Dalam menjalani suatu hubungan, pasti memiliki lika-likunya masing-masing, termasuk dalam kehidupan percintaan. Setiap pasangan mempunyai jalan cerita yang berbeda-beda. Tidak selalu bahagia, terkadang kita akan dihadapkan dengan keadaan yang membuat sedih dan galau. Seperti halnya ketika menjalani hubungan jarak jauh atau LDR dengan pasangan.
LDR atau Long Distance Relationship adalah hubungan jarak jauh, atau juga ketika kita dipisahkan oleh jarak yang jauh dengan pasangan. LDR bukanlah suatu perkara yang mudah. Karena pada saat itu, kita diharuskan untuk lebih percaya dan menguatkan satu sama lain.
Jarak yang jauh tersebut tak ayal membuat kita lebih merindukan kekasih. Tak bisa sering bertemu, tentu akan membuat kita selalu rindu. Dan ketika rindu, tak jarang kita ingin meluapkan kerinduan kita kepada pasangan yang jauh di sana.
Posisi inilah yang sedang di hadapi oleh salah satu pasangan yang mempunyai hubungan yang sedikit rumit. Dia adalah Senja dan Lestari, salah satu pasangan yang saat ini sedang memperjuangkan cinta mereka, sekaligus mengejar cita mereka.
Jarak yang terbentang begitu jauh memisahkan mereka, entah hubungan ini akan bertahan atau malah sebaliknya.
Saling percaya adalah kunci utama mereka untuk menjalankan hubungan ini, jika salah satu kepercayaan telah hilang, mungkin hubungan mereka sudah tidak bisa di selamatkan lagi. Dan perjuangan mereka, pada akhirnya hanya sia-sia.
Sudah tiga bulan lamanya mereka berpisah, menjalankan aktivitasnya masing-masing, walau terkadang melakukan panggilan suara atau video. Itu pun dengan waktu yang terbatas karena perbedaan waktu di Amerika dan Indonesia yang begitu jauh.
Akhir-akhir ini, Senja selalu berkunjung ke tempat-tempat bersejarah yang berada di Cambridge. Ia juga selalu mengirimkan gambar dan video perjalanannya kepada Lestari, juga sovenir yang ia beli sewaktu bepergian pada Lestari.
Lestari hanya menghela nafas saat melihat barang-barang yang Senja berikan, bagaimana tidak, bahkan uang bulanannya saja tak cukup untuk membeli salah satu barang yang Senja berikan kepadanya. Tetapi, ia cukup senang, ia menyukainya, walau harga dari itu semua membuat Lestari tak bisa berkata-kata, tapi itu tak masalah. Karena ia kenal betul dengan Senja, anak orang kaya yang keras kepala.
Tapi, di balik keras kepalanya itu, Senja hanya ingin yang terbaik untuk Lestari, wanita pertama yang mampu menggerakkan hatinya yang sudah lama berhenti beroperasi. Senja yang dingin, yang tak peduli dengan sekitar, yang bahkan tak percaya akan ada kebahagiaan, apalagi cinta.
Kini semuanya telah berubah, Lestari telah mengubah itu semua. Bahkan, kehidupan Senja yang sekarang jauh lebih berwarna dibandingkan yang dulu.
Hari ini, Lestari berencana keluar bersama teman-teman kuliahnya, mengunjungi coffe shop yang baru saja buka yang tak jauh dari kediaman Lestari, sekitar beberapa ratus meter dari sana.
“Hai, Tina, udah dari tadi?” sapa Lestari yang baru saja sampai.
Namanya Tina, Teman pertama kuliah pertama yang berhasil ia temukan di Universitas Widyatama. Mojang Bandung cantik yang bisa membuat laki-laki terpana dengannya.
Baru saja hari pertama ia masuk, sudah berhasil mendekati para senior, lebih parahnya lagi, ia pernah membuat salah satu senior bertekuk lutut di hadapannya.
Bisa dibilang, Tina ini, Adalah sosok buaya darat versi betina, belum ada yang berhasil menaklukkannya hingga saat ini
“Santai, gue baru sampai, kok. Nih, minuman gue aja masih penuh,” Tina menunjukkan gelas yang berisi jus stroberi yang masih belum tersentuh.
“Oh iya, gue ngundang temen gue juga, cowok, gak papa, ya?” Sambung Tina.
Lestari terkejut, “Cowok? Ngapain gila, kan kita kesini buat ngerjain tugas desain grafis.”
“Maka dari itu, gue ajak dia kesini, dia senior kita, tahu?” Jelas Tina.
“Hah? SENIOR KITA? Gila lo, ya, Tin. Senior mana lagi yang lo bungkus, sih?” Mata Lestari sedikit terbuka lebih lebar. Masalahnya, baru kemarin Tina dekat dengan senior laki-laki jurusan teknik informatika.
“Yaelah, santai kali, bukan mangsa gue, kok. Just friend. lagian dia juga bisa bantu-bantu kita kali, sekalian lu kenalan gitu. Gue liat-liat, lu kayaknya anti banget deket sama cowok, selalu ngehindar gitu, heran gue,” Tina mengoceh panjang.
“Kepo lo, lagian lu kenapa gak bilang dari awal sih kalo ajak orang? Mendadak gini ni.”
“Kenapa si emang? Udah ikut aja, ga usah bawel,” saat Tina dan Lestari sedang berdebat, tiba-tiba ada seorang laki-laki berparas tampan dan bertubuh tinggi menghampiri mereka.
“Eh, Dony! Udah sampe lo, lama banget, gue tungguin dari tadi juga,” seru Tina, saat melihat kedatangan seseorang yang mereka perdebatkan.
“Maaf, gua habis ke bengkel tadi, mobil gue bannya bocor.” Ucap Dony sambil menarik kursi lalu duduk di sebelah Tina.
“Terserah. Oh iya, kenalin, Lestari, temen gue, satu jurusan sama kita.”
“Hai, gue Dony, jurusan desain grafis tahun ke dua,” Dony menjulurkan tangannya.
“Hai, Kak, gue Tari” Ucap balik Lestari memperkenalkan dirinya, sambil membalas jabatan tangan Dony.
“Jangan pake Kak, Dony aja” Ucap Dony. Sepertinya tatapan Dony tidak biasa terhadap Lestari. Mungkinkah..?
Ah tidak, itu tidak mungkin.
“Tahu lo, Tari, kaku amat hahaha,” Tina menyela pembicaraan mereka.
“Apasi lo, itu mah lo aja yang gak punya sopan santun. Hahaha,” Lestari meledek Tina.
Pembicaraan terus berlangsung selama tiga jam, di sela-sela pengerjaan tugas, mereka sesekali saling melempar ledekan untuk satu sama lain.
Tak terasa hari sudah semakin gelap, hujan juga sudah mulai turun, sepertinya akan hujan deras malam ini. Tina menengok ke arah jendela, “pulang, yuk, udah gelap nih. Cowok gue juga bentar lagi jemput.
Kepala Lestari mengangguk, “oke, ayo.”
30 menit berlalu, Tina sudah meninggalkan coffe shop tersisa Dony dan Lestari yang masih berada di dalam. “Lo gak pulang?” Tanya Dony saat melihat Lestari sibuk menelepon seseorang.
“Ahh, kayaknya Mang Ujang gak bisa jemput aku deh, gue udah pesan taksi online juga dari tadi, tapi dibatalin terus sama mereka, mana hujan deras lagi. Lo sendiri, kenapa gak pulang, bukannya lo bawa mobil?”
“Gimana mau pulang, lo aja masih disini, gue nungguin lo, tahu?”
“Gue nunggu hujan reda, lo bisa pulang duluan.”
“Bareng gue mau? Hujan kaya gini redanya juga bakal lama, awet.”
“Hmm, oke deh.”
Sembari mengiyakan ajakan Dony, Lestari berkata dalam hati, “Senja, percayalah, hanya kali ini saja, aku janji tidak akan berpaling darimu. Lihatlah, cincinmu selalu kukenakan setiap saat, jadi, semua akan baik-baik saja. Aku janji. There's nothing for you to worry about.
Lestari dan Dony pun pergi meninggalkan coffe shop menuju kediaman Lestari. Di dalam mobil, Dony dan Lestari tidak banyak berbicara, dan jika mereka berbicara pun, selalu dimulai oleh pertanyaan yang dilempar oleh Dony duluan, Lestari hanya menjawab seperlunya. Tidak lebih dan tidak kurang.
Dony pun merasa Lestari bersikap agak dingin padanya, berbeda dengan saat bersama Tina tadi. Namun, Lestari tidak punya pilihan. Ia hanya berusaha menjaga agar tidak ada ketertarikan antara mereka. Bukan GeEr, ini antisipasi.
Di sisi lain, Dony memang sudah tertarik pada Lestari karena cerita dari Tina. Dan dengan Lestari yang ada di sampingnya saat ini, dadanya berdebar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senjawan (Ketika Senja Menemukan Jingganya)
Teen FictionIa dipanggil Senja, laki-laki yang lahir pada 18 April tahun 1999. Berasal dari keluarga yang sangat terpandang, kehidupannya dikelilingi oleh hal-hal mewah. Sebut saja apapun, pasti dapat ia beli. Silakan berpikir bahwa kehidupan Senja sangat bahag...