[Semua organisasi, lokasi, agama, dan karakter dalam cerita ini hanya fiktif]
“Kau punya harapan untuk orang terdekatmu.”
•••
Jane terbangun dari mimpi. Melihat jam dinding pukul 02:20 dini hari, segera ia membuka buku dan mengerjakan tugas matematika.
Skip
Jane tipe manusia Night Owl, aktif pada malam hari hingga terjaga sampai pagi. Dia suka melakukan pekerjaan dengan senyap agar tidak ada yang mengetahuinya.
Kendati demikian, Jane tetap bisa bangun pagi dan melakukan aktivitas lainnya seperti biasa. Apakah kalian sama seperti Jane?
Baru sampai nomor dua. Tiba-tiba kepala Jane merasa sakit, ia memilih untuk istirahat terlebih dahulu sebelum menyelesaikan tugasnya. Jane memijit pelipis untuk mengurangi rasa sakit.
Gadis pemilik rambut pirang itu tidak begitu yakin, apakah dirinya benar-benar bertemu dengan Hendry atau hanya khayalan semata. Tidaklah penting jika itu hanya mimpi baginya, yang Jane tahu, bahwa ia sangat merindukan ayahnya. Saat Jane pulang ke rumah mereka orang yang pertama ia cari adalah Hendri, bukan Meera.
"Ayah aku merindukanmu," ujarnya tersenyum.
Dengan menahan rasa sakit kepala, Jane tetap melanjutkan pekerjaannya hingga tuntas.
Hana mendapati Jane tertidur diantara tumpukan buku. Segera Hana mendekatinya. "Jane kamu sedang apa?" tanya Hana pelan.
Tidak ada respon tersebut, Hana menggoyangkan lengan Jane sebagai tumpuan bantal tidur. "Jane, bangun. Udah pagi."
"Hm."
Hana jadi penasaran dengan keadaan temannya. Perlahan telapak tangannya menyentuh dahi Jane. Panik bukan main Hana dibuatnya, setelah tahu Jane mengalami demam.
"Jane kamu sakit, ya?"
Mata Jane yang semula terpejam kini buka perlahan. "Aku nggak apa-apa. Nanti juga sembuh, cuma pusing aja."
"Badan kamu panas, Jane. Gimana aku bisa tenang."
"Nggak usah terlalu berlebihan! Di kamar mandi ada siapa?" tanya Jane beranjak dari tempat duduk.
"Nggak ada orang, sih ... Jane yakin?"
Tangan Jane beralih memegang bahu Hana, meyakinkan bahwa dirinya akan baik-baik saja.
"Percaya sama aku!"
Jane meninggalkan Hana yang masih berdiri. Hana sudah mengetahui sifat keras kepala Jane sulit untuk diubah. Meskipun begitu, Jane tidak akan bosan dan terus menasihati Jane yang terbaik. Hana selalu berpikir, bagaimana cara dirinya menasihati Jane untuk berhenti menuruti kuasa itu sendiri.
Lucy menghampiri Hana yang sedari tadi hanya memandang punggung Jane dari jauh. "Ada apa, Han?"
"Nggak apa-apa. Sejak kapan kamu bangun?"
"Barusan."
Seo Yoon berlari ke arah Hana dan Lucy. Dengan napas sedikit tersengal, ia berusaha mengaturnya agar tidak berantakan saat bicara. "Hana, apa kamu liat buku gambar dan pensil warna punyaku?
Jawaban Hana Yoshima makin membuat Seo Yoon gelisah. "Tidak .... " Hana mengingat kembali semalam, "Bukankah kamu sendiri yang menyimpannya. Lalu, kenapa bisa lupa?"
"Aku tidak ingat, Hana. Mana sekarang jadwalnya pak I Nyoman Nagata Lakeswara. Haduh! Bisa-bisa aku dihukum, nih, kalau sampe ilang. Oh, ya. Semalam kalian dengar orang ngobrol tidak? Aku mendengar suara itu persis laki-laki dan perempuan. Sayang sekali, aku tidak dapat melihatnya," keluh Seo Yoon.
"Aku pun sama. Bahkan sampai terbangun mendengarnya. Tapi, kenapa bayangan samar itu seperti-"
"Ayo kita cari," potong Lucy melenggang pergi seraya menarik lengan Seo Yoon.
Gemuruh yang dia ucapkan tadi terbesit kata penasaran akan sosok laki-laki tersebut. "Siapa laki-laki yang bersama Jane malam itu?" Dilema ini akan sulit dicari jika tak ada yang mengusungnya lebih dahulu. "Setahuku, Jane tidak memiliki pacar. Jangankan pacar, untuk dekat dengan laki-laki seusianya aja sangatlah cuek," kata Hana.
••••••
Jane menatap cermin dalam pantulan dirinya. Menyuguhkan paras rupawan wanita blasteran Eropa-Hindia Belanda. Dalam segi keturunan, gadis itu masuk dalam daftar darah biru ningrat. Sang empu menyentuh jenjang mulus yang bertengger sebuah liontin sun and moon. Ia menghela napas sebelum berkata, "Liontin ini hadiah dari kalian, sebelum semuanya berakhir," ucapnya sendu.
"Je bent zo lief. Welke man is niet in de ban van je mooie gezicht?"
(Kau sangat manis. Pria mana yang tidak terpikat akan paras cantikmu?)"Je zult in het verleden niet kunnen leven, Jane!"
(Anda tidak akan bisa tinggal di masa lalu, Jane!)"Probeer je niet inkomen als je vrienden?"
(Tidakkah kau mencoba penghasilan seperti temanmu?)"Je bent nog jong, waarom probeer je niet hun troostmeisje te zijn?"
(Usiamu masih belia, kenapa kau tidak mencoba menjadi wanita penghibur mereka (pria hidung belang)?"Ik geef toe dat je erg mooi bent in vergelijking met je vrienden."
(Saya mengakui bahwa kau sangat cantik dibandingkan dengan temanmu)."Pada akhirnya semua orang akan berpisah dengan segalanya, Jane."
"Berhentilah memanggil mereka yang tak lagi sama denganmu."
"Kau punya harapan untuk orang terdekatmu."
"..."
"..."
"..."
"Jadi, bagaimana dengan tawaranku? Apa kau setuju untuk itu? "
Bersambung....
KAMU SEDANG MEMBACA
THE EVIL
SpiritualSlow Update! Publish on : Agustus 2021 Genre : Psychological Thiller, Drama, Fantasi Update : Tidak menentu blurb : Sekelompok remaja menemukan lemari tua di sebuah ruangan tak terpakai. Kesan mistis menyelimuti bilik tersebut tatkala seorang gadis...