🥀__🥀
"Kapan sampe nya ibu?" Aca mengernyit sebentar, kemudian tersenyum ramah kepada wanita yang tiba-tiba menghampirinya ketika sedang memasukkan bibit bunga matahari kedalam pot yang sudah ia isi tanah sebelumnya.
"Baru kemarin, Saya Aca bu istrinya Jevin" Aca segera membersihkan tangannya untuk berjabat tangan, untungnya disambut dengan ramah padahal tangan Aca kotor.
"Naura. Iya tau, suami kamu sama suami aku temenan soalnya, tapi bukan temen dari Jakarta, maksudnya udah ketemu dari sini memang. Kemarin pak Jevin izin seminggu apa dua minggu gitu, katanya mau jemput istrinya" Aca mengangguk.
"Mau masuk??"
"Gak usah, disini aja udah. Kamu juga lagi bercocok tanam, aku temenin ngobrol boleh??"
"Boleh, duduk bu Naura" Aca kembali duduk di lantai teras untuk melanjutkan tanamannya sambil berbincang dengan Naura.
"Gak usah panggil Ibu, jabatan suami kamu lebih tinggi dari suami aku padahal. Kayaknya usia kita gak beda jauh deh panggil nama aja" Aca mengangguk.
"Aku seneng deh pak Jevin ajak kamu kesini, aku udah 4 bulan sendirian disini, gaada temen. Sepi deh pokoknya, mana daerah sini sepi juga kan" Aca terkekeh.
"Perasaan disini mess nya banyak deh, emang gak ditinggalin??"
"Ditinggalin kok. Rame juga, tapi hampir rata udah punya anak gitu, jadi sibuk sama anak masing-masing. Jarang juga mau interaksi, aduh aku gabisa" Aca terkekeh, pandangannya ia buang ke sekitar, sepertinya hampir semuanya laki-laki yang bekerja disini.
"Kamu lagi hamil Nau?" Naura mengangguk antusias.
"Baru jalan tiga bulan tapi udah gede kan"
"Aku kira udah limaan gitu, aku juga lagi hamil Nau, nanti bisa dong kita belanja bareng" Aca terkekeh, padahal ia baru mengenal wanita didepannya ini tapi ia sudah berlagak seperti mereka teman lama.
"Ihhh boleh, bukan belanja itu doang sih. Kalo kamu mau bareng belanja sayur bareng aku juga boleh" Syukurnya, Naura menanggapi dengan baik. Sepertinya wanita itu benar-benar desperate karena tidak punya teman.
"Beli sayurnya dimana?? Ada pasar disini?"
"Ada, tapi orang-orang lebih milih belanja di pasar Anjungan Ca. Tau kan kamu pasar Anjungan?? 30 menitan deh dari sini, ATM, alfa/indomart juga cuma adanya disana. Tapi tukang sayur yang aku maksud tuh deket kok, paling 5 menit kalo pake motor" Aca mengangguk.
"Rumah kamu yang mana Nau?" Naura menunjuk rumah tepat disamping rumah yang Jevin dan Aca diami.
"Lohh, ku kira itu rumah anak bujang. Suami mu masih muda banget" Naura mengangguk semangat.
"Suami mu sama suami ku sama-sama kayak masih lajang tau, untung yang kerja disini tuh laki semua, jadi aman dari gangguan" Aca sekali lagi tertawa. Naura membawa vibes ceria disekitarnya. Tidak ada alasan Aca untuk tidak berteman dengan wanita ini.
🥀__🥀
Sesuai janjinya kemarin, Hari ini sepulang bekerja Jevin membawa Aca menemui bidan. Tidak bisa USG karena bidannya tidak mempunyai alat lengkap, mereka bisa USG hanya di ibu kota kabupaten, kata Jevin jaraknya sekitar 2 jam dari tempat mereka tinggal.
Mereka berangkat sekitar pukul lima sore tadi, dan kini sudah pukul tujum malam. Lampu-lampu jalan sudah menyala, pedagang-pedagang kaki lima pun sudah memarkirkan gerobaknya masing-masing ke lahan tempat biasa mereka berjualan.
"Jev, kok disini rame sih. Kok ditempat kita sepi banget??" Jevin membuka kaca helmetnya, agar Aca dapat mendengar suaranya.
"Ini namanya pasar Anjungan Ca. Emang disini pusat ramenya, pusat belanjanya juga"
"Ohh, ini nama yang namanya pasar Anjungan"
"Emang tau Anjungan dari siapa?"
"Naura"
"Kenal Naura??"
"Iyaa, tadi dia nyamperin aku gitu. Ehh Jev Jev, mampir dong, aku penasaran sama apam pinang!!" Jevin terkekeh, lalu menepikan motor yang ia kendarai, membiarkan Aca memesan sendiri sedang ia masih menunggu diatas motor. Sebenarnya tadi Jevin mau pake mobil aja, tapi Aca request mau pake motor, ngidam katanya. Katanya sih ya, gatau deh aslinya iya apa engga. Gak sampe dua puluh menit, Aca udah balik, ada dua kantong apam ditangannya.
"Kenapa cemberut?"
"Ini mah martabak manis Jevvvv, kok apam sih disini?" Jevin terkekeh.
"Suka-suka yang jual deh, kamu mau apa lagi?? Abis dari sini gak ada jajanan lagi lho" Aca mengedarkan pandangannya. Mencari sesuatu yang enak untuk dimakan.
"Jevv, sate boleh?" Aca memajukan tubuhnya mendekat ke Jevin, posisinya seperti memeluk, cuma tangan Aca gak melingkar di perut Jevin, tangannya masih stay diatas pahanya sendiri.
"Boleh sayang" Otak Aca seperti berhenti bekerja. Sayang, Jevin memanggilnya sayang. Senyum Aca melebar, kini tidak ragu ia melingkarkan tangannya, memeluk Jevin.
"Yaudah, kalo gitu kita beli sate ajaa"
Mendapat serangan balasan, balik Jevin yang tak mampu berkata-kata.
🥀__🥀
Aku tuh sebenernya gak mau bikin konflik antara Jevin dan Aca. Soalnya kayak, biarin aja mereka sama manisnya hidup wkwkwk.
Fyi, kisah Aca tuh beneran ada dilingkungan ku. Yang hamil diluar nikah tapi pas minta pertanggungjawaban ternyata cowonya baru aja nikah sama cewek yang dia hamilin juga. Sama yang terpaksa nikahin cewek hamil tapi rumah tangganya sweet (dua kasus dan beda orang ya).

KAMU SEDANG MEMBACA
Pregnant
Fiksi PenggemarTentang Jevin yang harus bertanggung jawab atas perbuatan sang kakak Genderswitch Nohyuck