05. Milik siapa ini?

263 35 3
                                    


" Sayang aku pulang. "

Mendengar teriakan sang suami, Anan bergegas pergi menghampiri Candra, yang tengah tersenyum menunggu kedatangan nya.

Ranum tebal milik Anan tertarik di kedua sisinya membentuk sebuah lengkungan indah yang selalu membuat Candra terkesima dan dengan perlahan, pria manis itu memeluk tubuh Candra menyalurkan kerinduannya setelah berpisah lama dengan suami tampan nya.

Mata Anan terpejam dengan tangan yang meremat jas bagian belakang Candra. Sambil berkata, " Mas Cand...Anan kangen. "

" Mas juga kangen sekali sama
kamu. "

Candra mengusap surai hitam milik Anan yang kini sudah mulai memanjang lagi, padahal belum lama ini di potong. Menyisipkan beberapa kecupan manis di pelipis Anan berulang kali Candra lakukan, ia sungguh gemas melihat wajah Anan yang terbenam di dadanya seperti bayi.

" Sayang...kita pindah ke sofa ya ? Kaki mas pegal. "

Melihat Anan mengangguk, Candra mengambil langkah menuju sofa, berjalan dengan sedikit kesusahan karena pria manis di dekapan nya itu tidak mau melepaskan pelukannya.

Candra baru bisa bernafas lega saat dia berhasil menjatuhkan tubuh mereka berdua di sofa yang ada di ruang tengah.

Lelaki tampan kelahiran Oktober tersebut menaruh tas kerja miliknya di meja yang ada didepannya, lalu dengan terburu-buru dia melepas simpul dasi yang sejak pagi terasa mencekik lehernya.

Setelah itu Candra juga melepas dua kancing teratas kemejanya. Merasa sudah cukup nyaman, Candra kembali memeluk bahu suami manisnya, membawa tubuh itu untuk ikut bersandar nyaman di sandaran sofa.

" Sayang ? "

" Iya, Kenapa? "

" Rambut kamu cepet banget tumbuhnya, perasaan baru kemarin dipotong, sekarang udah sebahu aja. "

" Aku juga heran tahu mas, mungkin emang udah takdir ya rambut aku sebahu? "

" iya mungkin. Tapi jujur, mas lebih suka lihat kamu rambut sebahu, kamu makin cantik Anan. "

Anan awalnya tersenyum malu-malu mendengar pujian dari suami nya, ia dengan perlahan melepas pelukan mereka, lalu merubah ekspresi nya  berpura-pura sebal mendengar ucapan sang suami.

" Jadi, waktu rambut aku pendek, aku biasa aja gitu? "

" Bukan gitu sayangnya mas. Kamu itu selalu cantik, mau rambut pendek atau panjang, tapi kalau boleh milih mas lebih suka kamu rambut
panjang. "

" Terus kalau aku botak, mas suka gak? "

" Mas sih mau-mau aja nan, kan lumayan irit shampoo "

" Mas ihh, Anan kira mas bakal bilang, iya mau kamu botak sekalipun kamu tetep cantik, eh taunya tetep mikirin uang. "

Candra yang sejak tadi berusaha menahan tawa seketika langsung tertawa terbahak-bahak mendengar pengakuan Anan.

Anan menatap malas ke arah Candra lalu berkata, " Ketawa aja terus sampai Anan botak beneran. "

Melihat gelagat Anan yang sepertinya akan merajuk, Candra menghentikan tawanya. Pria tampan itu menggenggam tangan halus milik Anan lalu mengecup punggung tangannya.

" Sayang, mas cuman bercanda, maaf ya ? "

" Iya mas, aku juga enggak marah beneran kok, aku tau mas lagi nggak baik-baik aja, makanya aku hibur. "

Candra termenung menatap Anan, lalu berkata, " Makasih ya sayang..."

" udah tugas aku mas, gak perlu bilang makasih, "

" Mas kamu pasti capek banget ya?  sana mandi dulu, aku udah siapin air sama baju ganti buat kamu. "

Cup

Cup

Cup

Setelah membubuhkan kecupan sayang ke wajah suami manisnya,  Candra lalu bergegas pergi ke kamar mereka dengan Anan yang mengekor dibelakangnya.

Candra dengan perlahan melepaskan kancing kemejanya, setelahnya pria tampan itu menaruh kemeja nya di atas ranjang mereka.

" Sayang aku tinggal disini ya kemejanya, tolong dicuci. "

" Iya mas "

Saat Anan mengambil kemeja milik suaminya berniat akan menaruh di keranjang baju kotor , pria manis itu menemukan sesuatu di lengan kemeja suami nya

" Ini milik siapa ? " Lirih Anan.

Tangan Anan memegang meja nakas lalu dengan perlahan duduk di tepi ranjang. Jari-jemarinya meremat kemeja suaminya berusaha menghilangkan semua pikiran buruknya .

Pria cantik itu meremat rambutnya frustasi, Anan merasakan pusing akibat pikirannya yang sudah berkelana jauh.

Candra yang baru keluar dari kamar mandi, terkejut melihat Anan yang berusaha memukul-mukul kepalanya, pria tampan itu dengan tergesa-gesa berlari ke arah Anan.

" Sayang, kepalanya kenapa
dipukul ? "

Candra dengan susah payah menahan kedua tangan Anan yang meronta-ronta akan memukul kepalanya sendiri, Candra bingung menghadapi situasi ini, seingatnya tadi Anan baik-baik saja lalu kenapa sekarang menjadi seperti ini?


















Haiii aku balik lagi nih

Ada yg nungguin gak? Wkwkwk canda

Btw kalo ada yg mau ngasi apresiasi Sabi lah mampir https://trakteer.id/glowlixx/tip

Gimana pendapat kalian tentang book kali ini? Serius aku nanya, comment dong

𝙱𝚎𝚛𝚙𝚒𝚜𝚊𝚑? (𝙲𝙷𝙰𝙽𝙹𝙸𝙽)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang