07 [ lolipop ]

5.8K 344 8
                                    

Sifat kekanak-kanakan dari diri Aisyah tidak akan pernah hilang. Kalau Aisyah senang, pasti akan berlari dan loncat kesenangan sambil memegang 10 lolipop yang diberikan oleh Caca hari ini.

Setelah sampai rumah, Aisyah dengan lantang memanggil bundanya sambil menuju halaman belakang. Karena Aisyah yakin bunda ada di sana.

"Bunda! Bunda! Aisyah dapat 10 lolipop dari Caca!"

Tapi saat sampai di halaman, Aisyah membulatkan mata saat melihat Imam sedang memotret tanaman bunda dengan kameranya.

Tapi saat sampai di halaman, Aisyah membulatkan mata saat melihat Imam sedang memotret tanaman bunda dengan kameranya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Imam terkekeh mendengar aduan Aisyah barusan. Kemudian berkata, "Bunda lagi keluar sebentar, Aisyah."

Aisyah menahan malu karena sudah bersikap seperti anak kecil. Apa lagi saat Imam menyembunyikan tawanya.

"Permen lollipopnya jangan dimakan semua, ya. Itu terlalu manis, gigi anak kecil sensitif, masih masa pertumbuhan," ucap Imam membuat Aisyah semakin malu.

Lalu Aisyah membalikkan tubuhnya dan berlari menuju kamar.

"Aisyah jangan lari-larian, nanti jatuh!"

BRUK

Baru saja Imam menyelesaikan kalimatnya, Aisyah sudah terduduk di lantai dengan lolipop yang menyebar entah kemana.

Saat Aisyah sedang mengaduh kesakitan, Imam tidak tahu harus berbuat apa. Antara ingin menolong dan tidak. Sampai akhirnya Aisyah menatap Imam dengan kesal.

"Tolongin dong! Aku jatoh kok cuma diliatin aja, sih?"

"Tapi, Aisyah—"

"Bantuin, sakit!"

Sebelum membantu Aisyah untuk bangkit, Imam tak lupa membaca basmalah. Lalu ia menuntun Aisyah untuk duduk di sofa ruang tengah dan memberikan gadis itu minum.

"Lain kali lebih peka lagi dong. Katanya mau jadi suami aku, bakal ngejaga aku, tapi nggak siaga. Bukannya nolongin malah bengong," oceh Aisyah saat Imam membantu meluruskan kakinya.

"Iya, saya minta maaf."

"Kamu ngapain di sini, sih?"

"Nunggu kamu. Bukannya kemarin kamu yang nyuruh saya untuk pulang cepat? Saya pikir ada yang mau kamu bicarakan. Maka dari itu saya kesini."

"Nggak ada, pulang sana," ucap Aisyah tanpa menatap Imam.

Imam mengangkat alisnya kaget. Tapi ia kembali menetralisir ekspresinya saat Aisyah kembali menoleh.

"Pulang.."

"Saya?"

"Iya kamu. Masa aku?"

"Tapi saya—"

"Pulang nggak?!"

Imam mengangguk, "Iya saya akan pulang. Tapi kalau kakimu masih sakit, bilang sama bunda, ya. Biar bunda bilang sama saya dan saya bawa kamu ke tukang urut. Kalau butuh sesuatu, katakan saja. Saya akan datang bantu kamu."

[✓] IMAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang