CHAPTER TWO
"When We First Met"
Rabu, 25 Oktober 2017
12.16 WIB
Barbequeen®***
"Gadis bodoh."
Jonas tertawa kecil penuh kemenangan menatap sehelai rambut dalam genggamannya.
"Kaupikir aku akan melepasmu begitu mudahnya, Samantha?" Pria itu berjalan diiringi pengawalan ketat. Setelah sampai di tempat parkir, para pengawalnya berjalan ke jajaran mobil Mercedes-benz hitam.
Setelah Jonas masuk ke Ferrari Enzo miliknya, para pengawalnya barulah masuk ke mobil mereka yang semua tipenya sama.
Jonas menyetir cukup cepat, tapi masih dalam pengawasan pengawalnya. Jalanan cukup lengang malam itu, padahal ini masih belum terlalu larut untuk warga NYC.
Mobilnya melesat lalu berhenti di depan salah satu gedung pencakar langit tertinggi di New York. Ia berhenti tepat di depan bangunan The Pierre lalu memarkirkan Ferrarinya.
Jonas turun dari mobil itu sambil berseri-seri. Malam itu, jalanan Fifth Avenue tidak terlalu padat karena udara yang dingin di bulan Januari. Ia melengang masuk ke dalam sebelum terlebih dahulu disambut oleh para penjaga hotel.
"Selamat malam, Mr. Rodgeley."
Jonas hanya membalasnya dengan anggukan kepalanya. Para pengawalnya menunggu di sisi kanan hotel sementara Jonas terus masuk menuju lift pribadi untuk menuju lantai 42.
Setelah memasukkan kata sandi, lift langsung naik dengan cepat menuju lantai 42.
Ketika lift terbuka, ia langsung berjalan masuk ke salah satu penthouse mewah termahal di dunia itu. Pintu kaca yang berlapis-lapis itu kemudian terbuka satu persatu menyambut Jonas.
Suara wanita dari superkomputer terdengar menggema dari penjuru-penjuru ruangan. "Selamat datang, silahkan pindai iris mata dan sidik jari anda sebelum masuk."
Jonas menyentuhkan ibu jari kanannya ke lapisan kaca terakhir dan memindai iris mata sebelah kirinya.
Dalam sekejap, pintu kaca itu terbuka, "Selamat datang, Mr. Jonas Rodgeley," kata suara wanita dari superkomputer itu. "Anda sudah ditunggu."
Jonas melengang masuk melintasi pintu kaca yang sudah terbuka itu.
Setelah ia memasuki salah satu ruangan, kursi hitam besar di ruangan itu masih membelakanginya. Asap mengepul dari balik kursi itu. Rambut hitam dengan beberapa helai yang berwarna abu-abu terlihat di puncak kursi itu.
"Aku menemukannya."
Jonas meletakkan plastik sampel dengan sehelai rambut di dalamnya.
"Aku yakin dia orangnya," sahutnya lagi.
Seorang pria dari balik kegelapan memutar kursinya. Kepulan-kepulan asap dari cerutunya membentuk bulatan di udara. Pria itu tersenyum sekilas. Ia mengambil plastik sampel itu.
"Kerja bagus," ia menaruh plastik sampel di mejanya. Cerutunya ia hisap dalam-dalam sampai membentuk cekungan kecil di pipi. "Kalau dia memang gadis itu, pastikan dia tidak bisa kemana-mana."
"Tentu. Aku akan mengirimnya ke pusat pemeriksaan DNA malam ini. Besok mungkin akan keluar hasilnya," jawab Jonas.
"Bagus."
"Kau akan memberikan apa jika aku berhasil menangani gadis itu?"
"Apapun yang kau mau."
Jonas terdiam sejenak. Perlahan garis bibirnya tertarik melukiskan senyum tipis dengan seribu makna. Alisnya terangkat, mimik khasnya ketika dia merasa inilah kesempatannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Meet Me After The Fifth Twilight || [MSEH Re-Write]
Romance• got #1 in romance for a week • got #2 in romance for 4 days • got #3 in romance for 3 days Cinta dan benci memang hampir serupa. Namun, berbeda halnya jika disandingkan dengan dendam yang sudah mendarah daging. Tujuan hidup Samantha hanya dua; mem...