08

488 83 2
                                    

The Trip
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

"Tidak boleh [Name]."

Ekspresi wajah gadis itu langsung berubah murung.

"Ayolah Ilpyo, aku ingin ikut. Kau tega sekali meninggalkanku di sini. Kau tidak sayang padaku lagi ya?"

Ilpyo menghela nafas panjang. Bukannya ia tidak ingin memenuhi keinginan gadis itu, hanya saja [Name] belum benar-benar sembuh.

Baru dua hari berlalu sejak kejadian yang hampir meratakan Seoul. Hari itu si enam Ungnyeo Kim memberi tahu Ilpyo bahwa ia harus mencari pecahan kuncinya. Kemungkinan pecahan tersebut tersebar di banyak wilayah, bahkan mungkin di seluruh dunia.

[Name] yang baru saja sadar bersikeras ingin ikut dengannya dalam perjalanan mencari potongan kunci itu.

"Kumohon [Name], menurutlah sekali saja. Tubuhmu masih lemah. Bagaimana kalau terjadi sesuatu lagi? Kau tahu kan bagaimana kondisiku sekarang. Sulit bagiku untuk terus melindungimu. Bagaimana kalau terjadi sesuatu lagi padamu? Aku bisa gila karena terus mencemaskanmu."

[Name] terdiam sejenak. Ia tentunya paham dengan apa yang ingin disampaikan Ilpyo. Sejujurnya ia juga tidak mau merepotkan pemuda itu dengan terus menjaganya. Tapi [Name] paling benci kalau harus ditinggal sendiri.

Kejadian tempo lalu itu sedikit membuatnya trauma.

"Aku takut Ilpyo. Kalau kau pergi, berarti aku akan sendiri. Aku benci sendirian. Rasanya sangat tidak nyaman."

Ilpyo tertegun melihat tubuh [Name] yang gemetar. Ia berdiri dari duduknya kemudian memeluk gadis itu.

"[Name] tenanglah, aku di sini. Kau baik-baik saja sekarang."

"Kumohon biarkan aku ikut. Aku janji akan istirahat penuh mulai hari ini."

Wajah memelas gadis itu membuat Ilpyo menghela nafas pasrah. Walau tadinya enggan membawa serta gadisnya, tapi ia juga khawatir jika terjadi sesuatu pada [Name] sementara dirinya tidak bersama gadis itu.

Akhirnya Ilpyo mengizinkan gadis itu ikut dengannya. [Name] tersenyum girang begitu mendengarnya.

"Tapi kau harus tepati janjimu. Tetaplah istirahat sampai minggu depan."

[Name] mengangguk pada pemuda itu. "Iya, akan kulakukan."

* * *

[Name] menatap ke luar jendela. Pesawat yang mereka tumpangi baru saja lepas landas. Di sampingnya duduk Ilpyo yang tengah asik memainkan surai gadis itu. Sementara Seungah dan Seungyeon duduk di belakang mereka.

"Ilpyo..."

"Eung?"

"Kunci itu sebenarnya apa?"

"Aku juga tidak tahu. Mereka bilang itu adalah orang yang dapat melewati batas yang dibuat dewa."

Dahi [Name] mengernyit mendengarnya. Kenapa dewa memberi batas pada manusia? Bukankah dewa punya posisi yang lebih tinggi dari mereka? Kenapa mereka harus takut dengan manusia.

[Name] ingin menanyakan semua hal itu pada Ilpyo, tapi ia urungkan. Sebaiknya ia tidak menambah beban pemuda itu dengan rasa penasarannya. Toh itu bukanlah urusannya.

Gadis itu bersandar di kursinya. Lebih baik ia tidur sebentar agar tidak lelah nanti. Tujuan perjalanan mereka adalah negri sakura, Jepang. Ada pecahan kunci di sana.

Gumiho Boyfriend || Park IlpyoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang