Everything makes me smile. And at this moment, I am happy.================================
Joohyun mengerjapkan matanya begitu sinar Matahari mengintip dari celah tirai yang tidak tertutup rapat. Dia menoleh ke samping dan tersenyum saat mendapati gadis di sebelahnya tertidur dengan mulut yang sedikit terbuka.
Menggemaskan, pikirnya.
Dia pun mengecup kening gadis yang lebih muda darinya itu lalu turun dari kasur. Joohyun membuka tirai lebar-lebar lalu membiarkan tubuhnya bermandikan cahaya Mentari pagi yang sudah siap di posisinya.
"Unnie..." rengekkan itu berasal dari si Monolid. Joohyun menoleh dan tertawa kecil melihat Seulgi sudah menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut untuk melindunginya dari silau.
"Bangun Seulgi, kamu harus bekerja." perintahnya sambil menurunkan selimut itu dari wajah Seulgi. Tapi seperti biasa, gadis itu tidak pernah langsung menurut.
"Lima belas menit lagi." ia meminta toleransi waktu.
Joohyun tersenyum dan mengalah karena memang ini terlalu pagi untuk Seulgi bangun, jadi dia membiarkan si Beruang mendapatkan tambahan waktu tidur selama lima belas menit seperti yang ia minta. "Baik. Kalau begitu aku buat sarapan dulu ya." Ujarnya sambil menepuk pelan kepala Seulgi. Gadis yang berada di bawah selimut itu hanya menggumam sebagai jawaban.
Joohyun pun menguncir acak rambutnya sambil melangkah menuju dapur. Dia membuka kulkas dan memilih beberapa bahan makanan yang tersedia. Pagi ini ia akan membuat sup kimchi tofu serta omelete, mudah dan cukup sempurna untuk sebuah sarapan sederhana.
Setelah menyiapkan semua bahan yang diperlukan, gadis cantik itu pun memulai kegiatannya sambil bersenandung kecil.
Ini sudah memasuki bulan kedua sejak debutnya sebagai Idol dimulai, namun ia masih belum bisa melepas hidupnya dari Seulgi. Gadis itu bahkan lebih memilih untuk pulang ke apartemennya bersama Seulgi daripada ke dorm bersama para anggotanya.
Dia bukannya tidak suka tinggal dengan membernya, hanya saja dia ingin menghabiskan waktu senggangnya dengan si Monolid. Joohyun tidak ingin Seulgi merasa dirinya melupakan gadis itu karena ke depannya jadwalnya dengan para member akan lebih banyak dan itu artinya waktu yang ia punya untuk Seulgi akan semakin berkurang.
Joohyun menghela nafas. Andai saja Seulgi memiliki mimpi yang sama dengannya yaitu menjadi seorang Idol maka kemungkinan mereka debut di grup yang sama pasti lebih besar dan itu akan menguntungkan untuk mereka. Tapi sayangnya sejak dulu Seulgi selalu ingin menjadi seniman bukan superstar.
"Airnya sudah mendidih." Suara serak itu mengagetkan Joohyun. Air yang ia rebus di panci sudah menggolak, jadi ia pun memasukkan bahan-bahan yang sudah ia siapkan ke dalamnya dengan hati-hati. Ia tersenyum saat merasakan kepala Seulgi bersandar di punggungnya.
"Belum lima belas menit, kenapa sudah bangun?" tanyanya lembut.
"Dingin. Tidak ada Unnie..." jawabannya terdengar seperti bualan, namun Joohyun tahu betul Beruangnya itu tidak sedang beromong kosong.
"Apa kamu ada jadwal hari ini?" tanya Seulgi.
Joohyun mengangguk. Sejujurnya ia merasa kesulitan memasak dengan posisi
Seulgi saat ini tapi dia tidak ingin gadis itu menarik dirinya."Ya.. ada syuting variety dan promo di radio. Sorenya kami akan latihan. Kamu mau makan apa untuk malam nanti?" Joohyun mengakhiri jawaban dengan pertanyaan.
"Unnie pulang ke sini lagi?" Seulgi tidak lagi bersandar. Sekarang dia sudah berdiri di samping Joohyun dan membuat si cantik sedikit kecewa.
"Ya.. kenapa? Kamu tidak mau aku ke sini lagi?" tuduh Joohyun sambil memasukan beberapa bumbu penyedap ke masakannya.
Seulgi menggeleng, "Bukan begitu, hanya saja bagaimana dengan member yang lain? apa mereka tidak keberatan kalau kamu terus pulang ke sini?"
"Tidak, mereka memaklumi kalau aku punya bayi besar yang masih harus aku urus." Joohyun melirik Seulgi dan memberikan senyum jahilnya saat mendapati si Monolid memutar matanya.
"Aku tidak mengerti denganmu unnie.." ujar Seulgi. Joohyun menaikan alisnya menunggu gadis itu melanjutkan kata-katanya. "Lihat sekelilingmu, tempat ini sangat jauh dibanding apartemen mahal yang disewa perusahaanmu itu. Di sini tidak ada Televisi LED, tidak ada sofa kulit mahal, tidak ada ruang mencucimu sendiri, tidak ada batasan antara ruang satu dengan ruang yang lain..."
"Tapi ada kamu.."
Seulgi menghentikan ocehannya saat mendengar kata-kata Joohyun. Ia terdiam kehabisan kata.
"Aku tidak peduli dengan TV, sofa kulit atau ruang mencuci dan seberapa luas tempatnya, jika tidak ada kamu di sana maka itu semua sia-sia. Aku tidak bisa jika tidak ada kamu." Joohyun menatap dalam mata monolid itu. Seulgi balas menatap mata indah itu lamat-lamat dan senyumnya pun mengembang. Ia beringsut dari posisinya dan kembali berdiri di belakang Joohyun. Dipeluknya pinggang si Cantik lalu ia mencium puncak kepala belakangnya dengan cukup lama.
"Aku tidak akan meninggalkanmu Joohyun. Itu janjiku."
"Aku akan selalu mengingatnya."
