Mistress S2; 09 [M]

928 145 55
                                    

Hai, bebep-nim. Sorry, di part sebelumnya aku belum bilang kalau Mistress akan tamat. Jadi part ini cukup panjang dan tinggal aku publish part akhir saja. So, bacanya pelan-pelan aja ya. 5K kata loh :)

.
.

[Mature content]

[Mature content]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Namu.

Sepertinya aku tahu siapa orang yang datang ke apartemen ku, tidak mungkin orang asing sebab tempat tinggalku sekarang tidak sembarang orang yang tahu. Aku memang sengaja merahasiakan perpindahan ku pada orang lain, terkecuali teman karibku sendiri. Dan benar saja, tepat saat kakiku keluar dari pintu elevator, aku mendapati Daryl tengah berdiri di depan pintu.

Dia menyadari kedatangan ku. "Namu?Dari mana?"

Aku berdecak lidah. "Tentu saja dari kantor, kau kira dari mana? Kenapa tidak menelponku lebih dulu?"

"Kau baru saja menikah, jadi aku mengira kau masih merayakan pernikahanmu. Apa Hyera tidak melarangmu pergi keluar?"

"Haruskah aku menjawab pertanyaanmu satu itu?" Aku segera membuka pintu, memberikan akses masuk untuk Daryl yang sudah cukup lama diabaikan eksistensinya.

"Biarkan aku yang bicara pada Hyera." Ucapan Daryl membuatku kembali menoleh padanya, pandanganku turun pada tas jinjing ditangan kiri Daryl. "Masuklah, aku akan coba memberi pengertian padanya." Imbuhnya, sedikit mendorong bahuku ke dalam.

"Tidak perlu, Daryl. Aku tidak ingin memaksanya." Kali ini ucapanku terkesan berbisik, sebab pintu sudah terbuka. Tidak mau saja jika Hyera mendengar apa rencana Daryl.

"Ck! Ayo masuk, aku haus." Dengan sengaja Daryl meninggikan suaranya, mendorongku berjalan di depan sampai kami di ruang tamu.

"Kau ini!--"

"Daryl?" Seketika saja kalimatku terpotong dengan suara Hyera yang tiba-tiba terdengar dari arah kamarnya. Aku maupun Daryl sama-sama mengalihkan pandangan padanya. "Apa tadi kau yang berdiri di luar?" Sambungnya.

"Iya. Sorry, jika kedatanganku membuatmu tidak nyaman."

"Ah, tidak, tidak. Aku yang seharusnya minta maaf. . . Aku hanya ragu untuk membuka pintu, jadi aku menghubungi Namu lebih dulu." Terangnya, sempat melirikku sekilas sebelum melanjutkan langkahnya menuju pantri dapur.

"Duduklah." Kataku pada Daryl. Lantas menyusul Hyera di belakangnya.

Sedikit bimbang, apakah aku harus bersikap seperti kemarin malam atau meminta maaf padanya lebih dulu. Namun dari rautnya, ku rasa Hyera sudah lupa perdebatan semalam.

"Apa perlu bantuan?" Tanyaku pelan. Hyera tidak menjawab, dia sibuk menyajikan teh untuk Daryl. Ah aku mohon bicaralah. Jika diam saja, bagaimana Daryl berhasil membujuknya. Seakan mendengar suara hatiku, detik berikutnya Hyera melirikku. "Apa perlu aku bantu?" Tanyaku sekali lagi, lebih lembut tentunya.

𝐌𝐈𝐒𝐓𝐑𝐄𝐒𝐒 [𝐌]✓ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang