08 [ pagi bahagia, sore nelangsa ]

6.1K 327 0
                                    

Kupinang kau dgn lafadz dari ilah diawali dengan bismillah disela dengan kata sah dan ditutup dengan alhamdulillah maka kisah cinta kita akan lillah.❞
.
.
.


Ini adalah hari yang ditunggu-tunggu setelah beberapa bulan belakangan mereka mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan.

Hari di mana pernikahan Aisyah dan Imam diselenggarakan di kediaman mempelai wanita dan dilakukan secara sederhana.

Mengapa Aisyah tidak memilih gedung sebagai tempat pernikahannya dan melangsungkan pernikahan besar-besaran? Jawabannya karena Aisyah masih memikirkan kondisi ayah yang memaksa untuk tetap hadir dan menjadi wali di pernikahan Aisyah ini.

Kalau pernikahan di langsungkan di rumah, ayah bisa beristirahat jika lelah. Tapi kalau pernikahan dilangsungkan di gedung, tidak ada kamar untuk ayah beristirahat.

Kini jantung Aisyah berdebar tak karuan sambil menunggu di suatu ruangan, sampai ijab kabul dilatunkan oleh calon suaminya, Imam.

Aisyah diam mematung dengan tatapan kosong. Rasanya masih tidak menyangka hari ini dia akan menyandang status baru sebagai seorang istri.

Aisyah terdiam sambil terus mendengarkan MC memulai acara pernikahan pada hari ini.

Lalu selang beberapa menit kemudian, Aisyah mulai mengeluarkan setetes air mata. Tapi saat bunda dan umi Hanifah menyadari Aisyah hendak menangis, mereka langsung menenangkan Aisyah.

"Saya nikahkan dan saya kawinkan engkau Ananda Imam Fairuz bin Yuda Santoso dengan anak saya yang bernama Hana Aisyah dengan maskawin berupa seperangkat alat shalat dan emas 3.5 gram dibayar tunai.”

"Saya terima nikahnya dan kawinnya Hana Aisyah binti Ilham Adelard dengan maskawinnya tersebut, tunai," ucap Imam dengan lantang sekali tarikan napas.

"Bagaimana para saksi? Sah?"

"SAH!"

"Alhamdulillah.."

Aisyah memejamkan mata sejenak, kemudian berucap hamdalah. Walaupun Aisyah tidak terlalu menerima pernikahan ini, tapi Imam sudah berjanji dan berucap di hadapan Allah, bahwa Imam akan menaungi Aisyah sampai ke Jannah.

"Aisyah.."

Sang empunya nama menoleh dan menatap bunda dengan senyuman. Kemudian mereka berpelukan secara singkat.

"Bunda berbahagia atas pernikahanmu dengan Imam. Bunda bahagia dan bersyukur masih diberi kesempatan oleh Allah untuk menyaksikan pernikahan putri semata wayang bunda yang selama ini bunda jaga."

Aisyah melepaskan pelukannya dan tersenyum ke arah bunda.

"Ingat selalu pesan bunda, ya, Aisyah. Kamu sekarang sudah menjadi istrinya Imam. Jangan nakal dan kabur-kaburan lagi. Hormati dan hargai Imam sebagai suamimu. Jangan sekali-kali melontarkan kata kasar padanya, atau kamu akan durhaka. Karena surgamu sekarang ada bersamanya. Dia yang akan menjadi pemimpinmu sampai ke Jannah nya Allah nanti."

Aisyah mengangguk. "Aisyah akan berusaha menjadi yang terbaik. Bunda doain Aisyah selalu, ya."

"Pasti, Aisyah.."

Lalu Aisyah menoleh ke arah Umi Hanifah yang saat ini statusnya adalah ibu mertua.

"Umi, terima kasih sudah melahirkan Imam ke dunia ini. Bersama Imam, Aisyah akan melengkapi ibadah. Mohon doanya, ya, Umi. Semoga Aisyah bisa jadi istri dan menantu yang baik untuk kalian."

Umi mengusap kepala Aisyah, "Umi selalu mendoakan yang terbaik untuk kalian."

Lalu Aisyah dipersilahkan untuk keluar dari ruangan.

[✓] IMAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang