Bagian 8

4 2 0
                                    

Setelah menjelaskan apa yang terjadi kepada Senja, kemudian Lestari menceritakan, bagaimana dulu hubungan dia dengan Gary bisa sehancur sekarang. Senja bersemangat. Karena ia pun ingin tahu apa yang tidak ia ketahui sampai saat ini.

Semua bermula ketika Lestari mengajak Gary bertemu di Kota Tua. Untuk menemani Lestari mencoba seluruh makanan khas Betawi. Seperti yang kita tahu, tersedia beberapa makanan khas Betawi yang di jual di sana, mulai dari; kerak telor, kue pancong, tauge goreng, kue ape, sampai es slendang mayang.

Lestari meraih ponselnya yang berada tak jauh darinya, mulai menggulir nomor kontak satu persatu, hingga pada akhirnya ia menemukan nama.

“Gary ( ꈍᴗꈍ)” yang kemudian ditekanlah ikon telepon tidak jauh dari posisi nama itu. Status di telepon masih berdering, mencoba menghubungkan Gary yang entah sedang apa.

“Halo, Gary,” buka Lestari saat telepon berhasil terhubung.

“Iya, ada apa, Tari?”

“Nanti, bisa gak kita ketemuan di Kota Tua, jam 19.20? Hari ini, ‘kan, hari ulang tahunku,” tanya Lestari, berharap Gary mengatakan iya.
“Iya, aku bisa, kok. Nanti aku juga mau buat kejutan buat kamu,” ucap Gary.

Tepat pukul 19.20, Gary belum kunjung datang. Lestari menunggunya sambil sesekali melihat arloji cantik di pergelangan kirinya yang baru saja ia beli.

Malam semakin larut. Para pedagang kaki lima pun, satu persatu menutup tempat mereka.

Kemana Gary sebenarnya, mengapa ia belum kunjung datang juga, setidaknya, bukankah lebih baik ia mengabari, namun, apa ini? Jangankan menelpon, satu pesan pun belum Lestari terima dari Gary.

Lestari merogoh tasnya, mencari ponsel yang ia simpan di dalam tas. Saat ponselnya berhasil ditemukan, Lestari segera menelepon Gary.

“Gary, kamu bilang mau datang, ini sudah hampir tengah malam, kamu bahkan belum kunjung datang, apa ada masalah?” Tanya Lestari keheranan.

“A-aku ada urusan, Sayang. Maaf, lupa menghubungi kamu, tapi lain kali aku akan dateng, kok.”

“Tapi, ‘kan, Gary, ini hari ulang t-“ belum sempat Lestari menyelesaikan ucapannya, Gary secara sepihak memutuskan sambungan teleponnya.

Lestari kebingungan, bertanya-tanya. Apa yang salah dengan Gary? Apakah hari ini Lestari membuat kesalahan? Ia rasa tidak. Kurang ajar sekali, setelah mengiyakan ajakan Lestari, Gary malah mengingkari sendiri ucapannya.

Gary bilang, lain waktu. Apakah dia berpikir bahwa hari ulang tahun bisa diulang esok hari? Bahkan jika ingin mengulang, itu artinya harus menunggu tahun depan, apa Gary kira itu waktu yang sebentar? Apa Gary tidak bisa menjadikan Lestari prioritas? Bahkan hanya untuk hari ini. Beribu pertanyaan ada di kepala Lestari saat ini.

Lestari berjalan menuju halte. Untunglah ia masih sempat untuk menaiki bus terakhir. Lestari pikir, hari ini akan menjadi yang sangat indah. Ia pikir, ia akan menghabiskan waktu bersama dengan Gary. Tapi nyatanya tidak.

Hari ini, Lestari benar-benar kecewa. Ia kecewa kepada Gary yang mengabaikannya. Ia rasa, hubungan mereka mulai sedikit renggang, tapi kenapa, apa sebabnya?

Kepala Lestari bersandar di kaca bus, sambil matanya menatap kosong kendaraan-kendaraan yang berhenti, menunggu lampu lalu lintas berubah hijau. Dan, secara tidak sengaja, Lestari melihat mobil yang sangat familier. Mobil itu tengah berenti persis di sebelah bus yang ditumpangi Lestari. Mobil BMW I3s, seharga 1,319 milyar rupiah, keluaran tahun 2013 dengan plat B 370 GRY.

Tentu saja Lestari mengenalinya. Karena, itu adalah mobil Gary, terlihat jelas pada plat nomornya yang mempunya kode huruf khas milik Gary.

Samar-samar, Lestari melihat sosok perempuan di kursi depan sedang bersama Gary, sedang bercengkrama. Sial, apakah dia selingkuh dari Lestari?

Lestari menelpon Gary, dan saat berdering, tiba-tiba laki-laki yang di dalam mobil itu meraih ponselnya lalu mengangkat panggilan itu.

Tentu saja prasangka Lestari semakin ia yakini. Perasaan Lestari benar-benar hancur saat ini. Hadiah yang benar-benar “indah” di hari ulang tahun yang “indah” pula. Ah, tunggu, apakah ini kejutan yang dimaksud Gary?

Lestari diam. Kemudian ia segera turun dari bus, menaiki taksi yang tak jauh dari tempat turunnya, lalu menyuruh supir untuk mengikuti mobil Gary.

Lampu berubah hijau, taksi Lestari seketika melesat, mengikuti mobil Gary secara diam-diam. Siapa sangka? Gary berhenti di sebuah hotel bintang lima, yang tak jauh dari Danau Sunter.

Bukankah seharusnya Lestari bahagia hari ini? Bukankah hari ini adalah hari Ulang tahunnya? Lantas, mengapa ia harus melihat pemandangan yang menyedihkan ini? Bukankah itu gila? Apa yang sebenarnya terjadi?

Seluruh tubuh Lestari bergetar, air matanya mulai menetes dan membanjiri pipinya. Sang Supir hanya bisa kebingungan karena ia tak tahu apa yang terjadi.

Setelah beberapa menit, Lestari pun memberikan tujuan baru kepada Sang Supir, menyuruhnya untuk mengantar Lestari ke rumah. Supir mengangguk mantap.

Saat ini, Senja masih mendengarkan kisah Lestari dengan saksama, tangannya secara tiba-tiba, menggenggam tangan Lestari guna menenangkannya. Ternyata, dulu Lestari pernah mengalami hal yang sama seperti apa yang dia alami sekarang. Walau yang Senja alami saat ini hanya sekadar salah paham, tapi itu cukup mirip.

Pada akhirnya, Senja memaafkan Lestari. Dan meminta Lestari untuk selalu terbuka kepadanya tentang apapun, juga berjanji tidak akan melakukan hal yang pernah Gary perbuat kepada Lestari.

Senjawan (Ketika Senja Menemukan Jingganya)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang