Chapter 06

183 162 92
                                    

[Semua organisasi, agama, lokasi, dan karakter dalam cerita ini hanya fiktif]

•••

"Sebenarnya aku malas meladeni manusia yang hidupnya hanya untuk dikasihani."
Jane

Lonceng masuk istirahat berbunyi. Kini saatnya menunggu pak Yamato Michigan masuk ke dalam kelas. Setelah lama menunggu, akhirnya satu kelas mendapat surat kabar bahwa pak Yamato tidak dapat hadir mengajar.

Sebagai gantinya pak Yamato memberikan sebuah tugas kimia yang harus diselesaikan hari ini.

••••••

Jane mendengar derap langkah sepatu, dia memandang Jemima telah tertidur. Di ruangan hanyalah mereka berdua saja. Jane yang penasaran akhirnya mendekati sosok tersebut, meninggalkan novel di atas meja dan juga Jemima di tempat. Jane berjalan dengan sangat hati-hati.

"Permisi ...."

Perempuan muda itupun berbalik badan. "Ya, ada apa?" tanya perempuan muda nan manis.

"Ada yang perlu saya bantu?" tawarnya.

Jane mengerutkan kening. Merasa dirinya pernah berjumpa dengan gadis muda itu. Tampak familier tetapi sekaligus asing. "Tapi di mana?" batinnya.

"Saya ingin memperpanjang novel ini," ucap Jane sembari menunjukkan novel pinjaman perpustakaan.

"Siapa namanya?"

"Jane Henzie Isaac Van Lawwick," jawabnya.

Saat Jane mengamati tulisan tangan gadis itu, ada sesuatu yang menarik perhatian dirinya. Terdapat luka gores yang cukup panjang.

Ketika Jane hendak bertanya pada gadis tersebut, namun lagi-lagi niatnya ia urungkan kembali.

"Hey, rupanya kamu di sini! Aku memanggilmu tapi tidak ada jawaban," celetuk Jemima.

"Maaf ...."

"Ayo, kita pulang!"

"Tunggu sebentar, aku sedang mengurus ini terlebih dulu."

"Oke."

••••••

"Udah ada balasan dari, Mima?" tanya Lucy.

"Tidak ada," jawab Hana menggeleng kepala.

"Kita tunggu sebentar lagi," kata Zenata melihat arloji.

"Ah, beolsseo jollyeo, yeogi. jib-e gago sip-eo," ucap Kang Seo Yoon seraya menguap.
(Ah, aku udah ngantuk, nih. Ingin pulang rasanya.)

Keempat teman ini menunggu Jane dan Jemima di luar kelas.

•••••

"Apa kau kenal dengan anak itu barusan?" tanya Jemima.

"Tidak."

"Anak itu tidak asing bagiku," ujar Jemima merasa yakin.

"Minggu depan udah libur aja, ya," sambungnya.

"Ya."

"Kamu jadi pulang ke rumahmu yang dulu?" tanya Jemima.

"Jadi," jawab Jane.

"Titip salam untuk kakek, ya."

Jane mengangguk menyetujui pesan tersurat dari Jemima. "Hm."

Saat turun anak tangga. Kedua gadis itu berpapasan dengan Carol dan antek-anteknya. Tanpa sengaja, Jemima menabrak bahu Caroll. Caroll yang menyadari itu langsung menoleh ke belakang. Tatapan tajam Caroll membuat Jemima menjadi rasa bersalah.

THE EVILTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang