[Semua Organisasi, lokasi, agama, dan karakter dalam cerita ini hanya fiktif]
•••
"Aku memang tidak tahu latar belakangmu,
namun aku tidak akan diam ketika mereka merendahkanmu."
JemimaHari telah sore, para siswi telah kembali ke asrama mereka masing-masing. Sementara keenam murid itu masih berada di sekolah.
Satpam mengecek setiap ruangan satu-persatu apabila masih ada murid yang ketahuan nongkrong.
"Sedang apa kalian di situ?" tegur lelaki tua berjalan ke arah Lucy dan Seo Yoon.
"Lagi nunggu teman, Pak," jawab Lucy.
"Di mana teman kalian?"
"Perpustakaan, Pak. Bapak tidak perlu cemas mereka sebentar lagi akan ke sini," papar Seo Yoon dengan alibinya.
"Baiklah, kalau begitu bapak lanjut keliling kembali. Selesai itu cepatlah pulang!"
"Siap, Pak."
••••••
Jemima mengusap bahu Jane agar tidak tersulut emosi. "Sabar, Jane!" Melihat Jane sudah menahan emosinya. Takutnya kini giliran dirinya yang menjadi sasaran amarah Jane.
"Kalau mau nangis, nangis aja kali. Nggak usah ditahan!" desis Caroll merapikan seragam Jane.
Tanpa Caroll sadari Jane sedang menatapnya. Ia menyimpan semua amarahnya saat ini agar bisa membalasnya suatu hari nanti. "Kenapa kau berkata seperti itu?" gumam Jane pelan.
"Bisa tolong kau ulangi sekali lagi?"
"Kenapa kau berkata seperti itu?"
"Kau ingin mengetahui jawabannya?" tanya Caroll.
Jane mengangguk rasa ingin tahu. "Karena ayahmu miskin!" jawab Caroll tersenyum dominasi sebagai tanda penghinaan.
Jane menerima semua umpatan kasar dari Caroll untuknya. Memang benar, Jane bukanlah anak saudagar kaya masyhur yang terkenal seantero kota tempatnya tinggal.
Sakit, namun tak berdarah, itulah yang dirasakan Jane saat ini. Hanya karena masalah sepele semuanya jadi kacau. Bisa dikatakan, Caroll masih menjunjung tinggi gelar senioritas dalam dirinya. Terlebih lagi dia anak pemilik yayasan sekolah.
••••••
"Jane ... Jemima ...," panggil Hana dan Zenata ketika sudah berhasil menemukan mereka berdua.
Caroll pura-pura menggenggam tangan Jemima. "Mima ... kami minta maaf, ya. Lain hari kita akan lebih hati-hati ke depannya," mohon Caroll di depan semuanya.
"Ada apa ini?" tanya Hana mendekat.
Jemima hendak memberi tahu pada Hana dan Zenata. Namun niat itu terhenti, lantaran Stefanie memberi kode mata pada Jemima.
Jemima tidak dapat memberitahu Hana dan Zenata apa yang sebenarnya terjadi. Begitupun dengan Jane yang masih bungkam.
Caroll maju mencari alibi baru. "Jadi gini loh Hana, aku sama teman-temanku ini mau cari barang yang ketinggalan di perpustakaan. Terus kami ketemu sama mereka berdua. Nggak sengaja aku nabrak, Jemima," kilah Caroll berusaha memutarbalikkan fakta.
"Kamu benar tidak apa-apa, Jemima?"
"Ya, aku tidak apa-apa," jawab Jemima tersenyum kecut.
"Kalian berdua baik-baik aja, 'kan?" tanya Hana khawatir.
"Kalian kita tunggu daritadi, lho. Nggak muncul-muncul. Udah capek turun tangga sana-sini taunya di sini. Kalau kalian ada apa-apa, siapa yang susah? kita yang susah bukan kalian!" omel Zenata.
"Hana udah berapa kali hubungin kamu nggak diangkat juga. Mau kalian itu apa? mau buat kita kena masalah?!" bentak Zenata tidak tanggung-tanggung.
"Sabar, Zen!" pinta Hana mengelus pundak Zenata.
Jemima tertunduk salah. Sebisa mungkin ia menahan air matanya agar tidak keluar. "Maafkan kami. Kami tau kami salah," akunya.
"Yaudah. Sekarang ayo kita pulang. Kasian Lucy sama Seo Yoon pasti udah nungguin kita lama," ajak Hana turun tangga.
"Ayo, kalian di depan!"
Saat Jane dan Jemima hendak turun tangga. Tiba-tiba lengan Jane dicekal oleh Caroll.
"Sampai jumpa lagi anak miskin!" desis Caroll.Jane menoleh ke arah Caroll. Setelah lama menatap gadis berambut jet black. Ia tetap tidak ingin membalas serangan Caroll. Baginya, untuk membalas semua itu butuh waktu lama. Senyum sumringah merekah di sudut bibir Jane. Tidak menghiraukan ucapan buruk Caroll apapun itu. Jane tetap melanjutkan langkahnya.
"Kalian hati-hati di jalan, ya."
"Terima kasih. Kita pamit dulu, ya," kata Zenata.
Saat turun tangga Hana mengajak ngobrol Jemima agar terlihat baik-baik saja. "Ponselmu tadi beneran tidak hidup?"
"Ya, beneran." Jemima merogoh saku roknya untuk mengambil ponsel dan membuktikan pada Hana.
"Aku kesal dengan ponsel ini," keluh Jemima.
"Kenapa emangnya?" tanya Hana.
"Cepat sekali habis baterai. Maklum sudah tiga tahun bertahan."
"Jane!" panggil Zenata.
Jane menoleh ke arah Zenata. "Kamu nggak apa-apa?" ucap Zenata.
"Nggak apa-apa."
"Aku minta maaf soal tadi," aku Zenata.
"Tidak apa-apa, Zen."
"Yang penting kita pulang sama-sama lagi, 'kan. Aku benarkan?" ucap Hana merangkul.
"Iya, Hana. Kamu yang paling benar."
Sementara Caroll dan antek-anteknya masih berdiri di tangga mendengar obrolan mereka. "Ayok, ke si culun!" ajak Caroll.
Mereka kembali menaiki tangga menuju ruang perpustakaan.
••••••
Hana, Jane, Jemima, dan Zenata akhirnya kembali. Lucy melihat dari kejauhan sangat antusias menyambut mereka. "Yoon, bangun!" Lucy menggoyangkan badan Seo Yoon agar bangun.
Seo Yoon mulai membuka mata secara perlahan. "Kalian darimana aja?" tanya Seo Yoon sembari mengucek mata.
"Maaf. Kalau kita udah bikin repot kalian," tutur Jemima.
"Yaudah, ayok kita pulang." ajak Lucy tidak ingin memperpanjang urusan.
"Lucy, nanti bikin nasi goreng lagi, ya. Seperti waktu itu," pinta Seo Yoon menggeliat.
"Ya."
Seperti biasa mereka kembali pulang bersama-sama. Keenam gadis itu masih sempat bersenda gurau melepas lelah. Tetapi tidak dengan Jane, ia masih mengingat peristiwa yang lalu.
Jane tidak bisa berbohong dengan diri sendiri, ketika harga dirinya terancam oleh seseorang. Berusaha terlihat tenang dan seakan-akan tidak terjadi apa-apa itu adalah hal tersulit bagi manusia untuk beradaptasi.
"Ayah ... aku ingin bertemu denganmu," batin Jane dengan lirih.
Bersambung...
Hallo, semuanya. Spesial hari ini ada bonus chapter cepat. Aku bakal publish lagi setelah cuti bersama. Ohya, aku mengucapkan mohon maaf lahir & batin dan selamat hari raya idul fitri 1443 H.
Selamat menyambut bulan kemenangan🥰
Eid Mubarak stay blessed.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE EVIL
SpiritualSlow Update! Publish on : Agustus 2021 Genre : Psychological Thiller, Drama, Fantasi Update : Tidak menentu blurb : Sekelompok remaja menemukan lemari tua di sebuah ruangan tak terpakai. Kesan mistis menyelimuti bilik tersebut tatkala seorang gadis...