Delapan

3.6K 430 4
                                    

Harap meninggalkan jejak ya bestie

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Harap meninggalkan jejak ya bestie

Happy reading

( ◜‿◝ )♡

⏱️⏱️⏱️

Menyisir rambut di depan cermin lalu memoleskan pewarna bibir terbuat dari bunga yang sudah ditumbuk. Menjinjing gaun yang hampir mirip dengan yang pelayan istana berikan namun ini lebih sederhana. Aleth sudah bersyukur baju Aravella ada yang sesuai seleranya.

Bicara soal selera. Selera gadis itu bukan main-main, memiliki banyak crush adalah hobinya semenjak menginjak Sekolah Menengah Atas, apalagi didukung oleh sahabatnya—Reta.

Keluar kamar bertirai daun-daun berbentuk love dan dihiasi oleh bunga-bunga lain menambah kesan segar bagi Aleth. Gadis itu sengaja bersiap-siap terlebih dulu karena ini adalah pertama kalinya seorang primadona SMA Erlangga menghadiri pasar malam di dimensi lain.

Gaun biru dihiasi manik-manik berbentuk daun di pinggangnya menambah kesan indah di tubuh gadis itu apalagi gaunnya pas di tubuhnya.

Menghampiri ibu dari Aravella yang sudah memperlakukannya seperti anak sendiri membuat Aleth merasakan kembali kasih sayang mamanya. Duduk di samping wanita paruh baya yang terlihat sibuk membuat saputangan dari wol putih.

"Ibu, kalau boleh tau, pamerannya semua orang boleh datang apa bagaimana?" Tanya Aleth sembari memperhatikan wajah keriput itu. Gadis itu tidak ragu menanyainya karena ia dan Aravella sudah menjelaskan semuanya.

Terdengar kekehan dari wanita paruh baya di sampingnya. Aleth mengerucutkan bibir.

"Boleh, kamu pergilah dengan Aravella."

"Ibu, aku ingin pergi dulu." Aravella menarik tangan Aleth.

Melototkan bola mata, gadis itu tidak menyangka akan berhadapan dengan kuda yang sudah berjejeran. Sudah Aleth katakan, di dimensi itu semuanya hampir mirip dengan dunianya tetapi lebih memukau di dimensi para mahluk jadi-jadian ini.

Aleth berpikir, sebutan apa yang cocok untuk orang seperti Spincer dan Aravella, apakah mereka bisa dibilang jin yang suka menyerupai orang dan hewan? Sepertinya ... iya. Mahluk mitologi yang ia temui sekarang di dunianya dianggap mitos belaka. Lalu, jika hanya mitos, kenapa sekarang dirinya bisa berada di dimensi yang seharusnya bukan tempatnya hidup. Apakah di kehidupan nyata dimensi lain beneran ada? Isi bumi secara detail masih banyak yang belum terungkap.

Terus menerus berkecamuk dengan pikirannya yang sempit, gadis primadona SMA Erlangga itu terkejut mendengar kikikan kuda yang berada didepannya. Dirinya harus ekstra bersabar atas perlakuan Aravella.

Aravella menengadahkan tangan di depannya. "Ayo, Aleth. Cepatlah biar kita cepat sampai."

Melirik tangan Aravella, ia menjadi ragu. Selama hidupnya dirinya tidak pernah menunggangi kuda, apalagi harus duduk di bagian belakang.

Dunia Berbeda (END✅) [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang