04

579 99 7
                                    

New Friends
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Selama mengikuti kejuaraan Nasional Goh, Ilpyo dan [Name] jadi banyak berkenalan dengan orang baru. Namun yang paling membuat gadis itu tertarik adalah pemuda dengan penutup mata di kepala itu.

"Selamat pagi [Name]!!" Sapa pemuda itu padanya. Selalu ia lakukan tiap gadis itu datang ke stadion.

"Selamat pagi, Mori." Balas [Name] dengan tersenyum hangat.

Di belakang gadis itu, mengekor Ilpyo bersama anggota timnya. Pemuda itu langsung menghampiri [Name] dan merangkulnya.

"Selamat pagi Mori."

"Ah hai, kadang aku lupa kalau kalian itu pasangan," ujar Mori.

"Eh, kenapa begitu?" tanya [Name] dengan raut wajah bingung.

"Karena kau dan Ilpyo sama sekali tidak cocok. Kenapa kau ingin berkencan dengannya?"

Mendengar hal itu membuat Ilpyo merasa kesal. Pemuda memindahkan tangannya dari bahu [Name] ke pinggang gadis itu.

"Tidak perlu mengurusi kami. Lebih baik kau cari pacar juga."

"Aku sudah punya pacar."

"Eh benarkah?" [Name] cukup terkejut mendengarnya. Ia pikir Mori bukan tipe orang yang akan suka pada seseorang dan menjalin hubungan.

"Lalu dimana pacarmu?"

"Itu ... sebenarnya belum resmi. Tapi aku akan segera mengajaknya berkencan," ujar pemuda itu dengan mata berbinar.

[Name] tersenyum kecil melihatnya. Ia memperhatikan arah pandang Mori yang terus melirik ke suatu tempat. Rupanya pemuda itu sedang memperhatikan salah satu peserta di ujung sana.

"Wah dia cantik juga. Semangat Mori, kau pasti bisa."

"Ya kuharap kau tidak ditolak."

"Ilpyo! Jangan berkata seperti itu."

"Bercanda [Name]. Gadis itu sepertinya suka padamu Mori. Aku sering melihatnya memperhatikanmu diam-diam."

Mendengar perkataan itu, Mori jadi sedikit tersipu. Pemuda itu memutuskan untuk kembali bersama rekan setimnya karena pertandingan akan segera dimulai.

[Name] melirik tangan Ilpyo yang masih di pinggangnya.

"Hei, lepaskan."

"Kenapa?"

"Kau harus bertanding kan."

"Seungah dan Hyeonbok akan bertanding lebih dulu. Aku masih punya waktu untukmu."

Dahi [Name] mengkerut mendengarnya. Pemuda ini terlalu bucin.

"Dengar sayang, kau ini ke-tu-a tim. Jadi pergilah dan lakukan tugasmu ya."

"Tapi-"

"Tidak Ilpyo, kalau ingin selalu bersamaku harusnya kau buat dirimu kalah saja. Tapi jangan lakukan itu, karena kita harus menang. Kau ingat kan apa tujuanmu ikut kompetisi ini?"

Ilpyo mengangguk pelan. Mereka harus menang kompetisi agar bisa menyembuhkan kaki Seungyeon. Bagaimanapun gadis itu adalah sahabat [Name].

[Name] mengecup pipi Ilpyo untuk menyemangatinya. Pemuda itu tersenyum kemudian segera bergabung dengan anggota tim-nya. Lalu seperti biasa, [Name] akan pergi ke bangku penonton untuk menyaksikan pertandingan pemuda itu.

* * *

Pertarungan antara tim Jeonnam dan tim ibu kota benar-benar sengit. [Name] sejak tadi merasa was-was melihat Mori dan Ilpyo. Keduanya sama-sama kuat. Entah siapa yang akan memenangkan pertandingan.

"Pacarmu pasti kalah."

[Name] sontak menoleh dan mendapati Taek Jegal sudah duduk di sampingnya. Kening gadis itu mengkerut menatap seringai pemuda itu.

"Apa yang kau lakukan di sini?"

"Yang kulakukan? Tentu saja bertanding. Aku kan peserta."

"Tapi kau harusnya di bawah sana. Tempat ini untuk penonton."

"Aku kan ingin menonton juga. Jadi tidak masalah kan aku duduk disini. Toh ini fasilitas umum."

"Uh dia menyebalkan." Gumam [Name]. Ia melirik ke samping dan melihat beberapa kursi yang masih kosong. Gadis itu pun segera pindah tempat.

Dahi [Name] berkedut melihat Jegal yang ikut pindah ke sampingnya. Sebenarnya ada masalah apa pemuda itu dengannya?

"Kau ini sebenarnya mau apa? Tolong tinggalkan aku."

"Kenapa aku harus menurutimu? Aku akan lakukan yang kuinginkan."

[Name] memijat pelan pelipisnya. Ia jadi tidak bisa fokus pada Ilpyo karena pemuda itu. Ia merasa was-was dan sedikit takut. Bisa saja Jegal melakukan sesuatu padanya sementara Ilpyo masih bertarung di bawah sana.

Ia bukan seorang yang punya keahlian beladiri seperti para peserta Goh di sini.

Gadis itu berusaha memutar otaknya agar ia bisa lepas dari orang di sebelahnya. Tanpa ia sadari, wajah Jegal sudah sangat dekat dengannya.

Nafas [Name] terhenti seketika. Pikirannya tiba-tiba kosong.

"Wah ternyata pacarmu menang ya? Dia mengalahkan bocah taekwondo itu."

"Huh?"

[Name] ingin menoleh, tapi tatapan Jegal membuatnya takut. Gadis itu menelan ludah. Ia berdoa di dalam hatinya agar pemuda itu segera pergi dari sana.

Di atas arena, Ilpyo sedang mengatur nafasnya. Pertarungan dengan Mori membuatnya kewalahan.

Pemuda itu melirik ke arah [Name]. Ia tertegun dengan pemandangan yang ia lihat.

"Apa yang dilakukan [Name] dengan si brengsek itu? Kenapa mereka sangat dempet seperti itu?"

Tangan Ilpyo mengepal kuat. Ingin sekali ia menghampiri kedua orang di atas sana, tapi pertandingan masih berlanjut. Masih ada seorang anggota tim ibu kota yang harus ia hadapi.

[Name] sendiri menghembuskan nafas lega saat Jegal pergi. Akhirnya ia bisa fokus menonton pertandingan Ilpyo.

Sayangnya pemuda itu sudah di ambang batas. Mira dengan serangan terakhirnya mampu menumbangkan Park Ilpyo.

Tanpa pikir panjang, [Name] langsung berlari memasuki arena. Ia khawatir melihat kondisi Ilpyo yang sangat parah.

"Jangan khawatir [Name], dia hanya kelelahan."

"Ah tapi lukanya?"

"Goh punya fasilitas yang dapat menyembuhkannya. Tidak perlu cemas. Ayo kita temani dia."

[Name] mengangguk pada Seungah dan Hyeonbok. Mereka bertiga langsung ikut bersama Ilpyo yang dibawa oleh paramedis.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Sebenarnya aku gak ada ide buat nulis :')

Tapi aku tetap lanjut ngetik semua ini. Maaf kalau agak gak jelas ceritanya.

Terima kasih udah baca ♥️♥️

Gumiho Boyfriend || Park IlpyoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang