11. Rencana baru Anan

245 27 1
                                    

Rafa menepuk pundak Irene bermaksud memanggilnya, " Mbak, aku boleh minta tolong
nggak? " tanya nya.

" ehh― minta tolong apa Rafa? " Irene tersenyum ramah menatap Rafa.

" Minta tolong temenin aku pergi jalan-jalan, mau ya ? "

" Boleh deh Raf. Tunggu sebentar ya, aku mau ganti baju dulu. "

Rafa mengangguk mengiyakan

Setelah melihat Irene sudah memasuki rumahnya , Rafa dengan segera mengirimkan pesan kepada seseorang.

To : Anan

Target akan segera meluncur !!!

Di lain tempat , Anan yang sudah menerima pesan dari Rafa dengan segera mengajak sang suami untuk ikut pergi dengan nya.

Ditengah perjalanan , Candra merasa sedikit aneh dengan tingkah laku sang suami. Sejak kedaraan roda empat itu sudah keluar dari komplek perumahan hingga kini sudah mendekati tujuan. Anan hanya terlihat melamun tanpa mau berbicara sedikitpun.

" Sayang , kamu kenapa diem aja? "

" ah itu , aku cuman lagi males ngomong aja mas. "

Candra tahu sang suami sedang menyembunyikan sesuatu, namun dia enggan memaksa Anan untuk bercerita , dia mengerti suaminya itu butuh juga privasi.

Candra dan Anan kini sudah duduk dengan nyaman di kursi kafe , saat pandangan nya menelisik ke arah luar. Anan sudah melihat kedatangan orang yang ditunggu-tunggu sejak tadi.

" Mas, aku ke toilet sebentar ya? "

Candra mengangguk, " Iya sayang. "

Sambil menunggu kedatangan suaminya, Candra terlihat fokus membaca menu makanan yang sudah tersaji didepannya. Tanpa ia sadari ada seseorang yang mendekat ke arahnya.

" Candra? "

" k-kamu ngapain kamu disini? "

" Aku mau makan lah," tangan bercat kuku merah itu menyentuh lengan Candra secara konstan, " tapi setelah lihat kamu, aku mau duduk nya sama kamu aja. "

Candra menyentak tangan wanita yang lancang itu. " Irene stop! Aku kesini sama suamiku, kamu jangan macam-macam. "

" Memangnya dimana dia sekarang ? Tidak ada disini kan, jadi aku bebas kalau mau duduk disini. "

Jengah dengan sikap bebal Irene, Candra memilih untuk mendiamkannya saja daripada memicu keributan. Irene yang merasa Candra tidak berkata apa-apa lagi, tentu saja merasa senang.

" Kamu kenapa tidak pernah ke kantor papa lagi? "

Candra melirik sekilas, " Urusan kami sudah selesai , proyek sudah berjalan."

" Padahal aku nunggu kamu Candra"

" Saya tidak peduli kamu mau menunggu atau tidak, itu terserah kamu. "

Irene terlihat kesal dengan lontaran kalimat yang keluar dari mulut Candra. Di kepala nya sudah tersusun berbagai rencana agar bisa menaklukkan pria bermulut tajam didepannya ini.

" Lihat saja Candra! apa yang bisa aku lakukan untuk bisa mendapatkan mu kembali."

Dari kejauhan sepasang sahabat itu tengah memperhatikan interaksi antara Candra dan Irene. Si wanita yang tengah gencar menggoda lelaki di hadapannya, sedangkan si pria yang terlihat acuh dengan eksistensi sang wanita.

" Rafa sepertinya aku sudah tahu apa yang harus aku lakukan selanjutnya. "

" Benarkah? "

" Iya , aku mau kamu bantu aku lagi "

" Dengan senang hati Anan."

Membisikkan sebuah rencana yang sudah tersusun apik, Rafa tersenyum puas dengan rencana yang sudah disiapkan sang sahabat dengan penuh pertimbangan.

Dengan langkah lebarnya , Rafa pergi mendekati irene dengan ekspresi wajah yang sudah dibuat-buat agar semakin mendalami.

" Loh, kak Candra kamu disini? Anan nya dimana kak ? "

" I-iya Raf, Anan tadi pergi ke toilet. "

" Mbak Irene kenapa duduk dengan kak Candra, kalian saling kenal? "

Irene mengangguk, " Iya Raf, dia teman Mbak sewaktu masih duduk di bangku sekolah "

" Wah dunia ini sempit sekali " balas Rafa tak percaya.

Melihat kedatangan sahabatnya, tangan Rafa dengan perlahan menyusup ke dalam tas milik Irene, entah apa yang sedang coba ia lakukan. Rafa dengan cerdiknya mengalihkan perhatian kedua orang yang ada dihadapannya ini.

Melihat gerakan tangan Rafa yang telah menyelesaikan misi nya. Pria kelahiran Maret itu dengan segera ingin pergi dari kafe. Hati nya sudah terlalu panas melihat kelakuan dari si wanita penggoda itu.

" Saya sama mas Candra duluan ya Rafa, mbak Irene. "

" Iya Anan, hati-hati! "

Candra menyadari gelagat aneh dari sang suami, dalam benaknya bertanya-tanya kenapa Anan tiba-tiba ingin pulang padahal mereka belum sempat memesan makanan.

" Sayang kenapa tiba-tiba kamu
ingin pulang ? "

" Kepalaku pusing mas, aku mau
tidur "

Dengan raut khawatir nya , Candra menepikan kendaraan nya guna memeriksa keadaan sang suami.

" Kamu mau ke dokter sayang? " tangan Candra bergerak mengelus pelan surai panjang sang suami.

" Tidak perlu mas, aku hanya butuh istirahat, kamu tidak usah khawatir. "

Candra membubuhi beberapa kecupan di pelipis Anan sambil berucap, " Tapi kamu janji ya nanti kalau makin parah bilang ke aku. "

Anan tersenyum tipis, " Iya mas can."

Lama terdiam, Anan lelaki manis itu menoleh sekali lagi kearah suaminya, " mas..." Panggilnya.

" Kenapa sayang? "

" Kalau bosen sama aku bilang ya? jangan main dibelakang! karena kalo kamu main dibelakang aku, orang lain yang bakal liat kamu duluan. "

"k-kamu kenapa bilang gitu? " ujar Candra panik.

" Aku cuman ngasi tau aja, supaya kamu antispasi. Inget bilang sama aku mas! biar aku bisa cari cara supaya kamu gak berpaling. "

" Sayang..." Candra menggenggam tangan Anan disaat rambu lalulintas berwarna merah.

" kalo kamu berpaling, aku harus lari kemana? di saat rumahku direbut sama orang lain? " Lelehan air mata itu tidak dapat ditahan oleh Anan, semuanya luruh membasahi pipi nya.

Candra tanpa sadar mengeratkan genggaman tangannya, saat merasakan dadanya terasa diremas kuat melihat air mata itu jatuh dan juga perkataanya itu seakan membuat otaknya berhenti bekerja.

Rumah, lari , direbut orang lain.  Kata-kata itu terus menganggu pikirannya.

" tunggu ya, rumah kamu ini bakal  diperbaiki agar lebih kokoh lagi. Sabar sebentar ya sayang? "

Anan mengangguk, berusaha tersenyum memberi kekuatan untuk Candra, ia tidak ingin lelakinya itu ikut tersakiti. Candra membawa Anan ke pelukannya membubuhi beberapakecupan di dahinya. 































𝙱𝚎𝚛𝚙𝚒𝚜𝚊𝚑? (𝙲𝙷𝙰𝙽𝙹𝙸𝙽)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang