"Lestari, tunggu!"
Senja terlambat, Lestari telah menaiki taksi yang kebetulan lewat saat itu, Senja terdiam sejenak, menatap nanar taksi yang melaju dengan cepat. Kemudian, dengan sigap Senja menuju tempat parkir untuk mengejar Lestari. Sial, sepertinya hubungannya akan benar-benar tidak bisa diselamatkan lagi. Entah siapa yang harus ia salahkan atas semua kejadian ini.
Mobil Senja melesat cepat mengejar taksi yang dinaiki Lestari. Sialnya, saat ini ada tiga taksi serupa yang Senja lihat. Ia bertanya-tanya, di mana Lestari sebenarnya? Sepuluh detik lagi menuju Lampu hijau. Tidak akan sempat untuk memeriksanya satu persatu.
Lampu kembali hijau, tiga mobil taksi berjalan di sisi dan arah yang berbeda. Taksi pertama bergerak lurus, taksi kedua bergerak ke arah kanan, dan taksi ketiga bergerak ke arah kiri.
Samar-samar Senja melihat hanya taksi pertama dan ketiga-lah yang memiliki penumpang. Segera Senja memutuskan untuk mengejar taksi pertama, lajunya begitu kencang, mungkin tebakan Senja benar, dan saat ini mungkin Lestari menyuruh pak supir untuk bergerak lebih cepat.
Tapi, itu bukan apa-apa bagi Senja, mobil yang ia kendarai itu, mobil Tesla tipe S, tentu bukan tandingan mobil taksi.
Seperti dugaan, Senja berhasil menghalau taksi tersebut, klakson taksi berbunyi panjang.
"Ada apa, Pak?" Tanya penumpang taksi tersebut.
"Sepertinya ada yang menghalau jalan kita, Mas."
"Sial, apa dia tidak tahu bahwa saya sedang terburu-buru?"
"Mas, dia keluar, menuju kesini."
Senja keluar, menghampiri taksi, lalu mengetuk jendela.
"Lestari, tolong keluar. Aku mau bicara sama kamu, aku bisa jelasin semuanya."
Tak lama setelah Senja mengetuk jendela, pria paruh baya pun keluar dari mobil taksi. Benar sekali. Senja salah taksi, yang ia kejar saat ini, bukan yang dinaiki Lestari. Oke, kita semua setuju bahwa itu sangat memalukan.
"M-maaf, Om. Saya tidak tahu, saya salah taksi. Saya kira, ini adalah taksi yang dinaiki seseorang saya kenal. Saya benar-benar minta maaf, Om, Pak Supir," ucap Senja, sambil membungkukkan badan beberapa kali.
"Lain kali, pastikan dulu, apakah Taksi yang kamu kejar itu benar atau tidak. Saya lagi buru-buru, lihat, saya sudah terlambat untuk meeting besar," ucap Si Penumpang, sambil menunjukan arlojinya.
"Maaf Om, jika Om berkenan, saya bisa antarkan Om sekarang juga dengan cepat. Anggap saja ini permintaan maaf saya," Senja menawarkan, sambil menunjukkan mobil yang sudah menghadang tepat di depan mobil taksi yang ditumpangi pria itu. Seseorang yang Senja tawarkan pun mengangguk.
Sementara itu, Lestari sedang berada di sebuah taman. Tatapannya kosong, begitu pula dengan pikirannya.
Tak lama kemudian, datanglah seorang pria tidak dikenal yang menghampiri Lestari.
"Are you okay?" Tanya laki-laki yang saat ini sedang berada di seberang Lestari, di sisi lain sebuah meja persegi panjang.
Lestari tak merespons sedikit pun. Ia tidak acuh pada laki-laki tersebut. Karena menurutnya itu lebih baik, ia saat ini tak ingin diganggu sedikit pun.
"Nih, hapus air mata kamu," laki-laki itu menyodorkan sapu tangannya.
Lestari masih diam. Tangan laki-laki itu masih menggantung sambil memegang sapu tangannya. Akan tetapi, Lestari betul-betul tidak bergerak sedikit pun.
"Baiklah. Aku pergi, tapi gak jauh. Aku akan awasi kamu dari ujung sana. Bagaimanapun, hari sudah gelap, dan aku takut kalo ada penjahat yang bakalan mencelakai kamu."
Sembari berjalan pergi, laki-laki itu merogoh saku celananya. Meraih ponsel untuk menelepon seseorang.
Sementara itu, Senja..
"Terima kasih sudah mengantar saya dengan cepat. Alih-alih telat, sekarang saya malah kelebihan satu menit. Hahaha."
"Sama-sama, Om. Saya sangat minta maaf atas perbuatan saya sebelumnya."
"Baik, baik. Sepertinya kamu ada urusan yang sangat penting. Segera selesaikan. Dan jangan lupa untuk menggunakan kepala dingin." Pria yang Senja panggil "Om" itu pun akhirnya pamit, berlalu pergi.
Beberapa langkah Senja menjauh dari tempatnya berdiri sebelumnya, tiba-tiba ponsel miliknya berdering. Senja buru-buru meraihnya, berharap Lestari yang meneleponnya. Saat melihat nama yang muncul, harapannya pupus. Ternyata yang menelepon adalah sepupunya, Yoel. Seminggu lalu, Yoel berjanji akan datang ke pesta ulang tahun Ayah Senja. Namun, Senja rasa, ia tak melihat ada Yoel di pesta perayaan itu.
"Halo, Senja, Lo lagi di mana? Sorry, ya. Kayanya gue gak bisa datang ke pesta bokap lo, ada sedikit problem disini," orang di seberang telepon membuka topik.
"Iya gak apa, nanti gue sampaikan ke ayah gue. Emangnya lu ada apa sampe gak bisa dateng?" Tanya Senja penasaran.
Yoel menjelaskan, tentang seorang perempuan yang ia temui di taman yang tak jauh dari tempat ia berada. Perempuan itu menangis sendirian tanpa henti. Dan Yoel berkata, bahwa sepertinya perempuan itu baru saja menghadiri sebuah pesta, karena ia menggunakan gaun.
Sejenak Senja terdiam, mungkinkah itu Lestari?
"Lu tunggu di sana, gue akan ke sana dengan cepat."
"Loh, kenapa, Senja?"
Tut...Tut...Tut...
Panggilan berakhir, Senja segera menutup teleponnya untuk segera bergegas ke tempat Yoel. Mungkin saja orang yang dibicarakan Yoel itu adalah Lestari.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senjawan (Ketika Senja Menemukan Jingganya)
Teen FictionIa dipanggil Senja, laki-laki yang lahir pada 18 April tahun 1999. Berasal dari keluarga yang sangat terpandang, kehidupannya dikelilingi oleh hal-hal mewah. Sebut saja apapun, pasti dapat ia beli. Silakan berpikir bahwa kehidupan Senja sangat bahag...