Hari itu, hari ketika aku menetapkan hati untuk mencintaimu. Hari ketika sudah aku yakinkan diri dan segenap perasaanku, aku selalu berharap kamu tak akan mengecewakanku. Karena ketika mencintaimu, aku sudah benar-benar menyerah. Aku menyerah untuk kemudian menggantungkan segala dunia dan harapanku hanya kepadamu saja. Seperti sebuah perbincangan masa depan untuk membangun mimpi bersama, kamu selalu tahu bagaimana cinta seharusnya dibina. Kamu selalu tahu perihal menenangkan, juga memenangkan hati yang pernah salah mencinta ini.
Kamu tidak pernah memperumit segalanya, kamu tidak pernah memberi teka-teki yang harus aku pecahkan. Kamu tidak pernah menyulitkanku dengan harus mengerti dan paham perihal bagaimana dirimu. Kamu bergitu sederhana, begitu pula cinta yang kau sampaikan kepadaku. Aneh memang, karena selama ini kupikir cinta begitu rumit, tidak pernah menjadi mudah untuk aku pahami apa keinginannya dan bagaimana cara menaklukkannya.
Pernah kamu katakan kepadaku bahwa dunia ini begitu luas, namun nyatanya takdir begitu sempit untuk mengikat dua hati yang tadinya tidak saling mencintai, menjadi saling mencintai satu sama lain. Dunia ini begitu luas. Namun katamu, kamu tidak perlu menjelajahi setiap bagian dan membuang-buang waktu. Sebab, ketika denganku, duniamu telah berubah. Cukup di mataku, kamu sudah bisa menikmati bagaimana indahnya dunia yang luas itu.
Aku benar-benar gila mendengarnya. Ingin aku lempar saja semua bualan manismu itu untuk diberi kepada semut. Kamu tertawa, meyakinkan bahwa yang semua kamu katakan memang benar adanya. Kemudian aku bersyukur, dicintai olehmu yang begitu sederhana, yang kemudian kubalas cintamu dengan sederhana pula.
Waktu yang aku bilang sulit untuk dilalui, yang bahkan aku sendiri pun ragu mampu melewatinya atau tidak. Terasa berbeda ketika telah bersamamu. Seolah-olah semua kekhawatiranku sirna begitu saja, tidak perlu ada yang aku takutkan karena kamu akan selalu ada disampingku. Genggaman tanganmu yang terus menguatkanku, juga pundakmu yang tidak pernah lelah untuk kusandari. Kemudian aku menyadari, ketika aku meminta hatiku diselamatkan oleh Sang Maha Pemberi Cinta, Ia mengirimkan kamu yang begitu tepat dalam hidupku. Kini, aku mengerti bahwa setiap hati yang patah butuh waktu yang tepat menerima kesembuhan dan disembuhkan. Juga setiap ruang kosong yang ditinggal pergi penghuni lamanya, akan selalu butuh waktu untuk diisi dan dilengkapi kembali.
Semua hanya perlu waktu, ternyata.
Juga kesabaran menunggu kedatangan.Hari ini, Senja begitu bosan. Ia berencana untuk pergi menemui Lestari. Senja berpikir, apakah dia harus mengabarinya jika dia hendak pergi ke rumahnya? Namun menurutnya, itu tidak perlu. Lagipula, anggap saja ini kejutan. Senja hanya ingin melihat Lestari tanpa persiapan, apakah cantiknya masih tetap sama seperti biasanya?
Senja rasa, baiknya dia membeli hadiah terlebih dahulu sebelum pergi ke rumah Lestari. Tapi, apa yang harus dia beli? Lestari adalah orang yang cukup terbilang sederhana, bahkan ia tak nyaman dengan sesuatu yang berlebihan.
Boneka? Coklat? Atau berlian? Tidak-tidak, berlian terlalu berlebihan. Mungkin ia akan membeli boneka dan coklat. Senja rasa, itu sudah lebih dari cukup, dan sudah lebih dari sederhana.
Setelah membeli boneka dan coklat berbentuk hati, Senja bergegas menuju kediaman Lestari dengan motornya.
Sesampainya di kediaman Lestari, Senja tak langsung masuk. Saat ini, Senja sedang berdiri keheranan karena melihat gerak gerik Lestari sedang berbalas kata dengan laki-laki yang—menurut Senja—cukup tampan.
Pria yang tingginya kira-kira tingginya 170cm, dengan sepatu kets biru berpadu dengan jelana jeans buatan Inggris, dan jaket yang baru-baru ini launching dari merk ternama. Dari sana Senja menyimpulkan, laki-laki ini sepertinya cukup kaya.
“Gary, aku mohon. Aku gak mau ketemu kamu lagi, aku udah punya pengganti kamu. Tolong kamu pergi jauh-jauh dari kehidupan aku,” ucap Lestari dengan wajah yang sedikit kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senjawan (Ketika Senja Menemukan Jingganya)
Fiksi RemajaIa dipanggil Senja, laki-laki yang lahir pada 18 April tahun 1999. Berasal dari keluarga yang sangat terpandang, kehidupannya dikelilingi oleh hal-hal mewah. Sebut saja apapun, pasti dapat ia beli. Silakan berpikir bahwa kehidupan Senja sangat bahag...