanya, kamu sekarang maunya gimana??!" Bunda mulai menikkan intonasi suaranya, Ayah yang sedari tadi menunduk kini mengusap bahunya, memintanya untuk lebih tenang. Karena ketakutan Aca pasti lebih besar dari apa yang mereka rasakan.
Aca sebelumnya merasa aman karena ia yakin ada Marvin yang akan bertanggung jawab dan selalu ada disisinya. Membantunya menghadapi keluarganya, tapi keyakinan akan rasa aman itu lenyap, tergantikan dengan kekhawatiran berlebih dan rasa kecewa. Beberapa jam yang lalu, Aca mendapati dirinya terbangun dirumah sakit, orang tuanya ada disampingnya tapi mereka hanya diam, bahkan ketika infusnya habis pun orang tuanya masih diam. Kemudian tanpa sepengetahuannya ia dibawa menuju rumah sang kekasih. Berharap mendapat jaminan pertanggungjawaban namun yang terjadi adalah sebaliknya. Mereka melihat dengan mata kepala mereka sendiri bahwa Marvin tengah bersenda gurau, bermesraan dengan wanita yang juga tengah hamil. Aca tidak tahu siapa wanita itu. Emosi Jayden memuncak, ia yang semula berusaha bersikap tenang tiba-tiba menyerang Marvin, memukuli lelaki itu hingga akhirnya Tyo datang melerai, lelaki yang seumuran dengan Jayden itu faham kenapa Jayden bisa semarah itu. Tidak ada tanggung jawab, yang mereka dapati hanya permintaan maaf, dan janji bahwa Marvin akan ikut menafkahi anak itu kelak ketika lahir.
"Kamu telat Ca, kalau aja kamu ngasi tau bunda dan ayah dari awal kalau kamu itu hamil anak Marvin, kita bisa langsung kesana dan mungkin kamu yang bakal dinikahin sama Marvin" Jingga menggeleng mendengar bundanya. Tidak habis fikir seolah bundanya akan terima-terima saja jika nantinya ada wanita yang datang juga meminta hal yang sama pada Marvin. Ternyata dua minggu lalu, seorang wanita datang dikediaman Marvin dan meminta pertanggungjawaban lelaki itu, awalnya Tyo dan Thira menolak karena mereka tahu bahwa Marvin telah memiliki kekasih, namun Marvin sendiri yang bilang bahwa wanita itu juga kekasihnya. Mereka tidak bisa melakukan apa-apa lagi setelah itu.
"Kakak" Setelah dirasa bunda cukup tenang, Jayden mendekati putrinya.
"Kakak gak usah takut. Mungkin bajingan itu gak akan tanggung jawab, kita pun gak perlu uang mereka. Kakak punya ayah, bunda dan Jingga. Masalah omongan orang, biar kita hadapi sama-sama. Ayah janji kakak pasti aman. Percaya sama ayah, kita hadapi ini sama-sama" Aca langsung memeluk ayahnya, tak lama pelukan itu terasa lebih berat karena bunda dan Jingga bergabung didalamnya.
"Kakak juga punya aku. Ku pastiin aku bakal jadi om yang hebat buat baby"
"Maaf nak, bunda cuma focus ke masa depan kamu tapi bunda gak mikirin gimana perasaan kamu sekarang. Kamu punya bunda, bunda akan lakuin yang terbaik untuk putri bunda satu-satunya. Bener kata ayah, kita hadapin ini sama-sama ya" Tidak hanya Aca yang menangis, tapi bunda juga.
Lagi-lagi Aca merasa bersalah karena sudah menyakiti hati ketiga orang yang sedang memeluknya dengan penuh kasih sayang ini.
🥀__🥀
Unlocked Character
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Prasetyo, papi dua anak. Produser, song writter.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.