Epilog

556 74 16
                                    

World President
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Ilpyo tidak pernah membayangkan akhir yang seperti ini. Benar, ia tidak pernah membayangkannya.

Yang pernah ia bayangkan adalah hidup tenang bersama dengan teman-teman juga kekasihnya. Sayangnya hal itu tidak terjadi. Dan mungkin tidak akan pernah terjadi.

Tanpa terasa bertahun-tahun pun terlewati.

Kini Park Ilpyo telah resmi dinyatakan sebagai presiden dunia yang baru.

Ia pun mulai berhenti mengejar sosok [Name]. Bukannya ia menyerah, tapi prioritasnya saat ini adalah mengalahkan Park Mujin yang telah menyatu dengan dewa absolut.

"Aku sudah lelah [Name], sekarang aku yang akan menunggu. Menunggu untuk berjumpa lagi denganmu...."

"Aku mencintaimu [Name]. Sampai jumpa lagi" gumamnya.

Beberapa orang bersetelan lengkap menghampiri Ilpyo. Mereka berkata bahwa sudah saatnya pemuda itu memberi arahan. Ia mengangguk paham.

Pemuda itu berdiri di atas podium, memberi perintah pada orang-orangnya untuk membantu Mira dan Daewi mengalahkan Park Mujin.

Tanpa disangka-sangka, Ilpyo malah bertemu dengan Naga, si makhluk keramat. Demi kesuksesan rencananya, pemuda itu pun mempertaruhkan nyawanya.

Semua bawahannya mulai merasa khawatir lantaran kehilangan kontak dengan presiden mereka.

"PARK ILPYO!"

Suara samar itu terdengar dari mikrofon di telinga Ilpyo. Daewi terus memanggil namanya membuat pemuda itu terpaksa mengembalikan kesadarannya yang sebelumnya hilang.

"Dasar bodoh! Apa kau akan menyerah begitu saja?"

Telinga Ilpyo berdenging. Ia sama sekali tidak paham dengan apa yang diracaukan Daewi.

"Kenapa diam saja? Ayo jawab aku."

"Ugh..." Ilpyo melenguh pelan. Daewi terlalu berisik. Ditambah lagi rasa sakit dari lukanya membuat Ilpyo kelimpungan. Perlahan kesadarannya mulai menghilang lagi.

"Park Ilpyo, kau tahu berapa lama waktu yang kuperlukan untuk menyadarkan Mira?"

Suara Daewi lagi-lagi memaksa Ilpyo untuk sadar.

"Mira melupakanku, dia tidak mengingatku. Dia bertingkah aneh."

Ilpyo tertegun. Ia semakin bingung dengan semua ucapan Daewi.

"Tapi, aku tidak menyerah. Lalu akhirnya kami bersama lagi."

"Kau tahu Ilpyo, saat aku menjadi raja, semua pengikutnya berlutut di hadapanku. Salah satunya adalah...

Ketua Helio."

Mata Ilpyo perlahan terbuka saat mendengar nama itu.

"Selama tujuh belas tahun ini, aku sudah berusaha meyakinkannya. Sekarang giliranmu, kalau aku bisa, maka kau juga harus bisa."

Ilpyo perlahan menegakkan tubuhnya. Kemeja putihnya perlahan berubah warna menjadi merah. Pendarahannya sangat parah, tapi pemuda itu berusaha sekuat tenaga untuk berdiri.

Di hadapannya masih ada si Naga. Makhluk itu heran melihat sosok Ilpyo yang bangkit kembali. Pasalnya tadi pemuda itu sudah tidak bernafas.

"Hebat juga kau rubah. Tapi itu tidak ada gunanya, kau akan tetap mati" ucap si Naga.

"Coba saja kau sentuh dia." Sekelebat bayangan putih muncul menyerang si Naga. Menimbulkan ledakan yang kuat hingga makhluk itu terpental cukup jauh.

Ilpyo yang mati-matian menahan tubuhnya agar tidak jatuh, akhirnya tumbang juga. Tetapi tubuh pemuda itu tidak benar-benar jatuh. Sepasang lengan kecil menahannya. Mendekap tubuh pemuda itu di pelukannya.

Ilpyo samar-samar mencium bau yang familiar. Sudut bibirnya terangkat sedikit. "Sudah lama sekali ya, Ketua Helio."

"Rubah bodoh! Kalau kau sampai mati, aku tidak akan pernah memaafkanmu."

"Tidak masalah, aku juga tidak pantas untuk itu."

Ketua Helio tertegun. Perlahan ia membawa tubuh Ilpyo, lalu menyandarkannya di dinding. Gadis itu menatap sendu tubuh Ilpyo yang penuh luka. Bahkan darah masih mengalir deras dari luka itu.

Helio perlahan menyentuhnya, menyalurkan sedikit kekuatannya pada Ilpyo. Pendarahan pemuda itu langsung terhenti. Sekarang Ilpyo dapat membuka matanya dengan baik.

Pemuda itu tersenyum saat melihat wajah gadis di hadapannya. Sungguh pemandangan yang indah melihat wajah orang yan dicintai saat kau baru saja kembali dari kematian.

"Kau... cantik sekali... matahariku."

Helio menghela nafas pendek.

"Aku tidak percaya kau masih menggunakan panggilan itu."

"Itu cocok denganmu, Ketua Helio."

Helio lagi-lagi menghela nafas. Ia bisa merasakan si Naga yang tengah menatap tajam padanya di belakang sana.

Gadis itu memutar tubuhnya menatap makhluk itu. Pedang yang bertengger di pinggulnya kini sudah berpindah di tangan kirinya.

"Aku selalu penasaran bagaimana rasanya mencincang Naga."

"Cih, orang lemah sepertimu tidak akan bisa melawanku."

"Oh ya? Mari kita buktikan."

Helio menatap tajam Naga itu. Sebelum melancarkan serangannya, gadis itu menoleh sebentar pada Ilpyo. Nampak jelas kekhawatiran di wajah pemuda itu. Pasalnya ia saja hampir mati saat melawan Naga. Bagaimana jika Helio juga mengalami hal yang sama?

"Ketua Helio, biar aku-"

"Aku yang akan melawannya. Kau tetap di sana dan pulihkan dirimu" ujar gadis itu.

Ia terdiam sejenak kemudian berkata lagi, "lalu... itu [Name] bukan Helio."

Setelah mengucapkan hal itu, pertarungan antara [Name] dan si Naga pun dimulai.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
TAMAT

Holaaaa

Ada yang kangen gak?
Kangen Ilpyo maksudnya hehe

Tapi kangen aku juga gapapa kok😃

Wkwk becanda

Aku sebenarnya gak pengen ngasih epilog series ini.

Tapi hari ini aku ultah loh

Makanya aku buatin part ini spesial edisi ultah aku

Semoga kalian suka ya

Terima kasih udah baca

Gumiho Boyfriend || Park IlpyoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang