CHAPTER EIGHT
"Family Things"
Selasa, 24 Februari 2019
12.05 WIB
Barbequeen®
🔗🔗 🔗
"Ya ya, bayaranmu akan kulunasi lusa sesuai yang kauminta. Lanjutkan penelusuran. Ah, dan jangan sampai si bocah ingusan tahu jalang itu tinggal di rumah Jayme."
"Bocah ingusan, tuan?"
"Adiknya, Jonas, dasar kau dungu! Jangan sampai dia tahu! Kita lancarkan rencana tanpa bantuannya sekarang. Aku tak ingin bocah itu menghancurkan rencanaku."
Pria paruh baya itu langsung menutup sambungan teleponnya dan kembali menghisap cerutunya dalam-dalam.
"Max!" Rudolf setengah berteriak. Kemudian, seseorang dari balik pintu besar itu langsung masuk ke dalam ruangan Rudolf.
"Maxwell, kau sudah sering membantuku membereskan para bajingan belakangan ini. Kau mau hadiah apa dariku, hm?"
"Tidak, aku tak ingin apa-apa," jawab pria itu dingin. Rahangnya begitu tegas dan matanya tajam. Tidak ada sedikitpun garis-garis senyum yang terukir seperti setelah bertahun-tahun lamanya. Tubuhnya tinggi dan tegap, rambutnya berwarna cokelat tembaga, dan memiliki bekas luka sayatan di pelipis kirinya.
"Oh, ayolah, jangan begitu. Kau sudah mengotori tanganmu dengan darah demi aku. Tentu aku harus memberikan penghargaan untukmu, Maxwell. Kau mau apa? Wanita? Banyak sekali wanita menarik yang bisa kuberikan padamu. Uang? Aku bisa memenuhi rekeningmu."
"Aku hanya ingin melakukan semua tugas itu untuk Ayah, aku tak ingin hadiah."
Rudolf mengernyit dan tertawa renyah. Ia berdiri dari kursinya kemudian melangkah mendekati pria dingin yang tengah berdiri di tengah ruangan. Rudolf menepuk bahu pria yang dipanggilnya Maxwell itu.
"Bagus! Itu jawaban yang kumau darimu. Aku memang membesarkanmu dengan baik. Kau tidak pernah membangkang dan sudi melakukan apapun demi aku."
Rudolf kemudian menurunkan tangannya, mengambil sesuatu dari saku Maxwell dan menempelkan benda dingin itu tepat di pelipis kanan Maxwell.
"Kalau kau kusuruh mati detik ini juga, kau rela?"
Max hanya menggertak rahangnya, tanpa berkedip sedikitpun. Pistol di sakunya sudah berada di kepalanya sekarang, dan bisa meletup kapan saja sesuai kehendak yang memegangnya. Timah panas siap meluncur dari sana menembus otaknya kapanpun.
"Ya. Aku bisa hidup dan mati karena Ayah. Nyawaku bukan berada di tangan Tuhan, tapi di tanganmu. Hidup dan matiku semua kuserahkan pada Ayah."
Rudolf kembali tersenyum. Tidak sia-sia ia membesarkan anak ini. Ia kembali meletakkan pistol itu di saku Max, kemudian menepuk pundak pria itu sekali lagi.
"Jadi, jangan mati sebelum kusuruh. Kau paham itu?"
"Ya, Ayah."
"Bagus. Sekarang, tanpa kauminta, aku memang ingin menghadiahkanmu sesuatu karena telah menjadi anak yang baik. Minggu depan kita akan mengadakan pesta ulang tahunmu. Aku akan mengundang seluruh rekan bisnisku serta putri-putri mereka. Kalau kau tertarik pada mereka, tiduri saja semuanya. Mengerti?"
Maxwell membungkuk kepada ayahnya, sebagai isyarat mengiyakan dan berterima kasih. Setelah itu, ia keluar ruangan Rudolf dan kembali berdiri tegap di depan pintu besar itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Meet Me After The Fifth Twilight || [MSEH Re-Write]
Storie d'amore• got #1 in romance for a week • got #2 in romance for 4 days • got #3 in romance for 3 days Cinta dan benci memang hampir serupa. Namun, berbeda halnya jika disandingkan dengan dendam yang sudah mendarah daging. Tujuan hidup Samantha hanya dua; mem...