28 | wadidaw

214 37 1
                                    

Sorry for typo(s)
.
.
.

Ucapan-ucapan makian menggema didalam kamar kost Sella. Ia tengah memaki dirinya sendiri.

Udah tahu besoknya ada kelas pagi, masih aja nekat bergadang nonton drakor on going. Alhasil, dia bangun kesiangan.

Udah gitu, dosennya tergolong killer. Mana ada tugas bikin makalah lagi, mampus.

Untungnya, makalahnya udah di tempat print, tinggal ambil doang.

Tiga puluh menit yang sangat berharga buat Sella akan dimanfaatkannya dengan sebaik-baiknya.

Tapi dewa keberuntungan gak sebaik itu sama dia. Baru mau parkir motor, Sella lihat motor yang gak asing buat dia.

Sial, itu motornya Rino.

Run bestie, ruunnn!

Tidak tahu apa yang ada dipikirannya, yang jelas, tanpa pikir panjang Sella langsung menuju kost Ryan.

Saking buru-burunya, dia sampai gak sempat cabut kunci motor. Langsung lari buat dobrak pintu kost Ryan.

"JIHUN!!!"

Brakk... Brak.. Brak...

"Jii. Bantuin gue! Buka pintunya!"

Wah, tukang kuli mana lagi itu. Pagi-pagi udah mukul-mukul aja. Tapi kok mukulnya kaya deket banget ya? Begitulah kira-kira isi kepala setengah sadar Ryan.

Brak.. brak.. brak..

"JIII!!"

Sekarang Ryan ingat, bahwa dia punya sahabat yang tenaganya melebihi tenaga tukang kuli. Dan apa yang paling dirugikan? PINTU KAMAR KOST RYAN YANG JADI SASARAN.

"Apaa??!!" Ucap Ryan ngegas sambil buka pintu.

"Bantuin gue, ini masalah hidup dan mati." ucap Sella sambil ngos-ngosan.

"Tenang dulu. Tarik nafas, pelan-pelan. Mau minum dulu?"

"Gak usah, gak sempat. Tiga puluh menit lagi-" Sella melihat jam tangannya. "Crap, sekarang jadi tinggal dua puluh menit. Whatever, dua puluh menit lagi gue ada kelas. Ambilin print-out gue di tempatnya Bang Doni, please. Ambil doang, udah gue bayar semalem."

"Lo habis darimana emang?"

"... dari tempatnya Bang Doni."

"What the heck?! Lo lari-lari ngos-ngosan kaya orang kesetanan nyuruh gue ke tempatnya Bang Doni sedangkan lo sendiri habis dari sana?"

Sella dengan polosnya mengangguk.

"Kenapa enggak lo ambil pas disana, Markonah?"

"Gak bisa."

"Kenapa?"

"Ada Rinso!"

Ryan gak habis fikir. Satu fakta yang harus Sella ingat sepanjang hidupnya.

Sella berhutang banyak sama Ryan.

"Yaudah, lo bawa motor kan? Gue anterin ke kampus sekalian. Motor lo biar disini dulu, nanti balik bareng gue."

"Yaudah cepet, ayo. Lo gak tahu se-killer apa Bu Clara."

"Ya bentar anjir, gue mau cuci muka sama ambil jaket dulu."

"Gak usah elah, udah cakep."

"Gak jadi nih?" ancam Ryan.

"Iya, cepetan jangan lama-lama. Lima belas menit gue yang berharga. Buruan!"

LET'S MAKE MAGIC Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang