I keep looking at you through the glass. Finally, you can taste the sweetness from your hardwork
================================
Seulgi masih sibuk memindai kode barang-barang yang dibelanjakan oleh para pembeli di minimarket tempatnya bekerja. Hari ini tugasnya cukup banyak karena teman satu shiftnya ijin sakit sehingga dia yang harus mengurus semuanya. Si Monolid bahkan harus mencuri-curi waktu untuk mengisi perutnya di jam makan siang.
Selain disibukkan dengan tugasnya yang seperti tidak ada hentinya, Seulgi juga disibukkan dengan isi kepalanya. Hari ini adalah minggu kedua Joohyun dan grupnya mempromosikan lagu baru mereka dan bersamaan dengan masuknya mereka ke dalam kandidat pemenang minggu ini. Padahal dia sudah berencana untuk datang ke acara musik itu demi mendukung Joohyun, tapi yang terjadi justru ia terjebak di balik meja kasir dan menscanning barcode belanjaan orang-orang yang tidak ada habisnya itu.
"Pemenang minggu ini adalah..."
Seulgi langsung mengalihkan pandangannya ke layar ponsel yang ia letakkan di samping mesin kasir. Perhatiannya ia pusatkan pada benda berlayar datar itu, dia bisa merasakan ketegangan di wajah Joohyun yang tersorot kamera.
"jebal, jebal, jebal, jebal" Seulgi terus mengucapkan kata itu layaknya sebuah mantra saat layar di depannya menampilkan skor penilaian.
"Red Velvet! Selamat!"
"Yess!!" Seulgi berseru senang dan ikut tersenyum bahagia saat satu persatu wajah member diperlihatkan ke layar. Akhirnya kerja keras mereka membuahkan hasil dan Seulgi ikut terharu bersama mereka.
"Ya!!!" bentakan keras itu seketika mengalihkan perhatian Seulgi dari layar ponselnya. Dia terkejut melihat banyaknya orang yang sudah berbaris di depan meja kasir menunggu Seulgi melayani mereka. Ia buru-buru melanjutkan tugasnya sambil membungkukkan badan dan mengucapkan maaf.
Untuk pertama kalinya ia tidak kesal dimaki oleh pelanggannya.
Ia rasa ia akan menikmati sisa jam kerjanya dengan senyum yang terus melekat di wajahnya.
*****
Setelah bekerja, wanita monolid itu segera pulang ke unitnya. Malam ini ada yang aneh dengan dirinya, karena ia harusnya merasa lelah dengan pekerjaannya hari ini -dimana ia bahkan kesulitan untuk pergi ke kamar kecil- namun tidak ada satu keluhan pun yang keluar dari mulutnya. Ia justru merasa bersemangat akan satu hal. Maka dari itu, jika biasanya ia lebih suka merebahkan tubuhnya di sofa sambil memainkan ponsel sepulang bekerja, malam ini dia langsung membersihkan tubuhnya dan mengganti pakaian dalam jeda waktu sesingkat-singkatnya seperti diburu oleh waktu.
Setelah itu Seulgi langsung duduk di pinggir kasur dengan ponsel di telinga. Jemarinya mengetuk-ngetuk pahanya pada setiap dering panggilan terhubung yang ia dengar, menunggu seseorang di seberang sana mengangkatnya.
Ya benar, dia sedang menghubungi Joohyun. Dirinya tidak sabar ingin bertemu dengan gadis itu untuk merayakan kemenangan pertama grupnya, seperti yang ia janjikan sebelumnya.
"Aku akan mentraktirmu jika kamu mendapat kemenangan pertama, Unnie" janji Seulgi pada gadis berambut blonde disampingnya. Kata-kata itu terlontar begitu saja dari mulutnya setelah Joohyun memberitahukan kalau minggu depan grupnya akan dinominasikan menjadi pemenang mingguan di salah satu program musik unggulan.
Si rambut pirang sempat mengeluh karena ia merasa tidak yakin jika grupnya akan menang karena lawan mereka adalah senior yang punya cukup banyak fans, sedangkan mereka hanya seorang rookie. Tapi Seulgi meyakinkan bahwa mereka akan menang karena lagu andalan mereka diterima masyarakat luas dengan sangat baik.
"Kamu harus membawa uang yang banyak karena aku akan memilih restoran yang paling mahal" Joohyun membalas dan semakin mengeratkan pelukannya pada lengan si Monolid.
"Tidak masalah, aku akan menguras tabunganku dan membuatmu menjadi kelinci yang gembul" Ia mengusap rambut Joohyun dengan tangannya yang bebas.
"Oke, kalau begitu semua daging untukku dan semua sayuran untukmu. Deal? Deal" Joohyun memutuskan sepihak. Ia terkikik karena mendapat protes dari gadis di sipit di sampingnya itu.
"Yaa~ itu tidak adil unnie"
"Unnie!!"
"Seulgi!!"
Mereka memanggil secara bersamaan saat keduanya sudah terhubung lewat panggilan telepon. Seulgi tersenyum sangat lebar, dia memegang dadanya yang berdegup kencang. Sudah bertahun-tahun namun dia masih belum terbiasa dengan suara gadis itu. Selalu menggetarkan.
"Unnie selamat untuk kemenangan pertamamu!" Seulgi memberi ucapan selamat dengan sangat antusias. Itu adalah hal yang sebenarnya ingin ia katakan langsung tepat setelah gadis itu turun dari panggung namun apa daya. Ia yakin Joohyun pasti bisa mengerti keadaannya.
"Terima kasih Seulgi-ya" suara itu terdengar sangat lembut dan manis di telinganya. Ia harap speaker ponselnya tidak terlalu canggih sampai bisa menyuarakan degup jantungnya saat ini.
"Unnie, aku akan menepati janjiku untuk mentraktirmu. Apa kamu sudah memilih tempat..."
"Seulgi sebentar.." potong Joohyun.
Seulgi mengerutkan dahinya namun tetap menurut.
"Oh.. oke" dia pun tidak berbicara lagi dan membiarkan Joohyun menyelesaikan urusannya dengan seseorang yang tidak ia ketahui siapa. Ia melirik bingkai foto di meja nakas dan tersenyum.
Seulgi tidak ingin dianggap berlebihan namun dia selalu merindukan gadis yang ada di dalam bingkai itu. Dia selalu ingin melihat senyumnya, memandangi mata indahnya dan mendengar suaranya secara nyata, bukan hanya lewat layar kaca saja.
"Seulgi?" Joohyun memanggil untuk memastikan jika si Monolid masih ada di tempat dan belum memutuskan panggilannya. Ah andai saja Joohyun tahu kalau Seulgi tidak akan pernah melakukan itu, bahkan ia rela berjam-jam menempelkan ponselnya hanya demi mendengar nafas gadis cantik itu.
"Ya unnie? Aku masih di sini." Jawab Seulgi dengan senyuman yang tidak bisa dilihat gadis di seberang sana.
"Maaf Seulgi.. Manager oppa memintaku untuk datang ke agensi dan membicarakan sesuatu. Aku akan menghubungimu lagi yaa"
Senyum Seulgi menghilang. Ia mungkin merasa kecewa, namun sama sepertinya yang tidak bisa datang ke acara musik hari ini, Joohyun pun tidak bisa datang ke ajakannya malam ini. Sekali lagi, pekerjaan menjadi penghalang di antara mereka.
Dan ia pun mengangguk, "Iya Unnie, tidak apa-apa"
Malam itu Seulgi tidak menyangka jika kebahagiaan yang ia rasakan hanya bertahan selama beberapa jam saja.