12. Keputusan Candra

441 42 6
                                    

" tunggu ya, rumah kamu ini bakal diperbaiki agar lebih kokoh lagi. Sabar sebentar ya sayang? "

Ucapan itu terus terngiang-ngiang di kepala Candra.

" maaf bikin kamu nunggu lama, " ujar Irene sambil tangannya sibuk mengenakan safety belt.

Candra menoleh sekilas kearah wanita itu lalu mengangguk, " gak apa-apa Rene.

Irene sebenarnya ingin berbicara banyak hal, tetapi mulutnya kelu saat melihat tatapan Candra yang seperti sedang marah entah karena apa.

" Candra? " Tangan lentik wanita itu terangkat untuk mengusap pelan bisep milik pria disebelahnya.

Tidak seperti biasanya, Candra hanya membalas dengan gumaman.

Pria tampan itu tampak terkesiap ketika tangan Irene menyentuh lengannya, ia memilih menyandarkan tubuhnya sebentar agar merasa lebih nyaman, kemudian menghela nafas panjang dan kembali memfokuskan diri untuk menyetir.

" Kita ke toko roti bentar. "

Tanpa di jelaskan, Irene mengerti Candra memberitahu agar wanita itu tidak bertanya macam-macam lagi.

" Saya pesan Americano, vanilla latte, sama cheesecake satu lagi, " pandangan Candra lama terfokus kearah brownies yang terpajang di etalase.

" Maaf ada tambahan lagi? " Tanya sang karyawan yang membuat Candra kembali sadar dari lamunannya.

Candra berpikir sejenak, lalu mengangguk, " tolong bungkus brownies lagi satu. "

Irene tersenyum saat melihat Candra mendekat kearahnya, " udah selesai mesen nya ? "

Candra memilih duduk terlebih dahulu lalu membalas dengan tersenyum tipis, " udah kok. "

" Kamu kok mau keluar sama aku? suami kamu kemana? "

" Anan lagi keluar."

Lama terdiam, Irene menggigit bibirnya ragu ingin berbicara,
" Hubungan kita ini apa Candra? "

" Maksud kamu? " Candra yang tadinya sibuk memainkan ponsel seketika menaruh ponselnya di meja.

" Aku tanya, kita ini apa? "

Irene, wanita itu sepertinya belum jengah juga bertanya hal yang seharusnya tidak dibahas sekarang.

" Kita? Apa maksud kamu? kita itu ya teman. " Candra melayangkan tatapan bingung kearah Irene.

" Kamu..." Wajah wanita dewasa itu terlihat memerah menahan amarah,
" setelah semua yang udah aku lakuin ke kamu. Kamu cuman nganggep aku temen? Really?! "

" So? kamu minta status sama aku, sedangkan kamu tau aku sudah terikat status dengan suamiku. Kamu gila? " Candra berdiri mengacak surai bagian belakangnya lalu menatap tak percaya kearah TEMAN nya itu.

" Cand--"

" Jika memang dia waras, dia pasti lebih memilih menjalin hubungan dengan pria dewasa single bukannya malah sibuk mengejar suami orang, " ujar seseorang yang tiba-tiba menarik paksa bahu Candra.

Candra hendak melayangkan pukulan kearah orang yang seenaknya menarik bahunya, " Lo kenapa narik gue bangsat! "

belum sempat tangannya terangkat, ia dibuat terkejut saat melihat orang itu.

Dia Felix sahabat karib suaminya.

" Ayo pukul! Kenapa diem? takut lo gue ngadu ke Anan? " Ujar Felix menantang.

" dan buat anda! " Felix menatap tajam kearah Irene dengan tangan mengepal.

" tangan mungil ini bisa saja membuat paras cantik anda hancur tanpa bisa dikenali, jika anda berani melangkah lebih jauh lagi mengusik hidup sahabat saya. "

Seringaian tercetak jelas di wajah Irene, dia memilih melangkah lebih dekat kearah Felix, " kamu gak punya malu ya? marah-marah nggak jelas ditempat umum? "

Wajah itu, serta ekspresi lugu yang diperlihatkan sungguh membuat Felix muak.

" Lebih malu siapa hm? anda atau saya? sudah jadi perebut SUAMI ORANG parahnya gak dianggap siapa-siapa lagi."

Felix terkekeh pelan menatap Irene dengan tatapan meremehkan.

Seketika toko yang tadinya sunyi, menjadi ramai akibat gunjingan pengunjung toko yang tentu saja ditujukan untuk Irene, wanita yang katanya terhormat itu.

" Candra kok kamu diem sih? aku dipermalukan sama cowok gila ini."

" Buat apa aku bela kamu? kamu yang bikin diri kamu sendiri jadi bahan bulan-bulanan, " balas Candra cuek.

Felix menatap malas Irene yang terlihat menahan malu. Tanpa diduga tangan Irene bergerak meraih vanilla latte miliknya yang belum tersentuh sama sekali.

Mata Felix menatap awas kemana gelas minuman itu akan melayang. Saat dirasa wanita nekat itu mau menumpahkan ke tubuhnya, Felix dengan cepat mendorong Irene kebelakang sehingga minuman itu berbalik membasahi tubuhnya sendiri.

" Masih punya malu buat diem
disini? " Tanya Felix tertawa meremehkan.

" aaarghhhh...gue bakal bales perbuatan lo! " Irene menatap sengit kearah Felix dan dengan segera berlari keluar toko.

" Apa? Mau gue siram juga? " Felix menatap sinis kearah Candra.

" Nggak, lo ngapain disini? "

" mau beli brownies pesanan suami lo, kak Candra sih sibuk sama wanita lain, sampe gak punya waktu buat nyenengin suami sendiri."

"lix, gue kasih tau ya, dia cuman temen gue gak lebih, " Candra jengah mendengar ucapan Felix yang terkesan menuduhnya.

" Buat apa lo ngasi tau gue? yang harusnya dikasi penjelasan itu Anan kan dia sendiri yang ngeliat lo lagi berduaan sama si nenek sihir itu di restoran. "

Deg...

" Jadi Anan ngeliat? " Lirih Candra.

" gimana perasaannya Anan saat tahu suami yang dia cintai malah mengkhianati nya? " Tanya Felix.

Candra buru-buru lari keluar toko dengan sekotak brownies ditangannya. Meninggalkan Felix yang tersenyum tipis.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 03, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

𝙱𝚎𝚛𝚙𝚒𝚜𝚊𝚑? (𝙲𝙷𝙰𝙽𝙹𝙸𝙽)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang