BG || 31

348 41 10
                                    

Happy Reading!!!

"Ahh sorry, gue gak tau-- gue gak maksud." ucap Vina merasa bersalah atas pertanyaan nya yang mungkin menyinggung perasaan seseorang dihadapan nya.

"Gpp kali Vin, gue juga salah karna gak ngasih tau lo sejak dulu."

"Hmm, gpp. Lagi pula, dulu kita gak terlalu deket dan kita juga jarang komunikasi." jawab Vina dan Levin mengangguki nya.

Denia, istri dari Levin meninggal saat melahirkan anak pertama mereka. Dan Levin harus extra kuat serta sabar karna menjadi figur ayah sekaligus ibu untuk putri nya.

Selama dua belas tahun, Levin menjadi duda, tak berniat mencari perempuan lain untuk dijadikan ibu bagi putrinya.

Dia akan berjuang sendiri selagi dia mampu meski nyatanya dia kesepian tanpa seseorang yang menemani nya.

Kini, mereka ada di sebuah cafe. Jika di ingat-ingat, cafe ini adalah tempat dimana Vina kehilangan bayinya, dulu.

Mengingat nya. Hanya saja mereka tidak menyinggung kejadian itu. Biarlah menjadi buku lama untuk pelajaran kedepannya.

"Vin? Berita yang kesebar itu bener? Si Al selingkuh?" tanya Levin kemudian meminum cappucino nya.

"Hmm, dia selingkuh sama cinta pertama nya. Gue tau tapi gue diem karna dia gak pernah gubris gue."

"Dia gantungin ucapan gue. Padahal waktu itu gue bilang, pulangin gue ke orang tua gue tapi gak ads respon sama sekali."

"Gak nyangka gue, tu cowo maruk juga. Tapi bagus deh keputusan lo udh bener milih pisah sama bajingan kayak dia." cetus Levin dengan perasaan kesal nya.

Vina tertawa membuat Levin mengernyit heran, "Kenapa?" tanya nya dan Vina masih saja tertawa.

Vina berdeham pelan sambil menahan tawanya, ntah apa yang dia tertawakan dari ucapan Levin tadi, tapi rasanya itu lucu sekali.

"Ngomongin bajingan, gak berasa ngomongin diri sendiri?" sindir Vina membuat Levin mendengus sebal.

"Dahlah, semerdeka lo aja." Vina kembali tertawa dengan lepas setelah sekian lama dia tidak tertawa seperti itu.

Seneng rasanya, liat lo ketawa gini lagi.

"Ehh Vin, udh lama banget-- kita gak ke makam mama papa." Vina melirihkan ucapan di ujung kalimat nya.

Bagi Vina, meski mereka bukan orang tua kandung nya,  tetap Vina menganggap mereka orang tua karna telah memberi kehidupan untuk dirinya dan Levin.

"Mau kesana?" tawarin Levin dan Vina mengangguk sambil tersenyum.

Meraka beranjak dari duduk nya, Levin membayar pesanan nya kemudian mereka keluar dari cafe dan masuk ke dalam mobil yang sama, mobil nya Levin.

"Nanti abis dari makam, langsung pulang?" tanya Levin fokus menyetir dan sesekali menoleh ke arah Vina.

"Iya, langsung pulang aja. Gue mau siapin makan siang buat anak-anak." jawab nya yang diangguki oleh Levin.

Tak lama kemudian, mereka tiba di TPU. Berjalan masuk dan menghampiri dua gundukan tanah yang berdampingan.

"Mama papa... maaf, Vina baru kesini lagi." ucap Vina dalam hatinya seraya membersihkan makam dari rumput liar dan juga sampah daun-daun kering.

"Ma, pa, makasih udh merawat Vina meski mama sama papa gak menyaksikan langsung pertumbuhan kita dan juga meski kita bukan anak kandung mama sama papa."

Vina terus berucap dalam hatinya, menitikan air matanya sambil mengusap nisan mama nya. Dia menatap Levin yang juga menangis sambil mengusap batu nisan papa nya.

Broken GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang