30 | mending jadian aja gak sih?

281 42 2
                                    

Sorry for typo(s)
.
.
.

Apakah setelah kejadian tempo hari, hubungan Sella-Jeje membaik? Enggak.

Mereka udah benar-benar kaya stranger yang kebetulan mutual. Udah, cuma sebatas itu. Yang dulunya tiada hari tanpa saling reply story, sekarang cuma jadi penonton story.

Memang ya, kepergian itu baru benar-benar terasa ketika orangnya udah benar-benar pergi.

Jeviar ngerasain apa artinya penyesalan yang sesungguhnya. Mau memperbaiki hubungan saja, rasanya sudah terlambat. Sella sudah terlalu jauh untuk digapai. Mungkin Sella sekarang membencinya. Jeviar tidak bisa menyalahkan Sella, ini keputusannya sejak awal.

Semua keputusan ada resikonya. Dan keadaannya yang sekarang adalah harga mutlak yang harus dibayar Jeviar atas apa yang ia putuskan.

Satu-satunya yang bisa dia lakukan cuma membagi semuanya dengan orang lain. Setidaknya itu sedikit melegakan, sedikit. Dan orang yang terpilih itu adalah Hilmi, Jeviar menceritakan semuanya ke Hilmi. Asal mulanya, sampai alasannya dia begini.

"Lo tahu gak, Je?" kata Hilmi tiba-tiba.

"Apa?"

"Gue tahu banget gimana rasanya."

Jeviar terlihat kaget namun juga antusias mendengarkan.

"Ini rahasia gue. Cuma Yara yang tahu."

Ryan mendengarkan secara seksama.

"Waktu SMA gue suka sama Sella. Awalnya cuma coba-coba suka aja karena Sella cantik. Tapi lama-lama, gue gak bisa ngelihat ke cewek lain. Lihat dia uwu-uwuan sama Ryan, udah jadi makanan gue sehari-hari. Magnet dia sekuat itu."

"...."

"Seakan itupun gak cukup buat Tuhan mengejek gue, gak lama setelah itu, Sella pacaran sama sepupu pacarnya Yara, namanya Eric. Gue berusaha banget buat terlihat baik-baik aja. Gue emang berhasil, cuma rasanya itu loh. Gue punya kesempatan setelah Sella putus dari Eric, tapi dianya lagi gak mau pacaran sampai kelulusan. Bagian yang paling bangsat, gue tetap gak bisa mengalihkan atensi gue dari dia. Mata gue maunya ngelihat dia doang."

"Gue gak nyangka, ternyata kisah lo lebih menyedihkan daripada gue." Jeviar turut prihatin.

"Gak sampai sana aja. Awal kuliah gue juga masih ada rasa sama dia. Dan ngelihat dia ngejar-ngejar lo, rasanya gue ingin punah seperti t-rex."

"So sorry."

Jeviar cukup terkejut mendengarnya. Enggak pernah terlintas dipikirannya kalau ternyata, teman dekatnya turut jadi orang yang tersakiti.

"Gak papa. Lagian, sekarang gue juga udah move on."

"Terus, lo bisa sama Karin tuh gimana ceritanya? Secara dari awal yang lo suka itu Sella."

"Karina itu temen SMP gue. Terus kita pisah SMA, dia di Jakarta, gue di Bogor. Nah pas kelas dua belas kan gue pindah sekolah ke Jakarta, terus mak bapak gue mau nikah lagi. Di nikahan itu, ada sesi dansa gitu, yaudah gue ajak Karina jadi partner dansa gue. Awalnya emang biasa aja, nothing special. Tapi pas tahu ternyata kita sekampus, gue jadi sering ajakin dia main. Dah yah, gitu deh."

"Bener kali ya, kalau cinta datang karena terbiasa."

Hilmi sangat membenarkan.

"Bener. Semakin sering kalian bareng-bareng, semakin besar kemungkinannya.

Jeviar tersenyum kecut.

"Jadi mungkin banget dong kalau Sella sama Ryan sebenarnya saling punya perasaan? Gue gak salah kan bilang kaya gitu ke Sella?"

LET'S MAKE MAGIC Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang